Ketika Engkau Terperangkap di Negeri Tanpa Angin

13 0 0
                                    

Venti, dia adalah seorang Dewa Angin yang berasal dari tempat yang sangat bebas. Meskipun dia adalah seorang dewa, dia tidak pernah mengakui kalau dia adalah seorang dewa hingga tidak banyak orang di kota itu yang mengetahuinya meski mereka semua menyembah Dewa Angin Barsibatos.

Keseharian Venti adalah berpetualang, mengamen, mabuk, dan hanya berjalan-jalan di sekitar Kota Kebebasan. Dia menjalani hidupnya sebagai manusia biasa selama ratusan tahun lamanya. Dia sudah melewati beberapa peristiwa yang terjadi di Kota Kebebasan ini. Dia adalah orang yang paling mengetahui apapun tentang tempat kelahirannya tersebut.

"Bolehkah aku meminta satu arak lagi?" Tanya Venti kepada pemilik tavern, Diluc. "Hei, sudah berapa arak yang kamu habiskan hari ini? Bahkan kau sudah mabuk berat. Aku akan memberimu satu arak terakhir." Diluc memberikan arak yang ia pegang kepada Venti. "Hehe, terimakasih, Diluc. Dewa Angin memberkatimu."

Venti keluar dari tavern itu sembari membawa arak yang sangat ia suka. "HoHo.. tiada hari tanpa arak yang enak." Ia berjalan sambil berbicara sendiri, ia sudah mabuk. Orang-orang di Kota Kebebasan sudah tidak heran dengan kebiasaannya itu, ia memang selalu mabuk sepanjang hari. Orang-orang mengenalnya sebagai pengamen yang menyanyi sambil mabuk.

Saat ia sedang berjalan, tiba-tiba seekor naga melewati Kota Kebebasan. Itu adalah hal yang wajar di Kota Kebebasan. Naga itu mereka kenal sebagai Dwalin, sahabat Dewa Angin Barsibatos yang sudah hidup ribuan tahun lamanya.

"Lihat, Dwalin sedang memberkati kita!"

"Dwalin, aku minta kekayaan!"

Semua orang bersorak menyambut kedatangan Dwalin di Kota Kebebasan. Tak terkecuali Venti, ia mendongak keatas sembari tersenyum melihat sahabatnya yang terlihat sedang senang itu. "Dwalin terlihat bersemangat sekali hari ini." Ucap Venti. Lalu ia berlari mengejar Dwalin, masih dengan sebuah arak di genggamannya.

Ia berlari sangat jauh, akhirnya ia dapat melihat Dwalin sedang bersantai di hutan di perbatasan Kota Kebebasan. "Dwalin, ini aku, Barsibatos." Venti mendekati Dwalin yang sedang duduk di antara pohon-pohon itu. Dwalin menengok ke arah Venti. Venti sangat terkejut karena penampilan Dwalin sudah berubah. Sebuah tanduk berwarna ungu tumbuh di kepalanya. "D-Dwalin.. apa yang terjadi denganmu?" Venti mendekati Dwalin secara perlahan. Dwalin melihat ke arah Venti dan meraung. Venti menahan langkahnya. Raungan Dwalin membuat beberapa pohon di sekitarnya terbang.

Dwalin mengepakkan sayapnya lalu segera pergi dari Kota Kebebasan. Air mata Venti perlahan terjatuh. Ia tidak percaya bahwa sahabatnya selama ribuan tahun itu sudah terpengaruh oleh hal jahat. Tubuhnya bergetar, masih dengan sebuah arak di tangannya.

"Kamu tahu itu apa?" Seseorang tiba-tiba muncul di belakang Venti. Venti menoleh ke orang itu. "Hai, pemabuk. Atau aku bisa memanggilmu Barsibatos?" Tanya orang itu. "Barsibatos? Apa maksudmu?" Venti bingung, bagaimana orang ini mengetahui kalau dia adalah Barsibatos Sang Dewa Angin?

"Kau bercanda? Aku sudah tahu, kok. Kamu adalah Barsibatos, Sang Dewa Angin." Ucapnya. "Bagaimana kau mengetahuinya?" Tanya Venti. "Aku memang mengetahui segalanya. Namaku adalah Tabibito." Orang itu atau Tabibito mengulurkan tangannya kepada Venti. Venti membalas salamnya. "Aku Venti, atau orang yang kamu sebagai Barsibatos."

"Kamu tahu apa yang terjadi dengan naga tadi?" Tanya Tabibito. "Jangan sebut dia naga, dia adalah sahabatku, Dwalin. Aku sudah tahu saat pertama kali lihat. Dia sudah dikendalikan dengan Abyss. Abyss memang sangat jahat, tapi aku tidak menyangka Dwalin akan dikendalikan oleh mereka." Jawab Venti dengan nada sedih. "Lalu apa rencanamu? Apakah kamu akan menyelamatkan sahabatmu? Kamu kan Dewa."

"Tentu saja aku akan menyelamatkannya. Tapi kekuatanku sudah tidak sekuat dulu. Tubuh manusiaku sangat lemah, aku hanya bisa bernyanyi dan mabuk." Venti meneguk araknya. "Aku bisa membantumu. Aku cukup kuat loh!" Seru Tabibito. Venti terkekeh. "Manusia sepertimu?"

Negeri Tanpa AnginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang