Lakon Utama

85 13 0
                                    

Berlatar suasana hati yang temaram, dalam ruang yang tak kalah redum. Sedu sedan jadi gambaran, si lakon utama kisah ini tengah muram. Ia mulai menutup mata rapat-rapat, mencari di bagian mana janji sang terkasih ia taruh dalam kepala.

"Jia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jia ... tunggu sebentar, ya. Nanti Jie jemput."

Hanya sebatas susunan kalimat, yang tersisa dari keping ingat. Rangkaian kata yang susah payah ia pertahankan dalam memori, berperang dengan waktu yang coba kikis bagian terpenting dari harapnya. Bukan hal yang mudah, karena kini si gadis dua puluh warsa mulai lupa bagaimana sang pria bersuara. 

Sedikitnya ia diserang takut yang mencapai angka tak terhingga, khawatir kalanya datang hari tak satupun kenangan tentang sang pemuda bisa ia abadikan dalam kepala. Kalanya benar-benar hilang keseluruhan perihal sang istimewa dalam kilas ingatannya. Kalaunya berita duka  ia dapati sebagai hadiah kalanya temukan dibelahan bumi mana sang pemuda injakkan kaki.

"Gapapa, kalimatnya masih bisa Jia ucap kembali sampai berkali-kali lagi. Waktu memang berhasil buat Jia lupa suara Jie, tapi isi janjinya masih akan terus Jia ingat, eksistensi Jie selalu ada, gak akan pernah Jia sangkal."

Tak apa sekiranya benar-benar tak bisa cepat, si gadis masih bisa menunggu.

Lekaslah saling mengingat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lekaslah saling mengingat. Lekaslah bertegur sapa. Lekaslah tuntaskan rindu hantarkan hangat lewat dekap. Lekaslah tukar suara, bercakaplah, adukan bagaimana kerasnya dunia mendidik hidup masing-masing mereka. Sebelum terkikis dari ingatan sang gadis tentang sang penyandang status terkasih. Sebelum hilang eksistensi dirinya ditelan sekian nestapa. Sebelum mati jiwa serta daksanya ditelan gelap yang gulita seutuhnya.

Nafasnya mulai memburu, teriring tetes demi tetes hujan yang jatuh dari dua maniknya. Tangannya mulai bergetar, dua lututnya dirasa gemetar. Sesak kembali memaksa masuk, jejali seisi ruang rasa. Isaknya mati-matian ia coba tahan, sampai terucap kalimat walau amat tercekat.

"... jangan sampai mati...."

Sebab ada yang janji yang mesti sang terkasih tepati.








Selamat bersua sapa, dengan sang lakon utama di bagian pertama ini.

Selamat bersua sapa, dengan sang lakon utama di bagian pertama ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 18, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

EminenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang