Part 17

41 8 0
                                    

Jantung Danur seakan berhenti berdetak, kedua matanya memerah dan tubuhnya gemetar saat ia melihat dengan mata kepalanya sendiri kekasihnya berada di atas ranjang sahabatnya.

'Braakk!'

Danur membanting pintu kamar Abiyana, sehingga pintu kamar pun terbuka lebar. Sontak saja dua orang yang berlainan jenis yang saat ini sedang ada di atas ranjang terkejut dan memutar kepala mereka menuju ke asal suara.

"Danur?!" Rasmi dan Abiyana menyebut nama Danur secara bersamaan. Mereka terlambat untuk menghindar. Kini apa yang ditakutkan mereka telah terjadi.

"Apa yang kalian lakukan, ha?!" Danur berteriak seraya berjalan cepat menghampiri keduanya yang masih dalam posisi duduk berdua di atas ranjang.

Abiyana turun dari ranjang seraya menggelengkan kepalanya. "I-ini nggak seperti yang kamu pikirkan, Dan. Ki-kita dijebak, aku nggak tahu kenapa tiba-tiba aku dan Rasmi bisa ada di sini," ucap Abiyana.

Danur sudah gelap mata, rasa cemburu dan marahnya sudah mendominasi hati dan pikirannya. Ia mencengkeram kuat kerah pakaian Abiyana yang sudah terkoyak bahkan sebelum ia menyentuhnya. "Brengsek!" Danur sudah tak bisa lagi mengatur emosinya. Secara spontan satu tangannya terangkat dan bersiap untuk memberikan pukulan kepada Abiyana.

"Danur, hentikan!" Teriak Rasmi tepat saat Danur akan mendaratkan pukulannya di wajah Abiyana. Ia menangis histeris melihat kejadian yang ada di hadapannya saat ini. Semua yang terjadi terlalu mendadak untuknya, bahkan sampai saat ini pun ia masih tak mengerti bagaimana dirinya bisa berakhir di dalam kamar Abiyana seperti ini.

Danur menghentikan pulukannya. Tangannya mengambang tepat hanya beberapa inci dari wajah Abiyana. Ia memutar kepalnya ke arah samping, tatapan matanya memerah menatap Rasmi yang menghentikannya.

"Jangan sakiti Abi, ini hanya salah paham. Kita bicaraan ini baik-baik," ucap Rasmi.

"Salah paham?" bisik Danur.

"Aarrghh ...!" Danur tetap memberikan pukulan kepada Abiyana. Ia tak memperdulikan teriakan histeris dari Rasmi. Semakin Rasmi menghalanginya, ia semakin murka. Hatinya semakin terdorong untuk menghajar sahabat baiknya yang sudah sejak dulu ia percaya dan sudah sangat dekat dengannya. Selama ini ia bahkan sudah menganggap pria di hadapannya ini sebagai saudaranya.

Danur menyeret Abiyana ke lantai agar dirinya bisa leluasa memberikan pukulan kepada sahabatnya ini. Rasmi pun tak tinggal diam, ia bergegas mendekati Danur untuk memisahkan Danur dari Abiyana.

"Hentikan ... hentikan, aku mohon!" Seru Rasmi di tengah isakan tangisnya.

Danur terpaksa menghentikan pukulannya kepada Abiyana. Nafasnya terengah seolah ada batu besar yang menghimpit dadanya. Tatapannya kini mengarah tajam ke arah Rasmi.

"Apa yang nggak aku lakukan demi kamu sampai kamu tega berselingkuh dengan sahabatku sendiri?!" lirih Danur.

Rasmi menggelengkan kepalanya, air matanya pun tak kuasa ia tahan. Kejadian ini benar-benar membuat dirinya bingung, namun Danur sama sekali tak ingin mendengar penjelasan darinya maupun dari Abiyana.

"Aku bisa jelaskan semuanya." Abiyana bangkit dari lantai dan mencoba menjelaskan kejadian yang sebenarnya kepada Danur.

"Diam!" sentak Danur kepada Abiyana. Ia menatap Abiyana sesaat sebelum tatapannya kembali ke arah Rasmi. Melihat reaksi Danur, tentu saja membuat Rasmi semakin ketakutan.

Danur tersenyum miring menatap Rasmi dari ujung rambut sampai ujung kaki. "Jadi ini asalan mengapa kamu nggak mau pakai pakaian yang aku kirimkan untukmu? Kamu malah memakai pakaian yang seperti itu untuk menggoda Abi, ha?!"

DanuRasmiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang