PROLOG

2 1 0
                                    

Sosok itu menari dengan gemulai ditemani tiupan angin musim gugur dan cahaya matahari sore. Ia melangkahkan kaki dan menggerakkan tubuhnya bagai dikendalikan oleh benang-benang yang tidak terlihat. Alunan musik bernama angin dan ritme perkusi waktu mengiringi pertunjukan yang akan segera berakhir itu.

Tangannya dengan lembut mencoba untuk menyentuh awan di atas sana, awan yang dikelilingi oleh cahaya matahari berwarna keemasan. Sedangkan kakinya melangkah kecil bagai seorang anak yang senang setelah dibelikan mainan. Beberapa burung yang bertengger di lantai semen mengepakkan sayap-sayap kecil mereka ketika sosok itu berputar mendekat. Terbang ke arah langit sore, mencari tempat baru untuk bertengger.

Lekukan tubuh yang membentuk siluet dibantu oleh cahaya matahari itu pun berhenti menari. Ia memberi hormat kepada para penonton yang tidak terlihat. Entah untuk siapa sosok itu ingin menari.

Melangkahkan kaki perlahan ke bagian ujung panggung sederhana yang disinari lampu-lampu sorot oranye. Semakin lama, semakin ujung, lalu ia berhenti. Kedua matanya menatap matahari yang akan terbenam, dedaunan musim gugur yang akan jatuh dari ranting. Angin mulai bertiup, mengeringkan cairan yang membasahi kelopak matanya namun bibirnya membentuk sebuah senyuman.

Seolah-olah didorong oleh angin, sosok itu menyerahkan dirinya pada langit sore. Ia terjatuh, mengikuti gravitasi dengan tanah yang sudah menunggunya. Berlomba bersama udara, matanya memandang langit sore yang tampak indah di akhir pertunjukan.

Waktu bagai terhenti sesaat. Beberapa detik yang membeku dilanjutkan detik-detik kemudian yang melaju dengan cepat. Sebuah bunyi dentuman keras, cairan hangat yang mengalir dari kepala. Pertunjukan telah berakhir ditandai dengan gugurnya sebuah daun yang mengering dari ranting pohon dan denyut jantung yang semakin melemah.

Pandangannya menjadi gelap. Hanya hembusan angin yang samar-samar terdengar, juga sayup-sayup familiar yang memanggilnya. Berbagai suara itu pun perlahan pudar dan semua menjadi hening. Ia menutup matanya di antara dedaunan musim gugur, mengakhiri pertunjukan. 

An Ending ShowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang