Bagian 5

255 37 7
                                    

= MORNING =

Sang dewi malam sebentar lagi akan menghilang di langit cakrawala. Digantikan oleh raja siang yang sudah menyingsing naik secara perlahan dari arah timur. Langit yang semula gelap mulai berubah terang sedikit demi sedikit bersamaan dengan awan-awan tipis yang mengiringinya.

Suna yang baru saja keluar dari ruang musiknya menguap lebar seraya mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi. Tulang punggungnya melengkung ke depan. Sepertinya dia sedang melakukan peregangan untuk membenahi beberapa tulang dan sendinya yang terasa kurang nyaman sejak ia bangun tidur tadi.

Kedua kakinya menuntun Suna pergi ke dapur untuk membasahi tenggorokannya yang terasa kering. Memang sudah jadi kebiasaan Suna selalu seperti ini setiap pagi. Tapi begitu ia sampai di depan dapur, aroma masakan yang menggiurkan menggelitik hidungnya.

"Oh? Kau sudah bangun rupanya."

Suara halus nan lembut itu menyapa gendang telinga Suna. Pria itu menatap lekat, mendapati seorang wanita sedang memakai apron warna hitam yang sering ia pakai saat sedang memasak.

"(name)? Sedang apa kau disini?"

"Menurutmu?" Pertanyaan Suna malah dijawab dengan pertanyaan kembali oleh (name). Seraya menatap ke arah teflon, wanita itu seperti memberikan jawaban secara tidak langsung.

Suna menghela napas. "Tapi kau tidak perlu melakukan ini. Kau tamu jadi-"

"Justru karena aku tamu aku harus melakukan ini," potong (name) seraya memindahkan telur omelette gulung buatannya ke atas piring. "Aku akan merasa tidak enak kalau aku diam saja tanpa melakukan apa-apa. Meskipun aku tamu, aku harus tetap melakukan sesuatu sebagai tanda terima kasih karena kau sudah membiarkanku dan Akira menginap di sini," terangnya.

"Tapi (name)-hmpp!"

Belum juga Suna menyelesaikan ucapannya, (name) sudah lebih dulu menyumpal mulut lelaki itu dengan telur omelette gulung yang sudah dipotong. Alhasil Suna mengeluh panas karena memang faktanya telur itu baru saja diangkat dari penggorengan bahkan masih mengepul.

"Hini hahih hanash!!!" (Ini masih panas!!!)

Wanita itu tertawa lepas. "Salah sendiri tidak mau tutup mulut," balasnya, membuat Suna mendumel seraya mengunyah telur omelette yang masih panas dengan susah payah.

(name) beralih memindahkan semua hasil masakannya ke atas meja makan. Suna ikut mengekorinya di belakang.

"Oh iya, aku hampir lupa. Aku menggunakan isi kulkasmu tanpa izin," ujar (name) dengan nada bersalah. Suna menatap sesaat seraya mendudukkan tubuhnya di atas kursi. "Tidak apa. Kau bisa menggunakannya sesukamu." Wanita itu ber-he ria.

"Guk! Guk!"

Suara Creamy menginterupsi keduanya. Anjing itu berlari keluar dari kamar Suna dengan terburu-buru.

"Creamy?"

"Guk! Guk!"

Anjing itu berlari mengitari (name) entah mengapa. Suaranya semakin nyaring didengar ditambah raut wajahnya terlihat sedikit panik.

"Ada apa? Apa terjadi sesuatu?"

"Guk! Guk!"

Baru saja Creamy menjawab dengan gonggongannya, suara tangis terdengar dari dalam kamar Suna.

"Hiks! Mama..."

"Ah..."

Rupanya Creamy panik karena Akira terbangun dari tidurnya. Sepertinya ini adalah kali pertamanya bagi anjing itu melihat seorang bayi menangis. Terlihat jelas dari raut muka Creamy yang kebingungan. (name) dan Suna justru malah tertawa melihat tingkah Creamy yang dianggap lucu itu.

Sorry For Loving YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang