03.

269 18 14
                                    

06.30

Sinar mentari menusuk masuk lewat gorden kamar, membuat seorang pemuda terusik dari tidur nyenyaknya.

Kringg!

Jeno mengerenyitkan matanya saat suara alarm berbunyi, membuatnya mendengus kesal.

"Berisik, bodoh!" Makinya.

Dengan terpaksa Jeno membuka matanya, ia bangun dan merubah posisinya menjadi duduk bersandar di headboard kasur. Tangannya terulur meraba ke arah nakas, mencari alarm miliknya yang tadi berbunyi.

Ctek.
Ia mematikan suara alarm yang sejak tadi mengganggunya. "Nah, kalau begini kan enak, gue bisa lanjutin mimpi yang tadi tertunda." Ujarnya.

Alih-alih bangun, pemuda dengan marga Lee itu malah kembali merebahkan tubuhnya dengan mata yang memejam.

Benar, Jeno kembali melanjutkan tidurnya.

Diruangan lain—lebih tepatnya dimeja makan, kedua orang tua Jeno beserta Mark sudah mulai memakan sarapan masing-masing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Diruangan lain—lebih tepatnya dimeja makan, kedua orang tua Jeno beserta Mark sudah mulai memakan sarapan masing-masing.

"Mark, kemana adikmu?" Tanya wanita paruh baya itu pada putra sulungnya. Mark menoleh, ia menelan makanan di mulutnya sebelum menjawab pertanyaan sang mama.

"Oh itu, sepertinya Jeno masih di kam—"

"Palingan dia masih tidur," potong sang papa. Pria bermarga Lee itu meletakan alat makanya lalu menatap sang istri, "kamu taukan, anak keduamu itu pemalas. Hidupnya hanya tidur, main, makan, dan membuat masalah." Sambung sang ayah dengan nada mengejek.

Mama menggelengkan kepalanya, ia menghentikan acara makannya lalu menoleh ke arah anak sulungnya. "Mark, tolong panggilkan adikmu ya, sayang. Ajak dia makan bersama," titah sang mama dengan seulas senyum dibibirnya.

Mark mengangguk, ia meletakkan alat makannya lalu bangun dari kursi. Ia bergegas pergi menuju kamar sang adik dilantai 2.

Tak butuh waktu lama, sulung keluarga Lee itu akhirnya sampai tepat didepan pintu adiknya.

Tok-tok-tok!

"Lee Jeno!" Panggilnya dengan nada berteriak.

Tidak ada jawaban dari dalam kamar sang adik yang tentunya membuat Mark geram. Pemuda itu kembali mengetuk pintu kamar adiknya, namun kali ini dengan gerakan membabi buta.

"LEE JENO! BANGUN GAK LO! MAMA NYURUH LO KEBAWAH! KITA SARAPAN BARENG!" Ujar Mark dengan berteriak, tangannya masih sibuk mengetuki pintu kamar sang adik.

Tak berselang lama, suara adiknya muncul dari balik pintu. "Apaan sih, bang? Pagi-pagi berisik banget," ujar sang adik dari sebrang pintu.

Mark menggelengkan kepalanya sambil berkacak pinggang. "Bangun lo. Mandi terus kebawah, nyokab ngajak sarapan bareng," ajak Mark.

"Duluan aja bang, nanti gue kebawah." Sahut Jeno dari balik pintu yang terdengar sangat lemas layaknya orang baru bangun tidur.

Mark merotasikan matanya malas, "minimal buka dulu nih pintu, Jen."

BROTHER!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang