Episode Satu

77 5 1
                                    

KH Abdul Malik Al-Ghifari, pemilik dari pesantren Darut Taqwa kini sedang duduk serius dan kedua tangannya bertumpu pada tongkat yang telah 4 tahun setia menemani masa paruh tuanya. Dihadapannya ada sang istri Hj. Siti Aminah, anak pertamanya Hasbi Al-Ghifari, anak tengahnya Afiyah Al-Ghifari, dan anak terakhirnya Labib Al-Ghifari.

"Abah cuma mau antara Hasbi dan Afiyah harus ada yang menikah tahun ini." Tandas Haji Malik dengan tatapan serius menghunus ketiga anaknya.

"Bah, kalau Labib kan belum mungkin menikah. Labib baru 16 tahun belum punya KTP." Sanggah anak bungsunya itu.

"Afi juga ndak mungkin dong, Bah. Afi kan masih kuliah." Usaha Afi untuk menyanggah keinginan Abahnya.

"Tentu saja tidak ada pilihan lain. Mas yang akan menikah tahun ini. Tapi kan-" Hasbi menghela napas panjang.

Usia pria tampan nan rupawan yang berparas Jawa-Arab itu memang sudah menginjak usia 30 tahun. Ia terlalu sibuk mengurus semua bisnisnya dan juga pesantren ini. Sehingga dia masih enggan memikirkan tentang pernikahan. Namun, rupanya sang Abah sudah tidak sabar lagi jika harus selalu menunggu kesiapan dari anak sulungnya itu.

"Tapi apa, Le?" Tanya sang Umi menggoda.

"Abah carikan saja calon terbaik untuk Hasbi. Hasbi manut, Bah." Pasrahnya tak punya lagi pilihan.

Seisi ruangan itu pun saling pandang kecuali Hasbi yang sedari tadi menunduk pasrah.

"Apa kamu ndak punya pilihanmu sendiri?" Tanya Haji Malik memastikan.

Hasbi menggeleng dan Haji Malik manggut-manggut.

Rupanya semua ini sudah menjadi rencana Haji Malik yang ingin menjodohkan Hasbi dengan seorang dokter muda putri dari Almarhum sahabat karibnya semasa ia menempuh pendidikan di Kairo dahulu.

Fateena Ilya Ar-Rasyid. Ya, putri dari pasangan Alm. KH. Ahmad Ar-Rasyid dan Hj. Aminah. Fateena, yang kerap di panggil dengan Nana adalah seorang gadis keturunan Arab-Aceh yang membuat dirinya memiliki paras ayu, kulitnya putih bersih, hidung mancung dan juga mata yang sedikit sipit dan berwarna coklat. Siapa pun akan tertunduk jika melihat kecantikannya.

Gadis yang serasi bukan jika di sandingkan dengan Hasbi yang tampan nan rupawan?

***

Nana tercekat ketika mendengarkan penjelasan Ummanya bahwa 3 hari lagi akan ada seseorang yang hendak mengkhitbah dirinya. Pasalnya dia tidak ingin melangkahi sang kakak, yaitu Zyan Ar-Rasyid.

"Tapi, Umma kan Abang belum menikah." Sanggahnya.

"Kenapa Abang yang jadi alasan. Bukannya kamu sudah menyimpan rasa kepada Ustadz Hasbi?" Goda Zyan.

Nana terkejut mendengar nama Hasbi. Pasalnya Hasbi adalah gurunya semasa ia mondok di ponpes Darut Taqwa. Dari mana Abangnya itu tahu tentang perasaanya.

Nana teringat sesuatu kemudian menepuk jidatnya sendiri. Ia teringat ketika beberapa bulan lalu Abangnya pernah memberikan buku diarynya yang berhari-hari menginap di rumah ini. Saat itu, Nana masih menyelesaikan pendidikannya di pondok. Baru 1 bulan ini dia keluar dari pondok dan Ustadz yang selama ini ia kagumi disebut-sebut akan mengkhitbah dirinya.

Nana memang tahu betul keluarganya  dekat dengan keluarga ndalem pondok Darut Taqwa. Namun, saat di pondok dirinya dianggap sama dan tidak pernah diistimewakan. Dari situlah Nana berpikir rasa kagumnya kepada Ustadz Hasbi tidak akan pernah kesampaian. Meskipun begitu, Nana tidak pernah bosan merayu Sang Pemilik Hati untuk menunjukkan kebaikan jika memang keinginannya itu tidaklah salah.

Siapa orangnya yang tidak ingin bersanding dengan seorang Hasbi. Dia ustadz, ibadahnya mantep, pebisnis yang sukses dan juga parasnya yang tampan.

Tidak hanya Nana, tapi hampir 50% gadis seangkatan Nana mengagumi, ralat menginginkan bersanding dengan Ustadz Hasbi.

"Ih, Abang! Tuh kan, Umma. Abang pasti buka-buka diary Nana waktu diary Nana ketinggalan di rumah." Rajuk Nana.

"Salah sendiri nulis diary kok di buku seperti itu. Nulisnya itu di Ipad dan di lock Ipadnya. Setidaknya meskipun Ipad tidak dibawa ke pondok, kan Abang nggak bisa otak-atik!" Kilah Zyan.

"Halah, Locksrcreen model apapun juga Abang tetap bisa buka. Dasar hacker amatiran." Sungut Nana.

Aminah hanya bergeleng melihat kelakuan kedua buah hatinya yang selalu bertengkar dalam kasih sayang.

'Andai sampean masih ada, Bi. Mungkin sampean akan bangga melihat Zyan dan Nana tumbuh dewasa. Sebentar lagi, putri kesayangan Abi akan menikah.' Batin Aminah dan tak terasa air mata membanjiri pipinya yang mulai keriput.

"Loh! Umma! Kok Umma nangis. Umma, Nana mau kok menikah dengan Ustadz Hasbi." Cerca Nana seraya menghapus air mata Ummanya.

Aminah tersenyum dan mengundang ide jahil Zyan untuk menggoda adiknya.

"Nah kan ketahuan, Umma! Keceplosan kan dia. Lagaknya saja menolak. Padahal, beuuh-"

"Abang!" Teriak Nana lalu berlari menuju kamarnya karena ia tidak mau Umma dan Abangnya melihat rona pada pipinya yang tembam.

Nana bahagia bercampur bimbang dengan kabar yang ia dapatkan hari ini.

***

Sudah pukul 1 dini hari dan Nana masih tetap tidak bisa memejamkan matanya. Ia pun segera mengambil wudhu dan menggelar sajadah. Nana bersujud melaksanakan sholat istikharah dan juga sholat tahajud. Dia memohon kepada Allah untuk memberinya petunjuk. Apakah nanti jika ustadz Hasbi benar-benar datang mengkhitbahnya, ia harus menolak atau menerima. Hatinya memang menerima kabar baik ini. Tapi siapa tahu dalam waktu tiga hari ini jika tiba-tiba Allah akan membolak-balikkan hatinya. Karena sesungguhnya Allah ialah Sang Maha Pembolak-Balik hati hamba-Nya.

Sementar di kediaman Hasbi. Ustadz tampan itu pun bersujud memohon petunjuk kepada Allah agar dia diberikan jodoh yang baik agamanya dan mau ia bimbing untuk menuju Surga Allah kelak. Hasbi memohon agar ia diberikan jodoh sesuai yang dia butuhkan.

"Ya Allah Ya Rab, jika memang sudah waktu Hamba untuk menikah di tahun ini, tolong pilihkan Hamba jodoh yang baik agamanya, baik akhlak dan budi pekertinya, serta jika boleh Hamba minta bonus, berilah Hamba jodoh yang cantik dan juga cerdas agar kelak keturunan Hamba memiliki madrasah yang sempurna. Aamiin Aamiin Ya mujibassaailiin."

Hasbi menutup do'anya dengan meraupkan kedua telapak tangannya ke wajah lalu kembali mengambil sujud yang panjang dan memuji Allah Sang Maha Esa.

Hingga detik ini Hasbi belum mengetahui siapa yang dipilihkan oleh Abahnya. Abahnya tidak ingin memberi tahu dan Hasbi tidak ingin banyak tahu.

------

Haloooo, semoga kalian suka dengan cerita mamita kali ini Ya, Insyaa Allah akan diagendakan daily update.

Jangan lupa Like dan Komen biar mamita semangat update.

Love banyak-banyak mamita lovers ♥️

Satu Shaf Dibelakangmu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang