soccer freak

18 0 0
                                    

aku nggak percaya sama perkiraan cuaca yang biasa muncul di notifikasi ponsel. karena nggak jarang segala yang dijabarkan di sana selalu meleset seratus persen. hari minggu kemarin, dikatakan bahwa hujan badai akan turun pada pukul 10 pagi, diharapkan menyediakan payung dan berhati-hati dalam beraktivitas. aku, si perempuan parnoan, tentu aja panik. aku sampai membatalkan seluruh agendaku hari itu-termasuk acara meet and greet artis favoritku yang baru akan dimulai di pukul 10.10-karena aku agak takut hal itu terulang lagi (kejadian lama. di mana aku lupa membawa payung dalam keadaan hujan petir dan berakhir basah kuyup. 2 hari setelahnya, aku demam seminggu). namun sialnya, perkiraan cuaca minggu lalu benar-benar diluar dugaan. hari itu, matahari bersinar dengan teriknya dari pagi sampai sore hari. mengiringi kesedihanku yang gagal bertemu artis asal korea selatan kegemaranku.

sejak saat itu, aku tidak akan percaya lagi pada praduga cuaca yang sering disiarkan, dan tidak menaruh peduli lagi pada gambar variasi awan yang ada di beranda ponselku. biarlah itu jadi rahasia tuhan.

namun, hari ini-tidak juga. sudah seminggu berlangsung, perkiraan cuaca itu tidak meleset. hujan deras benar-benar turun ketika notifikasi keramat itu muncul, termasuk pada hari ini. aku mendesah. sedikit menyesali keputusanku untuk tidak meminta ayahku menjemput karena aku ingin pulang sekolah menaiki angkutan umum. tetapi kalau keadaannya begini, bagaimana aku bisa pulang? entah kapan hujan ini akan berhenti. aku pun tidak tahu. biarlah itu jadi rahasia tuhan.

lantas aku mendaratkan pantatku di kursi yang memang disediakan di perbatasan antar jemput siswa. memandang lapangan yang dipenuhi oleh siswa laki-laki dengan gamang. aku agak heran. mereka ini nggak takut sakit apa gimana? masa hujan begini tetap bersikeras ngefutsal? guru-guru yang sudah turun tangan pun sering diabaikan oleh sekumpulan siswa itu. aku kenal beberapa dari mereka. salah satunya adalah si kapten ekskul, lee haechan, yang kerap menjadi pasien tetapku di unit kesehatan sekolah selama beberapa hari belakangan.

"ale, di uks ada obat tambah darah nggak?" betul saja, kan. haechan yang basah kuyup itu menghampiriku dengan pose pusing kepala.

"nggak tau." aku menjawab singkat. "kenapa emangnya? darah rendahnya kumat lagi?"

"hapal banget?"

aku memutar bola mata malas. "kamu udah masuk uks berapa kali minggu ini coba."

haechan terkekeh. aku baru sadar. laki-laki berkulit cokelat manis itu memiliki lesung pipi di ujung bibir kirinya ketika ia tersenyum. selama ini tersembunyi di balik pipi gembilnya. "boleh masuk ke dalam nggak? takut dimarah sama ibu negara kalau aku datang dengan lancang seperti tikus."

oh, omong-omong, ibu negara itu sebutan untuk si penanggungjawab ekskul palang merah remaja di sekolahku, miya. dia memang galak ketika berurusan dengan haechan dan uks. entah sudah berapa kali lelaki itu dapat cubitan kuat darinya, tetapi haechan nggak pernah kapok. aku bisa maklum. karena menurut info yang beredar, miya itu gebetannya haechan. nggak tau sumbernya dari mana, valid atau nggak. aku nggak minat buat nyari tahu juga.

"hari ini bukan jadwalnya miya jaga uks."

"oh, terus? kamu mau temenin aku ke uks, nggak?"

"ngapain?"

"nyari obat, laaahhhh??" haechan sewot. aku nggak mau peduli.

cowok itu benar-benar aneh dan menyebalkan. andai aku menguasai ilmu bela diri, sudah kupatahkan lehernya sejak lama. sayangnya aku tidak.

haechan mempunyai penyakit darah rendah. sama sepertiku. bagaimana aku bisa tahu? oh, menjadi dokter untuk penyakitnya yang satu itu selama seminggu hampir membuatku mual. aku termakan oleh bualannya sampai rela menghabiskan waktuku di uks karena dia yang pingsan ketika upacara bendera. 5 menit kemudian dia siuman. dan tebak? dia cuma pura-pura! mengibuli warga sekolah dengan tipu muslihatnya yang receh. aku sama sekali nggak paham sama jalan pikirannya.

every summertimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang