18# Pupus

210 36 6
                                    

"Aku mencintaimu lebih dari yang kau tahu.
Meski kau takkan pernah tahu."

-----oOo-----

Duduk sendirian di balkon kamarnya, Ara terus merenung. Pagi ini, dia tak ada agenda lain selain bermalas-malasan di rumah. Hari ini memang hari libur, dimana kebanyakan penghuni rumahnya akan pergi keluar sesuai janji mereka masing-masing. Tapi tidak untuk Ara. Baginya, hari liburnya akan sangat sia-sia jika ia gunakan untuk pergi keluar rumah.

Menyendiri seperti ini cukup mampu mengembalikan energinya. Tidak perlu bersusah payah pergi refreshing ke tempat wisata yang pastinya sangat ramai diisi oleh orang-orang yang sedang berpacaran.

"Apasih kelebihan si Rere? Cantik juga cantikan gue." Ara menggumamkan pertanyaan yang sama sembari menghembuskan napas panjang.

Aku tak mengerti apa yang kurasa.
Rindu yang tak pernah begitu hebatnya.

Rasanya sangat menyakitkan ketika Raka, laki-laki yang ia dambakan itu memajang foto mesra bersama Rere di sosial medianya.

Aku mencintaimu lebih dari yang kau tahu.
Meski kau takkan pernah tahu.

"Rere pinter, seleb kampus, apalagi ya kelebihan dia?" Suara Yesi yang datang tak diundang berhasil mengejutkannya.

"Bisa gak sih kalau mau masuk kamar orang tuh ketuk dulu!" Ara memberengut kesal.

Yang dikatakan Yesi itu benar adanya. Rere memang jauh berada di atasnya. Dan fakta itu selalu menyakitkan hati Ara.

Aku persembahkan hidupku untukmu.
Telah kurelakan hatiku padamu.
Namun kau masih bisu, diam seribu bahasa.

"Daripada galau-galauan, mending kita keluar," ajak Yesi.

Ara beranjak menuju atas ranjangnya diikuti Yesi yang duduk di kursi belajar Ara.

"Entar di luar gue ketemu Raka sama aserehe. Males banget gue," ujarnya seraya merebahkan tubuh pada ranjang empuknya.

Daripada melihat mereka berdua tersenyum bahagia, lebih baik Ara tak melihatnya saja sekalian. Bayangkan saja, bagaimana perasaanmu jika harus melihat orang yang kau sayangi bahagia dengan orang lain. Bukan denganmu.

Dan hati kecilku bicara...

"Sakit, Yes."

Baru kusadari,
Cintaku bertepuk sebelah tangan.

"Yaelah, Ra, gue tau kalau lo lagi sakit hati. Tapi please ya, nama dia itu Rere, bukan aserehe," pungkas Yesi.

Kau buat remuk s'luruh hatiku...

"BODO!" Ara memalingkan wajah memunggungi Yesi.

"Ayo dong, kemana gitu kek." Yesi menarik-narik tangan Ara.

"Males, Yes. Ibuk lagi gak di rumah. Gue gak dibolehin keluar, disuruh jaga rumah katanya." Ara berbohong. Padahal nyatanya ibu sama sekali tak keberatan jika Ara ingin pergi keluar, toh di rumah sudah ada yang jaga.

"Kan ada tuh cowok-cowok. Alvan di bawah lagi nyuci motornya, terus dua bocil kembar tuh siapa namanya gue denger lagi ngegame di kamarnya. Ayo lah, Ra," bujuk Yesi.

Namun, Ara tetaplah Ara. Ia tak menghiraukan ocehan Yesi dan malah beranjak dari kamarnya menuju ruang tengah diikuti Yesi.

Semoga waktu akan mengilhami.
Sisi hatimu yang beku.

Asrama Asmara ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang