N

21 5 0
                                    

(n) cerita ini mengandung unsur boys love (bxb) dan kata-kata kotor, mohon kebijakannya bagi para pembaca.

Jeno berlari menjauh meninggalkan halte bus terakhirnya sembari memasang dasi sekolahnya dengan tergesa-gesa, hari ini awal dari semester baru tapi seperti biasa ia terlambat berangkat. Kemarin malam ia begadang bermain game online bersama temannya dan baru tertidur pukul 2 dini hari tadi. Baru sebentar merasakan menjelajah di alam mimpi, tau-tau alarm ponselnya berbunyi diiringi suara gedoran pintu kamarnya yang menandakan hari sudah pagi di kediaman Jeno.

Jeno menatap jam dipergelangan tangannya yang menunjukkan pukul setengah delapan lewat lima belas menit. Jam pertama di sekolahnya sudah lewat dari lima belas menit yang lalu apalagi jam pertama adalah jam pelajaran Sejarah yang diampu oleh pak Choi, guru yang terkenal galak seantero sekolah.

Pemuda Lee itu sampai di depan gerbang sekolah lima menit kemudian. Di depan gerbang berdiri Lee Minghyung atau biasa dipanggil Mark, ketua OSIS kesayangan seluruh warga masyarakat sekolah sekaligus kakak dari Lee Jeno. "Telat lagi?" Tanya Mark yang hanya dibalas dengan cengiran oleh Jeno.

"Gue udah capek buat ngasi lo hukuman tiap hari jadi kali ini gue bakal nyuruh temen gue buat ngasi lo hukuman." Ujarnya sembari pergi memanggil seseorang.

Tak beberapa lama Mark kembali dengan seorang manusia berukuran lebih mungil di sebelahnya. "Ren, hari ini gue serahin Jeno buat lo urus, gue udah capek ngasi tau dia tiap hari." Ujar Mark sambil melirik sinis Jeno, sedangkan Jeno yang ditatap cuma nyengir, udah biasa dia mah.

Mark pergi meninggalkan Jeno dan pemuda tadi berdua. "Ekhem, gue Renjun yang bakal ngurus lo kali ini." Ucap yang lebih pendek. Mereka menuju ruang OSIS untuk mencatat pelanggaran yang dilakukan yang lebih muda.

Brakk!

Renjun menutup buku catatannya dengan keras yang membuat Jeno sedikit terlonjak dari duduk nyamannya.

"Lee Jeno, apa alasan lo telat lagi?"

"Biasa, telat bangun."

Renjun mengehela nafasnya. "Lo bisa gak sih sekali aja ga bermasalah? Ga bosen keluar-masuk ruang OSIS tiap hari?"

"Gue rela masuk ruang kesiswaan asalkan bisa ketemu lo, kak." Jawab Jeno dengan percaya diri. Renjun hanya bisa memijit kening mendengar jawaban dari Jeno, Renjun tahu adik temannya itu sangat tergila-gila kepadanya, ia tahu itu dari Mark yang rela cepuin kelakuan adeknya sendiri.

Plak!

Buku di tangan Renjun berhasil mencuri satu pukulan di kepala bocah  di depannya.

"Aw.. Kok dipukul sih? Ini namanya kekerasan dalam rumah tangga, kak." Ujar Jeno yang malah mendapatkan satu lagi getokan keras di kepalanya.

"Gue masih punya pacar, Jen."

Jeno memegangi kepalanya yang baru saja mendapatkan double kill dari seniornya itu. "Selingkuh aja sama gue." Cengir Jeno. Renjun membantingkan tubuhnya ke kursi putarnya sembari memijat pelipis kepalanya.

Adik tingkatnya satu ini memang sering membuatnya sakit kepala. Untung saja dia adik dari atasannya—Mark— kalau tidak sudah habis babak belur di tangannya karena berani menggodanya.

"Shut up Lee, sekarang lo bisa balik ke kelas." Ucap Renjun sambil menunjuk pintu keluar ruangan.

Jeno cemberut, "Kenapa? Gue masih pengen sama lo kak." Ujarnya dengan nada kekecewaan. Renjun kembali memijat pelipisnya, benar-benar susah untuk menghadapi bocah satu ini.

"Ohya, lo gausah bohong kak, gue tau kok lo udah putus sama Jaemin minggu lalu." Perkataan Jeno barusan membuat Renjun menatap adik kelasnya itu. Sejak kapan dia tahu itu? Dia belum mengumumkan bahwa dirinya sudah putus dengan sang pacar. Bahkan Mark sendiri tidak tahu lalu siapa yang memberitahunya?

"Dari mana lo tau?"

"Haechan."

"Gue emang udah putus sama Jaemin." Ujar Renjun sedih.

"Pacaran sama gue aja kak!"

"OGAH!" Pekik Renjun sambil memukul Jeno dengan buku lagi. Amit-amit sekali ia berpacaran dengan Jeno, bisa rusak citra wakil ketua OSIS-nya selama ini jika berpacaran dengan berandal seperti Jeno.

"Wow wow, calm down baby, rubah kecil sepertimu tidak boleh marah-marah."

"Keluar, Lee."

Melihat Renjun yang mulai kesal Jeno segera pergi meninggalkan ruang OSIS. Renjun mode kesal memang terlihat menggemaskan tetapi ia tidak mau membuat calon pacarnya itu menjauh. Bagaimana tidak menjauh, cara Jeno mendekatinya saja terlalu agresif.

Kemudian hanya tersisa Renjun di dalam ruangan itu dengan wajah yang memerah. Tebak, Renjun sedang marah atau malu? Yap! Renjun malu ketika Jeno menyebutnya sayang tadi.

Renjun mengutuk Jeno dalam hatinya tetapi itu sangat berbanding terbalik dengan wajahnya yang memerah dan bibirnya yang sekali-kali tertarik ketika mengingat panggilan adik kelasnya itu yang diberikan kepadanya tadi. Memang sangat menguras berbagai emosi jika berada di dekat Jeno walau hanya selama 15 menit.

"Lee Jeno brengsek."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

with u - norenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang