Aisyah binti Abu Bakar

4 0 0
                                    

Q.S. An - Nūr : 11 - 17

Sesungguhnya orang orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu (juga). Janganlah kamu mengira berita itu buruk bagi kamu, bahkan itu baik bagi kamu. Setiap orang dari mereka akan mendapat balasan dari dosa yang diperbuatnya. Dan barangsiapa diantara mereka yang mengambil bagian terbesar (dari dosa yang diperbuatnya), dia mendapat azab yang besar (pula).

Mengapa orang orang mukminin dan mukminat tidak berbaik sangka terhadap diri mereka sendiri, ketika kamu mendengar berita bohong itu dan berkata, "Ini adalah (suatu berita) bohong yang nyata."

Mengapa mereka (yang menuduh itu) tidak mendatangkan empat orang saksi ? Oleh karena mereka tidak membawa saksi-saksi, maka mereka itu dalam pandangan Allah adalah orang-orang yang dusta.

Dan seandainya bukan karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu di dunia dan di akhirat, niscaya kamu ditimpa azab yang besar, disebabkan oleh pembicaraan kamu tentang hal itu (berita bohong itu).

(Ingatlah) ketika kamu menerima (berita bohong) itu dari mulit ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit pun, dan kamu menganggapnya remeh. Padahal, dalam pandangan Allah itu besar.

Dan mengapa kamu tidak berkata ketika mendengarnya, "Tidak pantas bagi kita membicarakan ini. Mahasuci Engkau, ini adalah kebohongan yang besar."

Allah memperingatkan kamu agar (jangan) kembali mengulangi seperti itu selama-lamanya, jika kamu orang beriman,

***

Sebab Turunnya Ayat

Ulama tafsir dan hadis menyatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan peristiwa haditsul ifki (berita bohong). Berita bohong itu menyangkut diri Aisyah binti Abu Bakar r.a., istri Rasulullah SAW. Aisyah digosipkan berbuat sesuatu yang tercela karena beliau pulang naik unta yang dituntun seorang laki-laki bernama Shafwan bin Mu'aththal As-Sulamiy.

Saat itu, Rasulullah SAW. Dan pasukan Umat Islam baru selesai berperang dalam suatu peperangan. Rasulullah SAW. Dalam perjalanan itu ditemani Aisyah r.a. Aisyah yang tubuhnya kurus dan ringan dibawa dalam sebuah sekedup yang diangkat oleh beberapa orang. Setelah perang usai, saat pasukan beranjak pulang, Aisyah beranjak pergi ke suatu tempat untuk menunaikan hajatnya. Ketika akan kembali ke rombongan, Aisyah kehilangan kalungnya, sehingga ia sibuk mencarinya. Sementara itu, para petugas pembawa sekedup Aisyah tidak mengetahui bahwa Aisyah sedang berada di luar sekedup. Mereka menyangka Aisyah masih berada di dalamnya karena memang tubuhnya begitu ringan. Akhirnya, tertinggallah Aisyah dari
rombongan. Setelah menemukan kalungnya, Aisyah kembali ke tempat pemberhentian pasukan, namun ia tidak berjumpa dengan seorang pun. Karena mengantuk, Aisyah pun tertidur di tempat tersebut. Saat itu, hari masih pagi.

Beberapa saat kemudian, lewatlah Shafwan bin Mu'aththal As-Sulamiy. Ia tertinggal dari pasukan kaum muslimin dan hendak menyusul mereka dengan naik unta. Shafwan pernah melihat Aisyah ketika ayat hijab belum turun. Ketika melihat Aisyah, spontan Shafwan berucap : "Inna lillahi wa inna ilaiyhi raji'uun". Mendengar itu, Aisyah terbangun, lalu segera menutup wajah dengan jilbabnya. Saat itu, tidak ada perkataan apa pun yang diucapkan Shafwan selain kalimat istirja' tersebut.

Kemudian, Shafwan menderumkan untanya sehingga Aisyah bisa naik dan menunggangi unta itu. Berangkatlah Aisyah dengan menunggang unta yang dituntun oleh Shafwan. Mereka berdua akhirnya dapat menyusul pasukan Umat Islam pada siang hari.

Peristiwa inilah yang dijadikan bahan gunjingan oleh orang-orang munafik. Mereka menghasut orang-orang muslim untuk berprasangka buruk terhadap Aisyah. Sebagian orang muslim termakan juga oleh gosip ini. Mereka pun lantas turut menyebarkan gosip kepada masyarakat Madinah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 19, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Wanita-Wanita Abadi Dalam Al-Qur'anTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang