10. Let's Play This Game

212 17 0
                                    

Beberapa minggu setelah acara baikkan yang di lakukan Renjun. Hubungan antara Renjun dan Haechan berjalan kembali. Ya walaupun saat ini ia harus menambahkan kesabarannya, di karenakan kekasihnya yang tidak bisa melepaskan sahabatnya.

Kata-kata yang di keluarkan Jaemin, sepertinya benar-benar mendistrak dirinya. Bertahan atau meninggalkan, itu yang menjadi pilihan dia saat ini. Dan ya, dia lebih memilih untuk bertahan. Jadi, dia harus menerima konsekuensinya atas pilihan yang dia ambil saat ini.

Seperti saat ini dirinya sedang jalan bersama dengan kekasihnya, tapi ada sahabat dari kekasihnya yang juga ikut mereka. Mau menolak pun kekasihnya yang mengajak sahabatnya, dengan alasan orang tua sahabatnya ini yang meminta tolong kepada dia, untuk tidak membiarkan sahabatnya sendirian dulu.

Tapi ya gitu.... Renjun tidak membiarkan wanita macam Wooyoung ini untuk dekat dengan kekasihnya. Sewaktu nonton bioskop tadi. Ia memilih untuk duduk di tengah. Awalnya mereka ingin menonton horor. Tapi ia tau itu semua akal-akalan wanita itu, agar bisa memegang kekasihnya dengan alasan ketakutan.

Jadi, ia lebih memilih untuk menonton doctor strange, agar sahabat kekasihnya ini tidak mencari kesempatan. Pas jalan juga ia bergelayut manja di lengan kekasihnya, lebih tepatnya memeluk kekasihnya tidak membiarkan sahabat dari kekasihnya ini memegang tangannya.

Dan saat ini, ketika mereka makan bersama. Sahabat dari kekasihnya ini berusaha memotong steaknya dengan susah payah, agar kekasihnya mau memotongi steaknya. Tapi ia lebih dulu membantu wanita itu untuk memotongnya.

"Membantu sesama manusia gak salah kan? Kau sahabatnya. Otomatis kau teman-ku juga bukan? Aku membantu kamu yang sedang kesusahan memotong steak. Apakah salah?" Tanya Renjun dengan senyumannya.

Wooyoung menggeram, tapi dia berusaha untuk tetap tersenyum. "Ah iya gapapa. Justru aku yang berterima kasih karena telah membantu diriku." Balas Wooyoung, yang juga langsung menunjukkan senyumannya.

"Aku senang." Ujar Haechan, yang sukses membuat gerakan kekasihnya yang sedang memotong daging miliknya terhenti.

"Senang kenapa?" Tanya Renjun.

"Akhirnya kau bisa menerima sahabatku." Jelas Haechan, yang membuat kekasihnya langsung tersenyum.

"Aku sih menerima dia dari awal. Asalkan dia tidak kelewat batas saja, dan mungkin aku belajar mulai memahami dirinya, atau malah memgikuti permainannya." Ujar Renjun, yang langsung memutuskan tatapannya, menjadi menatap wanita yang ada di samping kekasihnya ini dengan seringainnya.

"Permainan apa?" Tanya Haechan.

"Tidak. Maksudku, aku berusaha memahami dirinya. Memahami seseorang seperti mainan bukan? Sebelum memainkan mainan yang kita inginkan, kita harus memahami mainan itu dulu bukan?" Ujar Renjun.

"Ah iya benar." Jawab Haechan, yang sebenarnya masih tidak mengerti maksud dari kekasihnya ini.

"Habis ini mau kemana?" Tanya Haechan, menatap kekasihnya.

Baru saja Renjun ingin menjawab, Wooyoung sudah lebih dulu mengintrupsinya. "Miniso!" Seru Wooyoung.

"Aku ingin ke miniso dulu! Ada sesuatu yang ingin aku beli." Ujar Wooyoung, menatap wanita yang sedang bergelayut manja dengan sahabatnya, disertai dengan seringaiannya. Ia tau kalau wanita ini paling anti ke pernak pernik yang serba wanita.

"Kamu gapapa?" Tanya Haechan, yang langsung di balas anggukkan kepala oleh kekasihnya.

"Aku juga mau ke sana. Jaemin nitip kepada diriku barang yang ingin ia beli." Balas Renjun, yang sukses membuat Wooyoung terkejut.

Biasanya, Renjun ini paling anti mengiyakan apa yang dia inginkan. Tapi apa yang ia lihat sekarang? Wanita ini malah menjawab tidak apa-apa, di bandingkan bertengkar, atau pergi dari hadapan mereka.

"Bagus kalau begitu. Ayo kita pergi sekarang." Seru Haechan, yang langsung menggenggam tangan kekasihnya, lalu pergi lebih dulu, di susul sahabatnya yang ada di belakang mereka.

Sampai di Miniso, Wooyoung mulai mencari barang yang ia inginkan. Begitu juga dengan Renjun yang pura-pura mencari barang untuk Jaemin, kembarannya.

"Jaemin, dia nitip barang apa? Kali saja aku bisa bantu." Tanya Wooyoung, yang menawarkan diri untuk membantu.

"Ah itu, tempat penyimpanan barang. Biasalah dia, barangnya sangat banyak, tapi tempatnya sedikit." Jawab Renjun, yang untungnya otaknya lancar untuk menjawab ini.

"Kalau tempat penyimpanan bukan di sini, tapi di sana." Ujar Wooyoung, seraya menunjuk rak paling ujung.

Renjun langsung menarik tangan kekasihnya, menuju rak paling ujung. Namun karena kecerobohan yang ia perbuat dan tidak ia sabari, membuat dirinya menabrak seseorang. Untung saja kekasihnya ini sigap, dan langsung menahan tubuhnya.

"Maafkan aku. Aku tidak sengaja dan sangat teledor. Aku--- Guanlin?!" Seru Renjun yang terkejut begitu melihat sahabatnya yang ada di hadapannya.

"Renjun!" Seru Guanlin, yang langsung di hadiahi pelukkan oleh Renjun, sahabatnya.

"Lo kemana aja, gila?! Gue nunggu lo pulang, tapi lo gak pulang-pulang. Sekalinya pulang, gue malah gak tau! Lo udah gak anggep gue sebagai sahabat lo? Kalau Jaemin tau, dia bisa marah juga!" Ujar Renjun yang masih berada di dalam pelukkan Guanlin.

Guanlin terkekeh, seraya membalas pelukkan Renjun. Niatnya ingin mengusap surai rambut sahabatnya pun tertahan, karena sahabatnya yang di tarik tiba-tiba oleh pria yang ada di hadapannya. "Eh, Lee Haechan? Hubungan kalian masih langgeng?" Ujar Guanlin, seraya meledek pria yang ada di hadapannya ini.

"Iyalah! Lo kira gue bakalan ngelepasin Renjun? Gak akan!" Ketus Haechan, menanggapi pertanyaan sahabat dari kekasihnya ini, yang baru saja kembali setelah sekian lama.

"Itu siapa?" Tanya Guanlin yang saat ini tengah menatap wanita yang ada di belakang Haechan dan Renjun.

"Oh itu Wooyoung, sahabatnya cowo gue." Jawab Renjun, memperkenalkan Wooyoung.

"Oh, kalian jalan bertiga? Sahabatnya Haechan juga ikut? Emangnya gak risih?" Tanya Guanlin, menatap Renjun dan Haechan secara bergantian.

'Ya risih lah gila! Masa iya gak risih! Tapi ini orang muka tembok masalahnya! Daripada gue ribut mulu, jadi hubungannya gak jelas? Lebih baik gue ngalah aja!' Batin Renjun yang ingin membalas pertanyaan Guanlin. Namun tidak jadi, karena kata-kata kembarannya yang terus terputar di otaknya.

"Gak risih lah, orang Haechan sama Renjunnya setuju kok." Balas Wooyoung, karena tidak ada yang bersuara, untuk menjawab ucapan Guanlin.

"Ah, kalau gitu gue boleh ikut dong? Gue kan juga sahabatnya Renjun. Biar adil gitu kan. Haechan yang ngedate sama Renjun, tapi bawa sahabatnya. Renjun ajak gue, yang notabennya sahabatnya juga." Ujar Guanlin, seraya tersenyum dan menaik-turunkan alisnya.

"Eng--"

"Boleh kok, Lin! Sekalian hitung-hitung menyambut kedatangan lo!" Seru Renjun, mengintrupsi ucapan kekasihnya.

Haechan membelalakkan matanya, begitu mendengar jawaban yang keluar dari mulut kekasihnya. "Yang! Gak ya!" Sewot Haechan yang tidak terima.

"Loh kenapa? Kamu aja aku gak larang buat bawa Wooyoung, sahabat kamu. Masa iya kamu ngelarang aku?!" Ujar Renjun yang tidak terima.

"Tau lo bro! Gak boleh gitu!" Ujar Guanlin, yang langsung merangkul pundak sahabatnya, dan membawa sahabatnya pergi dari miniso.

Sementara Haechan yang melihatnya pun tidak terima. Ia langsung menghampiri kekasihnya. Tidak perduli sahabatnya yang masih ada di belakangnya.

*grab* Haechan langsung menarik kekasihnya untuk ada di sampingnya. Tidak rela kalau kekasihnya ini dekat dengan Guanlin.

Sementara Renjun hanya bisa tersenyum. "Let's play this Game!"

BE THE ONLY ONE - HYUCKRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang