"AWAS WOY MINGGIR!!!"
Teriakan datang dari seorang cowok yang sedang berlari seperti ada yang mengejarnya.
"MINGGIR WOY MINGGIR!!!" Seolah menjadi sebuah perintah yang harus dipatuhi, semua murid-murid berseragam putih abu-abu itu langsung menepikan langkah mereka agar tidak menghalangi cowok si pemberi peringatan itu.
Huh huh huh huh.
Nafas lengah terdengar dari seseorang yang sudah menjadi pusat perhatian di depan gerbang sekolah bertuliskan SMA NUSA BANGSA.
Setelah berlari dari ujung gang sekolah, cowok itu akhirnya berhenti tepat di depan gerbang sekolahnya.
Menunjukkan dirinya yang sedang kelelahan, cowok itu bahkan membungkuk layaknya orang rukuk, tetapi yang sebenarnya adalah ia sedang mengatur nafasnya yang sangat tidak beraturan itu.
"Raja?"
Suara lembut yang datang dari seorang perempuan manis dengan rambutnya yang dikuncir kuda itu, membuat yang si empunya nama mendongak.
Yang dipanggil pun tersenyum dengan nafas yang masih terengah-engah.
"Hai Ra."
Perempuan yang dipanggil 'Ra' oleh cowok bernama Raja itu mengernyit, "Lo habis ngapain? Kok keringetan banget gitu?"
"Ra, mau olahraga pagi gak? Tanggung nih masa cuma sampe depan gerbang," ujar Raja yang membuat perempuan di hadapannya semakin mengernyit bingung.
"Kelamaan mikir." Selang sedetik setelah berucap demikian, Raja langsung menarik tangan perempuan yang masih memutar otaknya, dia berusaha untuk mencerna maksud dari cowok yang saat ini sedang membawanya lari bersama, hingga mereka berhenti di lantai tiga, tepatnya di lorong kelas XI.
Jangan tanya bagaimana pandangan murid-murid lainnya yang melihat kedua insan itu berlari bersama sepanjang koridor hingga terburu-buru menaiki tangga, seolah ada yang mengejar mereka padahal tidak ada.
"Aw! Sakit Ra," keluh Raja setelah mendapat satu cubitan ganas di lengannya.
"Ya lo lagian, siapa suruh ngajak gue lari-larian kayak gitu. Liat nih, masih pagi gue udah keringetan kayak gini," balas perempuan itu.
Raja tergelak. "Maaf maaf, lagian kan lumayan Ra, olahraga pagi."
Perempuan dengan nama lengkap Raquella Zavira Amora itu masih berusaha mengatur nafasnya, sebelum ia bertanya lagi pada Raja, sahabatnya.
"Pagi-pagi udah bikin ulah aja lo, ngapain tadi lo lari-lari sampe ngos-ngosan gitu?"
"Gaboleh suudzon Ra sama sahabat sendiri. Gue bukannya bikin ulah, tapi tadi di ujung gang belakang sekolah ada pemalakan gitu, ibu-ibu lagi, ya gue mana tega dong biarin gitu aja. Yaudah sebagai pemuda Indonesia yang berbudi pekerti luhur, gue memutuskan untuk menolong ibu itu. Awalnya sih ya okelah berantem, eh tapi tau-tau nya mereka malah manggil komplotannya yang lain," Raja berujar panjang, menceritakan kronologis kejadian yang ia alami tadi.
"Terus lo gimana akhirnya? Kabur?"
Raja mengangguk, "Gue cukup sadar diri Ra, sejago-jagonya gue, gak akan mampu ngelawan mereka."
"Emang mereka ada berapa orang?"
Raja mencoba mengingat-ingat, "Hmm ya sekitar 10-15 orang lah."
Raquella membelakakan matanya, "Yaampun banyak banget, bagus deh kalau lo berhasil kabur. Terus ibu ibu nya gimana?"
"Sebelum gue ngelawan mereka, ya gue biarin ibu itu kabur dulu, Ra."
Terlihat jika Raquella menghembuskan nafas leganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
R - Raja dan Raquella
Teen FictionJika menjadi seorang sahabat adalah satu satunya cara untuk membuat aku selalu berada di dekat kamu, maka aku rela menyebut diriku sebagai sahabat terbaikmu - Raquella Zavira Amora Sahabat dan pacar memang berbeda, namun sama pentingnya - Raja Emill...