Bagian 1

85 69 302
                                    

'Aku mengerti bahwa semesta punya rencana yang menyakitkan, namun mengapa aku terus berharap hal itu akan menjadi indah?' -disneschara falisha

Bulan telah menggantikan sang matahari dengan tugas yang hampir sama, dan aku tetap  melakukan hal yang sama tanpa ada nya pengganti untuk memandangi layar komputer di depanku dengan kantung mata yang semakin hitam berharap agar sesegera mungkin tugas dihadapanku ini selesai.

Mungkin sudah terdengar ratusan kali hembusan kasar nafasku yang telah keluar menunjukan rasa kantuk berat, bahkan otakku saat ini sudah mendapatkan rasa lelah yang membuatnya ingin segera merebahkan kepalaku di kasur dengan merasakan empuknya bantal bernuansa biru muda di atas ranjangku.

'Persetan dengan semuanya, dasar beban kelompok' Sudah tidak terhitung berapa kali aku mengumpat keadaan yang saat ini memang sangat membuatku merasa menjadi manusia paling sial.

Lagu yang terdengar melalui handphone milikku masih saja memutarkan lagu galau, mungkin saja jika aku galau suasana seperti ini terlihat akan sangat cocok menenangkan hatiku tapi bukan galau yang ku rasa sekarang melainkan rasa pusing yang membuat air mataku ingin tumpah saja melintasi pipi karna rasa jengkel dibuatnya.

'Awas saja aku berjanji akan menaikan harga iuran untuk kerjaanku di kelompok kali ini' mulutku terus meracau di temani dengan suara tak tik tuk yang berasal dari mouse merah muda di tanganku, bagaimana aku tidak kesal tugas kelompok sebanyak ini diserahkan kepadaku dengan alasan mereka tidak terlalu faham bagaimana cara menggunakan sebuah komputer bahkan komputer tua miliku saja mereka tidak becus, memang tidak pantas tingal di jaman yang sudah canggih, enyah saja lah mereka ke jaman purba biar berteman dengan kayu dan batu.

Tingg..

Benda yang sedari tadi mengalunkan syair indah kini berubah dengan suara yang mampu membuatku kembali tersadar setelah sekian lama dibuat ribut dengan pikiranku sendiri.

Terdengar nada dering missed cal yang memang tidak asing lagi ku dengar, kujulurkan tanganku untuk meraih ponsel agar aku segera tahu siapa yang saat ini siap mendengar ocehanku, tertulis nama "Landak Jalan" terpampang nyata di layar ponselku.

'Siapa yang memintamu memberikan layanan missed call kepadaku?'

'kau lupa membalas pesanku sayang'

Segera aku mengusap kedua daun telingaku yang mungkin sudah terlihat merinding di buatnya.

'Enyahlah kau dari hidupku animal!'

Segera ku akhiri telepon dengan pembahasan yang tidak jelas tersebut, lagipula animal itu akan tidur sebentar lagi jadi tidak usah risau dengan suara notifikasi yang terdengar, ya mungkin sebentar lagi akan berhenti tenanglah wahai diriku.

Aku terus memainkan mouse yang berada di tangan kananku, berharap agar hal ini segera ku akhiri lalu beranjak tidur dari kursi keras ini.

15 menit telah berlalu bukan nya mendapatkan tugasku yang selesai aku malah mendapatkan banyaknya ketikanku yang salah, dasar andai teman temanku tahu bahwa mengerjakan ini bukan hanya butuh canggih dalam teknologi tapi juga harus canggih dalam menahan kantuk.

Jam sudah menunjukan setenga 3 dan memang suasana malam ini kurasa lumayan indah tapi kalau dibarengin dengan banyaknya tugas seperti ini seindah apapun bisa jadi gila.

'entahlah mataku sudah tidak mengizinkanku untuk meneruskan pekerjaan memuakan ini'

Kuhampiri ranjang dibelakangku, dengan spontan ku lemparkan tubuhku kasar ke atasnya.

'begini kan enak, ototku mendapatkan obatnya'

Srekk srekk

Suara gesekan tirai yang menghalangi pintu di di sertai dengan masuknya cahaya panas kekuningan dari sang matahari mampu membuat mataku mengernyit seolah menunjukan bahasa tubuh bahwa aku terganggu ketika mendapati sinar matahari tersebut mengenai mataku yang sedang terlelap.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 22, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MarigoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang