Secret Person

10 3 0
                                    

Hari ini Selleya kembali ke sekolah dengan wajah yang tak seceria biasanya, ia terus memikirkan bagaimana cara agar tidak diusir seperti kemarin.

Saat ini Selleya sedang duduk di bangku kelasnya sambil melamun, sedangkan teman-temannya yang lain sedang berdiskusi mengenai kasus yang mereka tangani. Revaldo masih belum terlihat kehadirannya, sepertinya pemuda itu terlambat datang.

“Selleya!” pekik Fanisa membuatnya terkejut.

Selleya hampir saja mengumpat lalu ia menatap gadis itu tajam. Fanisa tidak sendiri, ia bersama Atmaya.

“Kenapa melamun, apa sih yang kamu pilih sebenarnya? Semua orang membicarakan kasus mereka secara terang-terangan, sedangkan kamu dan Revaldo menutupinya dan sibuk dengan urusan masing-masing,” kata Fanisa yang sudah duduk di bangku depan Selleya, sedangkan Atmaya di sebelah kiri Selleya.

“Akan kuceritakan nanti,” ucap Selleya.

“Seharusnya kamu bilang saja padaku dan Fanisa, siapa tahu kami bisa membantu,” tutur Atmaya.

Selleya tersenyum pada gadis itu lalu mengangguk “Aku akan minta tolong jika membutuhkannya, tapi nanti.”

Faniya dan Atmaya mengangguk-angguk. Bersamaan dengan itu datanglah Revaldo dengan beberapa berkas di tangangnya. Pemuda itu langsung menarik tangan Selleya dan mengajaknya pergi entah kemana.

Selleya hanya pasrah mengikuti pemuda itu. Ternyata mereka menuju perpustakaan, tak lupa Revaldo menuliskan namanya dan Selleya ke daftar buku pengunjung. Keduanya duduk di tempat yang nyaman dan hening, yakni di dekat jendela. Keduanya duduk berhadapan .

Revaldo meletakkan berkas-berkas tadi di atas meja, Selleya langsung melihatnya dengan dahi berkerut. Ternyata berkas tersebut adalah koran-koran dan beberapa data kepolisian.

“Kamu dapat dari mana?” tanya Selleya tanpa mengalihkan tatapannya.

“Dari kantor polisi yang menangani kasus itu,” jawab Revaldo sambil bersandar pada bangku.

“Semudah itu?” tanya Selleya tidak percaya.

“Tidak, aku meminta tolong pamanku yang bekerja disana.” Selleya langsung menatap Revaldo dengan tajam, sedangkan pemuda itu hanya mengerutkan dahinya.

“Ini namanya tindak pidana pencurian data!” omel Selleya.

Revaldo menghela nafas berat. “Enak saja! Kebetulan dia bekerja di sana.”

Selleya membaca berkas dan koran tersebut dengan teliti. Berbagai judul dengan kasus yang sama tertera pada tiga koran dan majalah.

“Kita harus mulai dari mana?” tanya Revaldo.

“Bagaimana jika kita mencari tahu melalui alamat rumah para murid presrasi?” tanya Selleya membuat Revaldo berpikir.

“Bagaimana kita bisa mendapatkan alamat mereka?” tanya Revaldo.

Selleya terdiam, ia tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya kepada Revaldo. “Mungkin, kita bisa minta data pada Pak Setyo. Aku yakin pihak sekolah amsih menyimpan data-data mereka.”

Revaldo mengangguk, tapi kemudian menghela napas berat. “Kita mulai besok saja, ya? Aku ada urusan pulang sekolah ini.”

Selleya memicingkan matanya penuh curiga. “Kamu ingin pergi ke mana?”

Alis Revaldo terangkat dan menatap Selleya tak biasa. “Kenapa kamu ingin tahu?”

Selleya tersentak lalu tersenyum paksa. “Tidak, hanya ingin tahu. Lagi pula kenapa harus diundur jika bisa dimulai hari ini? Tapi jika kamu tidak bisa, ya sudah.”

UNDERLI(e)NE (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang