Beauty and the warrior

845 100 37
                                    

Jalanan Asakusa itu selalu penuh dan ramai. Hiruk pikuk kehidupan malam di masing-masing Okiya serta godaan di gang- gang yang gemerlap, menarik samurai yang butuh rumah untuk pulang sejenak. Melepas beratnya baju besi dan membebaskan katana yang lain dari sarungnya.

Di purnama ini, jalanan bertambah ramai saat seorang Oiran memperlihatkan dirinya dari lantai dua sebuah okiya. Tubuh mungilnya dibaluti kimono sewarna sakura dengan motif daunnya yang berwarna kehijauan. Sebuah mahakarya yang membaluti mahakarya lainnya.
Sebuah keindahan

Seorang samurai dengan dua katana dan satu wakizashi di pinggang kanannya, berjalan di sana mengagumi rembulan yang muncul dari jendela okiya itu.

Dia adalah keindahan
Keindahan yang selalu ku impikan setiap malam
Keindahan yang selalu ingin kugapai
Keindahan yang selalu kurindukan

Sajak singkat itu terngiang dalam kepala sang samurai dengan luka di alis kirinya. Lambang dari kerasnya medan perang yang ia pernah lalui, pengungat bahwa ia pernah hampir kelingan matanya. Sebuah keagungan yang hanya dimengerti oleh sesama prajurit.

"Jeno-sama, sang Oiran. Kau akan ke sana? " Tanya pengikut Sang samurai.

"Hmmm. Menurutmu bagaimana?" Ucapnya tanpa mengalihkan pandangan dari sang Oiran.

Dua pasang mata itu kembali bertatapan mengabarkan keberadaan satu sama lain. Menyiratkan gejolak rindu. Menyalakan hasrat yang satu atas yang lain.
Wajahnya yang penuh dengan bekas luka itu tersenyum.
Pakaian mereka berkibar, searah dengan  angin malam di distrik pertokoan.

Seorang anak kecil tiba-tiba menarik hakama yang Jeno kenakan, membuatnya mengalihkan pandangan dari sang geisha. Bintang paling terang di distrik malam.

"Tuan samurai, surat untukmu dari sang Oiran" Bisiknya sambil memberikan secarik kertas.

"Umm, terimakasih. Ini untukmu." Balasnya sambil memberikan bungkusan permen. Dibalas dengan senyum kekanankann tanda terimakasih oleh si pengantar pesan.

Surat yang pendek, sebuah undangan yang membuat senyum dibibir sang samurai tersungging lebih tepatnya. Sebuah undangan yang tidak akan pernah bisa ia tolak, sekalipun undangan untuk meminum segelas racun. Undangan yang akan selalu membuatnya melangkahkan kaki ke sana.

Dana-sama, aku dengar anda baru saja pulang dari pertempuran.
Bolehkah aku menghilangkan penat mu di kamarku malam ini?
Akan bagus jika kau mau menghangat
kan malamku juga.
Datanglah Tuanku, aku menunggumu.

       

        

🌸 Beauty and the warrior🌸

Kimono tipisnya dikibarkan angin. Bahkan bahan itu masih bisa ditembus oleh cahaya lilin. Memperlihatkan beberapa bagian dari tubuh sang Oiran.

Drararak... Duk... Duk.... Duk... Duk

Suara daun pintu dan langkah kaki bersahutan. Menandakan entitas lain telah datang atas undangan sebelumnya. Tanpa melihat pun ia tahu, siapa yang datang keruangannya. Keberadaan ini hanya milik satu orang.

"Akhirnya tuan datang, aku kira malam ini hanya akan kuhabiskan sendiri."

Aroma musk yang kuat tiba tiba saja menghampiri, setelah sebelumnya pelukan hangat yang melingkupi. Sesaat Sang Oiran berjengit kaget, tapi kemudian senyum kecil dibawah ayunya terbit. Ah ia sangat merindukan orang ini ternyata. Lebih dari yang selama ini ia fikirkan.

Beauty And The WarriorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang