Serorang raja baru saja mendapat tahtanya setelah sekian lama dibuang keluarga. Raja itu terpilih karena berhasil membawa damai dua bangsawan yang terus berseteru, memperebutkan tanah kuasa dan harga diri. Dia baru dilihat setelah mempunyai sesuatu yang dapat menunjang martabat, terlebih harkat kerajaan.
Cerita dahulu sebelum menjadi raja, bertahun pria ini merangkap sosok gelandangan alih-wlih putra mahkota, warga pun tahu akan pria yang menggelandang itu, mereka kenal betul dari sudut cangkang, hanya saja mereka tidak tahu soal pembuangannya. Kejut, takjub, juga tak terima campur aduk di masyarakat, menumbuhkan berbagai macam rasa dan perspektif, tapi mereka pun tak mau rugi dengan ambil pusing. Pengangkatan itu diterima masyarakatnya secara naif.
Sebagai raja, dia memimpin kerajaan sesuai dengan kapasitasnya, menyembahkan diri kepada kerajaan dan tanah kelahiran. Bertahun pembuangan kini berganti pengabdian diri secara cuma-cuma tanpa dendam dan ingatan buruk masa lampau. Selama masa kepemimpinanya dia berhasil mengudar satu persatu masalah purbakala di Kerajaan itu, turut menjadi raja terbaik sepanjang masa, dikenal dengan sebutan The Hope. Sang Harapan yang telah mencerahkan wajah dari gelapnya keserakahan, membawa kapal kepemimpinan ke arah matahari terbit, bergerak lurus menerjang gelombang ombak suka dan duka.
Tapi kemudian para penjilat mulai menunjukkan taringnya, mereka yang sudah lama duduk di samping singgasan mulai menghasut, mereka mulai mengarahkan apa yang ingin mereka capai dengan jalan mudah, kemegahan sang raja pun perlahan sirna karena kepercayaan memberi stir kapal kepada penjilat ini, meski sudah bertahun menjadi raja baik, entah mengapa masih saja sikap polos dan lugu yang melekat di dirinya. Membuat satu kapal, dua nakhoda.
Peraturan baru yang tak perlu mulai lahir, menyetir selera dan keinginan rakyat agar serempak dan serupa, menggonggong pada biri-biri kerajaan agar nurut lagi patuh, karena dibalik peraturan tersebut ada hukuman yang membayangi, menjadi paku besar di otak masyarakat agar tetap dikendalikan dalam kapal kepemimpinan. Segala hal yang tidak benar mendadak menjadi benar selama hal tersebut membawa keuntungan bagi mereka. Si Raja masih bergemimg karena berpikir para penjilat pasti melakukan pekerjaan sebaik mungkin, menetapkan hati kalau mereka sama-sama menanamkan satu visi dan misi; mensejahterakan dan memajukan Kerajaan
Perlahan kapal besar ditunda jongkong, kapal yang semula menuju pada harapan, kini dilibas badai dan tornado. Para rakyat mulai menunjukkan tidak suka, sering berseteru dan berdemo sebab raja yang kini hadir bukan raja yang mereka kenal, tapi seorang yang terlalu rakus sampai tega mengambil hak para jelata. Yang sebenarnya wajah yang mereka ludahi itu bukan wajah raja, tapi topeng pengendalian dari para penjilat.
Sampai akhirnya hari penantian telah datang, sang Raja dilempar dari atas kapal, dibuang kembali karena dianggap tak becus. Dia digantung atas kesalahan-kesalahan yang tak pernah dibuatnya. Lagi-lagi dia harus mengalah pada kerajaan, karena dirinya pun sadar bahwa dia bukan boneka yang pantas untuk menjadi mainan para penjilat, bukan action figure harapan masyarakat. Yang mereka inginkan hanyalah harapan semu, mereka sendiri yang tidak mau menjadi lebih baik. Berkat kematian The Hope, perang sipil kembali meletus dengan lebih dahsyat, mengalahkan gempa dan guntur kegelapan Krakatau, sampai menjatuhkan kapal ke dalam mulut Charybdis; musnah punah.
Yap. Saya rasa kisah ini cukup untuk memenuhi prompt bulan ini, terima kasih sudah membaca dan selamat menjalani hari :)
Pluto bagian barat, 23 • 12 • 2022
@Blackpandora_Club
KAMU SEDANG MEMBACA
E-book tugas bulanan BPC
Randomberisi cerita dengan tema beragam terkait prompt mana yang terpilih. Isi ceritanya sendiri absurd, asal tulis dikejar deadline dan bisa jadi gak nyambung sama prompt (yang penting nulis ya ges ya) Setiap cerita pun diberi genre beda-beda, tergantung...