Payback [DROPPED]

Chapter 3

Konsekuensi dari tidur demi 20,000 won dengan seorang pria lebih hebat dari yang kuduga. Aku ingin kesusahan selama hampir seminggu. Dan karena darah di setelan kelinci hari itu (mungkin darah si preman), benda itu dibuang besoknya dan tidak perlu lagi memakai setelan kelinci semacam itu. Aku justru menemukan pekerjaan paruh waktu di tempat konstruksi di malam hari, dan lagi-lagi hariku dipenuhi dengan menghasilkan uang seperti anjing. Sulit menahannya setiap hari. Kalau diingat-ingat lagi, kurasa itu adalah periode waktu terlama dimana aku menggertakkan gigi dalam kepasrahan atas sesuatu seumur hidupku.

Hanya seperti itu, 4 tahun 6 bulan berlalu. Total hutang 153.277.360 won sudah terbayar saat aku berusia 26. Yang mana nominal pokoknya kurang dari 20 juta won. Saat aku pergi ke tempat bos untuk terakhir kalinya untuk membayar hutang, dia memberiku senyuman kecut dan memujiku, berkata kalau pekerjaannya akan lebih mudah kalau semua orang sepertiku. Pria tua itu meringis dan berkata.

"Kalau kau butuh uang carilah aku lagi."

Aku tidak menjawabnya, tapi dia tiba-tiba memanggilku seolah-olah dia baru saja teringat sesuatu.

"Omong-omong, apa kau meminjam uang di tempat lain selain aku?"

"Tidak."

"Begitukah? Hmm, aku dengar seseorang mencarimu akhir-akhir ini. Saat kau pertama membayar hutangmu, kantor penempatan kerja yang aku kenalkan padamu menghubungiku. Apakah kau membuat suatu masalah saat bekerja?"

Saat aku pertama membayar hutang, itu lima tahun lalu. Masalah apa yang bisa kuperbuat? Satu-satunya hal yang dikatakan bos padaku adalah setelan maskot dan membagikan pamflet.

"Tidak."

Ketika aku berbicara blak-blakan, dia memiringkan kepala dengan suara 'hmm.'

"Aku memberitahu mereka kalau aku tidak kenal kau karena aku terburu-buru."

Dia menatapku seolah-olah dia ingin aku berterima kasih padanya, tapi aku sudah muak akan apa yang harus kulakukan jadi aku berbalik. Tapi dia memanggilku lagi dengan suara yang agak serius.

"Hei, kenapa kau tidak terus bekerja di bawahku? "

"Aku tidak mau."

"...kau benar-benar berubah."

Setelah itu, aku mendengarnya bertanya "Apa kau sudah membuka lembaran baru?" tapi aku langsung pergi karena aku tidak punya waktu. Waktu sangat penting saat mengirim barang. Kalau aku mulai berlari sekarang, aku bakal bisa menyelesaikan pengiriman hari ini.

Sepertinya hari ini adalah hari yang beruntung. Atau mungkin karena aku baru saja melunasi hutangku sehingga aku merasa seperti, tapi aku bisa menyelesaikan pekerjaan hari ini lebih cepat dari biasanya. Saat tidak ada orang di rumah, semua orang yang kuhubungi menjawab dan memberitahuku dimana aku harus meletakkan barang, dan aku tidak harus naik lebih dari tiga lantai dengan paket berat ke rumah mana pun. Aku merasa seperti aku benar-benar beruntung. Tapi keberuntunganku sepertinya sudah habis. Segera setelah aku naik mobil setelah selesai kerja, aku mendapat telepon dari manajer.

"Hei, kurir ke XX mendapat masalah. Mobilnya rusak, tolong bantu dia mengirim barang!"

Teleponnya diputus dengan suara dengungan keras, manajer pasti pergi kesana. Kalau itu XX, lokasinya ada di tengah-tengah dimana banyak kantor dan agensi berkumpul. Karena harus dikirim sebelum jam kerja berakhir, waktunya sangat mepet. Melihat jam, itu sudah pukul 5:30 sore. Bahkan kalau truknya berubah jadi pesawat, masih akan tetap terlambat, pikirku sembari memutar setir.

Tempat terakhir aku berlari sambil berkeringat deras adalah gedung tujuh lantai yang berlokasi di titik prima, di tempat yang terkenal akan harganya yang meroket. Aku tidak ditugaskan di daerah ini, tapi ada banyak pesanan pengiriman di tempat seperti itu dimana seluruh gedung terlihat seperti perusahaan. Orang yang bertanggung jawab atas pengiriman ini dengan mobil yang rusak bilang tidak apa-apa bergerak perlahan karena mungkin ada orang yang tinggal disini sampai larut malam, dan sepertinya itu benar. Meskipun sudah lewat pukul 7 malam, masih ada banyak orang di depan gedung, dan beberapa orang yang keluar-masuk.