0. Prakata

20 5 1
                                    



"Silahkan masuk!"

Udara dingin menyapa tengkukku, kala aku sedang berdiri tegak di halte BKN. Sambil mengendong tas ransel, aku diam-diam ikut menikmati suasana sepi malam itu.

Kebetulan, tempat duduknya masih kosong, cuma ada cowok seumuranku dengan pakaian serba hitam yang juga bawa tas ransel hitam.

Doakan aja isinya bukan bom.

"maaf, saya boleh duduk disini?" tanyaku.

Tanpa mengangkat kepalanya, cowok ini cuma ngangguk kecil.

Wajar sih, pasti kalau ada orang yang menunggu Transjakarta di jam malam seperti ini, pasti udah capek habis melakukan aktivitas seharian. Jadi, ngga aneh kalo hanya angukkan yang kuterima, pemuda itu pasti malas bicara.








Cowok ini masih menunduk, enggan menatap wajahku. Topi hitamnya masih setia terpasang ditempatnya. Imajinasiku mulai melayang kemana mana, tapi coba kutepis dengan sedikit basa basi.

"em, mau kemana mas?"

hening.

"pasti capek ya? abis ada kegiatan di sekolah kah?"

Kayak ngomong sama batu.

Akhirnya aku nyerah, capek juga ngomong tapi ga ditanggapi. Padahal udah usaha basa basi, tapi si cowok ini masih aja natap handphonenya.

Aku agak mendongak, menatap layar monitor yang memberikan informasi mengenai waktu kedatangan Transjakarta. Ada waktu sekitar 5 menit lagi sebelum Transjakarta terakhir lewat halte ini.













"hei"

Spontan nengok, aku kembali melihat cowok tadi. Ia menatapku balik, lalu tersenyum tipis.

"saya Mark, salam kenal"

"saya ngga abis dari sekolah kok,"

Aku memasang ekspresi penuh tanya.

"saya kabur dari rumah"








































RUMAH

©yerolonogy
2022

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 28, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rumah.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang