LITTLE SNOW

100 22 3
                                    

Hari mulai gelap dengan salju yang turun kian lebat. Lampu-lampu yang beberapa jam lalu berkilauan tampak meredup. Suasana ruangan yang tadinya penuh kegembiraan perlahan suram. Keramaian kini digantikan dengan keheningan yang tak bisa dijelaskan.

Seorang gadis bangkit dari kursinya, meraih dan melepaskan bando yang berbentuk topi ulang tahun yang bertengger manis di atas helaian indigonya. Ia menghembuskan napas pelan. Berjalan ke arah jendela yang menampilkan pemandangan yang sama setiap hari ulang tahunnya. Salju.

"Selalu saja berakhir seperti ini." Gumam gadis itu pelan. Matanya menatap lantai pijakannya. Setetes air mata hampir turun dari kedua amethystnya.

"Naruto-kun bodoh." Ucap gadis itu dengan suara lirih, terdengar sedikit rasa tidak tega saat bibirnya mengucapkan kata bodoh.

Hinata dan Naruto telah berteman sejak mereka berusia sepuluh tahun. Mereka masih berteman hingga kini Hinata berulang tahun yang ke sembilan belas tahun. Tak sekali pun pemuda itu hadir di acara ulang tahun Hinata selama sembilan tahun ini. Sekali dua kali Hinata bisa mengerti, tapi sekarang bukan satu atau dua kali lagi, melainkan yang ke sembilan kali.

Selama sembilan tahun ini Hinata selalu hadir saat ulang tahun pemuda itu tanpa absen sekali pun. Walau badai menghadang atau dunia berguncang gadis itu tetap datang. Gadis itu tidak mengharapkan hadiah apapun dari Naruto, ia hanya ingin pemuda itu datang dan merayakan hari bahagianya bersama-sama.

"Jika terus seperti ini, apa artinya ulang tahun ku selama ini?"

Tentu Hinata juga menghargai teman-temannya yang selalu datang di setiap ulang tahunnya. Ia sangat bersyukur untuk itu. Namun, Naruto dan teman-temannya berbeda. Hinata seperti hidup di dua dunia, dua suasana. Ia bisa merasakan bahagia dan hampa di saat yang bersamaan. Bahagia saat merayakan ulang tahun bersama teman-temannya dan hampa ketika mendapati Naruto tak ada bersamanya.

"Aku merasa tempat ku bukan disini."

"Aku ingin pulang."

Pulang yang gadis itu maksud adalah tempat dimana Naruto berada.

Gadis itu menyeka air matanya. Bergegas memasang mantel ungu kesayangannya dan berlari keluar rumah. Menghadang badai salju yang tampak mustahil untuk diterjang . Tahun ini Hinata bertekad untuk mencari Naruto. Ia tak bisa diam saja jika terus-menerus mendapati pemuda itu tak ada di hari ulang tahunnya.

Hinata terus berlari walau jatuh bangun setiap beberapa menit. Kakinya terasa kaku dan juga dingin luar biasa. Suhu dari salju-salju yang ia pijaki telah bertemu dengan kedua kakinya. Semakin lama rasanya semakin susah untuk berlari.

Brak....

Lagi, gadis itu tersungkur. Mencetak tubuhnya di atas hamparan salju. Hinata kembali menangis. 'Dimana kau, Naruto-kun.'

"Aduh, lihat siapa yang datang." Ucap suara tua yang mengusik gendang telinga Hinata.

Gadis itu segera bangun, malu jika terus berada pada posisi yang terlihat menyedihkan tersebut. Perlahan ia usap air matanya dengan kedua tangannya yang dibalut sarung tangan tebal. Hinata menoleh ke kanan dan kiri, mencari sumber suara yang tadi terdengar olehnya.

'Apa aku salah dengar?' batin Hinata saat tak belihat siapa-siapa di sekitarnya. Sejauh mata memandang hanya butiran salju yang memenuhi pemandangannya.

Tap

"IBU!" pekik Hinata ketakutan saat sebuah tangan terasa menepuk pundaknya dari belakang. Dia menutup wajahnya dengan kedua tangannya, semakin merapalkan doa saat dirasa tangan tersebut belum enyah dari pundaknya.

Little Snow Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang