Pernah tidak sih? kalian jatuh cinta pada sahabat kalian sendiri. Kurasa hampir semua orang yang menjalani persahabatan antara lawan jenis pasti pernah merasakan hal yang sama seperti yang aku rasakan. Ya, aku jatuh cinta pada laki-laki yang saat ini sedang berjalan mendekati ku.
Dia memasuki kelas ku sambil membawa sebuah gitar yang entah dia bawa darimana, karena memang dia tidak membawa gitar saat tadi pagi berangkat sekolah bersamaku. Dia langsung duduk tepat diatas meja dan menatap mataku sambil tersenyum jahil.
“Tebak, gue habis ngapain?” Tanya dia sambil terus menaik turunkan alisnya.
“Ngapain lo? nyolong gitar?” Jawabku asal
“Enak aja, ini gue pinjem punya Fauzan ya!”
“Jadi, lo habis ngapain Mas Iyon?” Ucapku sambil mencubit pipinya. Dia benar-benar terlihat sangat menggemaskan ketika sedang kesal begitu.
“Gue habis nembak Zea, dan dia terima gue dong” Ucapnya dan langsung berdiri memeluk tubuh aku yang masih diam tidak bergerak.
“—dan lo adalah orang pertama yang gue kasih tau tentang ini. Seneng kan lo?” Ucapnya lagi.
Aku masih diam, tidak tau harus berkata apa padanya. Pikiran aku benar-benar hilang, semuanya kacau. Astaga, harusnya memang sejak awal aku tidak menjatuhkan hatiku padanya, karena aku tau resikonya akan seperti ini. Sejak awal harusnya aku sadar diri bahwa yang ada di dalam hati Leonard Aji Saka memang hanya ada Zeanna Melisa, bukan aku Auliya Lestari.
“Liya? Woi!”
Aku tersentak kaget saat Leon menepuk pundak ku dengan mata yang masih terus menatap wajah ku yang mungkin terlihat seperti orang bodoh.
“Umm.. Maaf Yon..”
“Kenapa sih, lo diem aja? harusnya kan seneng sahabat lo ini bisa mendapatkan pujaan hati nya”
“Ngga papa sih. Cuman agak kaget aja..”
“Kaget kenapa?”
“Ko, Zea mau ya diajak pacaran sama manusia macam lo” Ucap aku pada Leon.
“Kurang Ajar lo! Gini-gini gue ganteng banget tau. Mata lo aja yang buta” Ucap Leon dengan sewot.
'Gue ngga buta yon, gue tau lo emang ganteng dan bahkan dengan mudahnya lo bisa jatuhin hati gue tanpa ngelakuin apapun' Ucapku dalam hati, meskipun sejujurnya aku igin sekali mengatakan hal itu pada nya, namun jika aku berkata begitu, aku takut persahabatan kita akan rusak dan terlihat sangat canggung nantinya.
****
Bel istirahat sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu, semua teman-teman ku di kelas sudah berlari keluar menuju kantin. Aku bingung harus pergi ke kantin atau tidak, biasanya Leon akan datang ke kelas ku dan mengajak ku ke kantin dengan teman sebangkunya Fauzan. Tapi entah kenapa, sejak kemarin dia memberitahu bahwa dia dan Zea berpacaran dia tidak menghampiri ku seperti biasanya.
“Oke! Kayaknya hari ini ke kantin nya sendirian lagi..” Aku berdiri dan memutuskan untuk pergi ke kantin meskipun sendirian.
Aku keluar dari kelas dan berjalan ke arah kantin sambil sesekali menyapa beberapa teman yang tersenyum kepadaku. Aku memang bukan murid cantik yang disukai banyak orang ataupun gadis pintar yang selalu jadi juara umum, namun beberapa siswa dan siswi tahu aku karena aku adalah sahabat Leon. Huft.. lagi-lagi tentang Leon, hidup ku sepertinya selalu berputar tentang laki-laki itu, berteman dari jaman Sekolah Dasar hingga kini masuk SMA memang hampir setengah umurku selalu bersama dia.
“Hai Liya..”
Aku menoleh ke samping saat seorang laki-laki menyapaku sambil tersenyum manis.
“Oh.. Hai Kak Juna” Ucapku membalas sapaan Kak Juna. Arjuna Wijaya Kusuma si Ketua Osis yang aku kenal saat masa MPLS dulu.
“Mau ke Kantin?”
“Iya Kak..”
“Boleh bareng kan?”
“Boleh Kak, kebetulan aku juga sendirian”
“Tumben ngga sama si Leon, Kemana dia?”
Leon lagi? Astaga! Aku menggerutu dalam hati, kenapa nama manusia itu selalu ada di setiap saat, seolah-olah aku tidak bisa tanpa dia walaupun sehari.
“Emang aneh ya, kalau aku ngga sama Leon?” Tanyaku pada Kak Juna.
“Ya engga sih. Cuman biasanya kalian berdua kan kayak Upin Ipin selalu bareng kemana-mana”
Aku hanya tersenyum dan mengangguk paham untuk membalas ucapan Kak Juna.
“Kamu mau apa Li? Biar aku pesenin sekalian” Tanya Kak Juna padaku saat sudah sampai di pintu masuk Kantin.
“Ngga usah Kak, kita bareng aja..” Aku menolak tawaran nya halus.
“Mending kamu cari bangku yang kosong aja.. Biar aku yang pesenin makan, keburu ngga kebagian tempat” Ucap Kak Juna.
Aku melihat sekitar dan memang hanya ada beberapa bangku saja yang kosong, sisa nya sudah di isi oleh semua siswa dan siswi yang sedang makan.
Akhirnya aku pun memutuskan untuk mencari bangku dan membiarkan Kak Juna yang membeli makanan. Aku memilih bangku yang berada disamping tembok pembatas karena memang Kantin sekolahku berada di lantai dua. Sesekali aku melihat ke bawah, disana banyak siswa yang sedang bermain futsal dan ada juga yang hanya duduk di pinggir lapangan sambil menikmati camilan ditangan nya.
Sampai akhirnya mataku melihat Leon yang sedang duduk dibangku taman bersama dengan Zea—Kekasihnya. Leon terlihat sangat bahagia bersama dengan Zea, dia juga sedang memakan bekal yang mungkin dibawa oleh Zea, karena seumur hidup aku bersama Leon, dia tidak pernah mau membawa bekal ke sekolah.
“Leon pacaran sama Zea ya Li?”
Suara Kak Juna membuat aku terkejut dan menoleh ke arahnya.
“—kamu ngga ada niatan buat nyari pacar juga kayak Leon?” Tanya Kak Juna sambil meletakan makanan dan minuman yang tadi aku pesan padanya.
“Maksudnya Kak?” Bukan nya menjawab pertanyaan Kak Juna, aku malah memberikan pertanyaan kembali padanya.
“Ya, Leon kan udah punya pacar. Kalau kamu gimana? Ngga mau kayak Leon juga?”
“Mau sih Kak, cuman orang yang aku suka juga kayaknya udah—” Ucapanku terhenti ditengah, hampir saja aku keceplosan.
“Udah apa Li?” Tanya Kak Juna penasaran.
“Engga Kak. Ayo! dimakan nanti keburu masuk” Aku mengalihkan pembicaraan dan langsung memakan Siomay dan menundukkan kepalaku.
Hampir aja aku keceplosan!
To be continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
Please Stay Here!
Teen FictionHampir seumur hidupnya, Auliya Larasati hanya memiliki satu orang sahabat dan satu laki-laki yang dia cinta dalam hidupnya, cinta pertama sekaligus pengobat trauma yang dideritanya. Tapi? Bagaimana jika laki-laki yang dia cintai nya malah mencintai...