Doni (?) & lekas sembuh Hanzi

7 3 0
                                    

Votements nya juseyooo
Sekian terima Kun 🙏

Kalo ada typo maafin saya ngetik pake jempol kaki😭


Sudah terbilang dua hari Rea berada di rumah sakit,dan itu membuat Revan benar benar khawatir.
Selama dua hari kakak nya benar benar tidak pernah makan,dia hanya minum air putih ketika ia haus.
Revan hanya membawakan pakaian kakak nya dari rumah. Pasal nya Rea benar benar tidak mau pulang semenjak hari pertama hanzi masuk rumah sakit.
Rea benar benar bersikeras tidak akan pulang sebelum hanzi sadar.

"Kak makan dulu dikit" hanzi mencoba membujuk kakak nya,Rea benar benar tidak mau beranjak dari duduknya tatapan kosong nya hanya fokus melihat kearah hanzi.

"Kalo gini terus yang bakal keikut sakit juga kakak"Revan menyodorkan sendok nya yang berisi nasi kuning kearah Rea.

Setelah 15 menit drama Rea yang tidak mau makan,akhirnya Rea beranjak dari duduknya dan mengambil makanan dari tangan adiknya,ia duduk di sofa tak jauh dari brankar hanzi berbaring.

Rea tak mau jatuh sakit hanya karena ia tak makan selama dua hari ini,kalau ia sakit siapa yang akan menjaga hanzi. Seperti itulah yang dikatan Revan padanya.

.
.
Pukul 16:30
Rea masih berada dikamar inap tempat hanzi di rawat,Revan sudah berlalu pergi setengah jam yang lalu.
Sedangkan Rea ia benar benar merasa bersalah dan menangis tanpa suara.
Ia menelungkup kan kepalanya,cukup lama ia menangis dalam diam,dadanya benar benar sesak sekali.

"Sudah nangisnya"

Rea langsung mengangkat kepalanya ketika suara yang ingin ia dengar sejak dulu kembali terdengar lagi.

"Donii" Rea langsung memeluk pria tinggi yang tiba tiba di hadapannya.
Ia benar benar tidak bisa menahan suara tangisannya kali ini.
Haru,sedih,bahagia tercampur menjadi satu.
2 tahun tidak bertemu dengan seseorang yang sudah di anggap tiada,tiba tiba muncul dihadapannya.
Jika ini mimpi Rea benar benar tidak ingin bangun.

"Sudah mbak" pria tinggi itu melepaskan pelukan Rea. "Saya terpaksa masuk tanpa izin,soalnya saya ketuk ketuk pintunya ga ada yang nyahut jadi saya masuk aja" ucap pria itu lalu menyodorkan 1 box makanan delivery. "Pesanan online atas nama Revan Adrian dia bilang ini di chat buat mbak yang di ruangan Pasien nomor 025"sambungnya lagi,lalu pergi meninggalkan ruangan tersebut.

Butuh waktu lama Rea mencerna kejadian tadi,barusan ia bertemu Doni, tunangannya dulu.
Tapi tidak mungkin jika itu Doni dia tidak mengenali Rea.

"Enggak..kek nya gua salah liat tadi"Rea mencoba menyadarkan dirinya sendiri bahwa yang ia lihat itu adalah Doni,tidak mungkin Doni berlalu seperti itu saja ketika ia bertemu dengannya. Pikir Rea mungkin ia benar benar merasa sedih saat ini jadi halusinasi nya menjadi jadi. Tidak mungkin pria tinggi tadi itu adalah Doni.
Lagi pula Doni sudah tiada 2 tahun yang lalu.

Sedangkan makanan tadi,Rea meletakkan diatas meja sofa lalu ia duduk kembali di samping brankar hanzi.
Pria itu benar benar tidak ada tanda tanda siuman,meski dokter bilang bahwa keadaan hanzi baik baik saja mungkin karena efek dari benturan kepalanya yang cukup keras membuat hanzi belum ada tanda tanda segera siuman.

Rea menggenggam tangan hanzi,Hatinya sakit sekali ketika ia membayangkan kembali kejadian 2 hari yang lalu.
Ketika di dalam ambulans menuju rumah sakit pria itu masih sempat sempatnya tersenyum dan meyakinkan semua nya baik baik agar Rea tenang meski sakit di tubuh nya benar benar menyerangnya dan membuat hanzi tidak tahan lagi,pria itu tidak sadarkan diri ketika tepat ambulans sampai di halaman rumah sakit.

Rea kembali menangis,sesak sekali rasanya jika ia membayangkan bagaimana jika hanzi tiada hari itu.
Bahkan sampai detik ini Hanzi masih belum sadar seolah olah pria itu memberikan Rea hukuman dan merasa bersalah padanya.
Rea tahu bahwa ia selalu membuat hanzi terluka,ia selalu sengaja melakukan hal itu agar pria itu membenci dirinya dan meninggalkan Rea.

"Cepat sembuh" Rea menghapus air matanya lalu mengelus puncak kepala Hanzi. "Maaf kalo saya nyakitin kamu terus, sekarang janji gak lagi bakal jahat lagi,cepat sadar..sayang"ucap Rea lirih.

Sedetik kemudian Rea terkejut ketika tangan hanzi yang ia genggam tiba tiba bergerak lambat, Rea reflek berdiri dan melepaskan genggaman tangan nya dari hanzi lalu berlari keruangan dokter.

Dokter datang bersama 2 suster di belakangnya. Mereka segera memeriksa Hanzi,sedangkan Rea menunggu di depan ruangan tersebut, sejujurnya Rea cukup takut dengan hal hal medis.
Lima menit kemudian dokter dan 2 orang susternya keluar dari ruangan hanzi dan menemui Rea yang sedari tadi mondar mandir sambil menggigit kuku kuku di jarinya.

"Keadaan nya sudah stabil sekarang,tidak perlu khawatir kan apa apa lagi, pasien cukup istirahat yang cukup agar luka akibat benturan di kepala dan batang hidung pasien lekas sembuh" dokter memegang pundak Rea seraya tersenyum lalu berlalu pergi.

Rea memasuki ruangan,dilihatnya hanzi menatap kearahnya dengan senyuman tulus nya.

"Kenapa lari lari tadi?" Tanya hanzi dengan suara parau nya,sedangkan Rea berdiri diam mematung. lagi lagi, Rea benar benar ahli dalam hal mematung seperti itu.
Sedangkan hanzi meraih tangan Rea dan mengisyaratkan agar gadis itu duduk di kursi samping brankar nya.
"Tadi kok lari sih?"tanya hanzi lagi

"Panggilin dokter"jawab Rea singkat,sedangkan hanzi benar benar tidak mengerti dengan Rea,pasalnya tepat di dinding dekat meja kecil pasien terdapat tombol khusus hal darurat,dokter ataupun suster akan datang sendiri, jika bel ruangannya berbunyi.

.
.

Sedangkan disisi lain,seorang pria yang baru saja mengantarkan makanan keluar menyusuri koridor jalan rumah sakit bersama anak kecil yang berusia 4 tahun.

"Ayah kok di peluk sama Tante Tante tadi?"Seorang anak kecil bertanya kepada pria tinggi yang menggandeng tangannya. "Nanti bunda marah kalau tau ayah di peluk cewe lain loh" ucapnya lagi dengan suara cempreng khas anak anak.

Sedangkan pria tinggi tersebut, menghentikan langkah kaki nya lalu berjongkok menyamakan tinggi badannya dengan anak 4 tahun tadi. "Haikal tau bunda bakal marahkan?" Tanyanya yang langsung di angguki oleh sang anak. "Makanya Haikal jangan kasih tau bunda ya"
Sedangkan anak yang di panggil dengan nama Haikal tadi menggangguk kan kepalanya tanda ia tidak akan memberitahu apa yang ia lihat tadi.

H.O.P.E in Makassar || HiatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang