Kisah ini dimulai ketika ibu ku melahirkan anak kembar, yaitu aku dan kembaran aku. Aku bernama Samuel Akihiko, dan kembaran ku Samuel Akeno.
Akeno anak yang periang dan ceria, berbanding terbalik dengan ku. Aku sangat pendiam dan pemalas.
Kita tumbuh dengan kasih sayang orang tua dan ke harmonisan keluarga yang sangat hangat. Membuat kita menjadi pribadi yang lebih baik.
Tapi kasih sayang itu hilang semenjak aku menginjak sekolah menengah pertama. Aku dan Akeno masuk sekolah yang sama, yaitu sekolah favorit yang sudah jelas tidak sembarangan orang bisa masuk.
Aku dan Akeno pun memiliki kepintaran hanya saja berbeda bidang. Akeno di bidang pendidikan, sedangkan aku di olahraga.
Aku sangat suka olahraga, bahkan aku memasuki bela diri karate. Karena sesuka itu aku dengan olahraga.
Akan tetapi, aku dan Akeno memasuki 1 bidang olahraga yang sama. Yaitu sepak bola.
Entah siapa yang mengajari dia, tetapi dia sangat mahir.Sejujurnya aku tidak suka kepada Akeno, karena aku merasa dia selalu menyaingi ku dalam segala hal.
Semua selalu tentang Akeno.
"Wah Passing mu sangat keren, Akeno!"
"Lihatlah Akihiko, nilai Akeno lebih baik darimu. Bahkan dia peringkat 1."
"Akeno, kamu sangat hebat. Sudah cocok untuk menjadi calon perwakilan timnas."
"Akeno.."
Dunia hanya berputar padanya, bahkan dirumah pun juga sama.
"Akeno! Apa kamu memakan cake ku di atas meja?"
"Tidak! Aku tidak memakannya."
Jelas-jelas dia berbohong karena di bibirnya ada cream cake, apa dia sebodoh ini?
Aku pergi meninggalkan nya, karena sudah malas meladeni dia. Benar-benar menjengkelkan harus serba berbagi dengan orang seperti dia.
Dan lagi..
"Akeno! Itu Hoodie milikku."
Akeno berlari dan berteriak "Aku meminjamnya sebentar, Akihiko."
Geram, aku sangat geram. Aku memukul dinding untuk menyalurkan kekesalan ku, manusia tidak tahu diri.
Kami memang kembar, tapi tidak semua hal yang dia sukai harus aku sukai.
Nilaiku lebih rendah daripada Akeno, dia datang ke kamarku dan menawarkan untuk mengajariku. Itu membuatku kesal, aku langsung mengusirnya.
Aku sangat suka olahraga, bahkan nilaiku lebih tinggi dari pada Akeno. Kemudian aku berlari keluar untuk memperlihatkan ke ibu, tapi tidak jadi karena disana ada Akeno yang tengah memperlihatkan nilai bahasa dan matematika yang tinggi. Aku tidak ingin di bandingkan dengan dia.
Dia mengajari ku dan memujiku ketika sedang latihan sepak bola. Pujian nya terlihat menjijikkan seperti sedang mengejekku, karena yang lain ikut tertawa.
Aku menyukai laki-laki kelas sebelah, dia sangat dermawan. Aku menyukai laki-laki yang baik seperti dia, tapi ternyata dia sudah memiliki pasangan.
Waktu pulang sekolah, aku melihat anak kecil yang ingin mengambil bola diatas pohon. Aku inisiatif membantunya, tiba-tiba Akeno datang sebagai pahlawan kesiangan.
Aku sudah malas. Dia terjatuh dan aku mengulurkan tanganku untuk membantu dia berdiri.
Saat kita pulang, ibu menghawatirkan Akeno. Normal bagi seorang ibu yang menghawatirkan anaknya pulang dengan keadaan baju robek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seseorang yang selalu gagal.
Teen FictionHidup adalah seni menggambar tanpa penghapus. 30 November 2022