Dulu waktu aku masih kecil, aku mempunyai seorang kakak angkat, Ade namanya. Dia sangat baik denganku dan aku sangat menyayanginya.
Om Ade, begitu aku memanggilnya, selalu memberikan aku kasih sayang seorang kakak yang ku inginkan.
Om Ade adalah sosok lelaki yang lemah lembut dengan rambut keritingnya yang ikonik, senyuman Om Ade selalu membuat hatiku hangat. Di saat dia pulang kerja, dia meluangkan waktunya sebentar untuk mengajakku bermain sebelum dia pulang.
Di satu waktu, yang paling aku ingat adalah saat dia menyisir rambutku sebelum aku berangkat sekolah, dengan hati yang gembira ku bertanya kepadanya, "Om, kalo aku udah besar nanti Om bakal jadi kakak aku selamanya 'kan?" tanyaku dengan polosnya.
"Hmmm, gimana ya? Kalo kamu udah gede Om udah enggak ada di sini dong?" jawabnya sambil masih menyisir rambut panjangku.
Aku yang waktu itu belum mengerti apa-apa hanya menjawab dengan entengnya, "Ya, udah, kalo aku udah gede aku ikut sama Om aja!" cemberut aku menggembungkan pipi gembulku.
Aku hanya melihatnya menggeleng kepala melihat kelakuan egois ku.
Selang beberapa minggu kemudian, Om Ade dan keluarganya pindah rumah yang jaraknya sangat jauh ku jangkau di usiaku. Aku akhirnya lost contact dengannya selama beberapa tahun.
Aku sangat merindukannya, ingin sekali bertemu dengannya atau sekali saja bertatap mata dengannya, tapi apa dayaku yang tidak tahu ke mana dia pergi. Kadangkala, saat mengingat kebersamaan aku dan dia membuatku merasa beban yang aku tanggung serasa ringan. Mengingat senyumnya yang lembut membuatku sangat ingin memeluk sosok kakak angkatku itu.
Tahun 2019, aku tidak tahan untuk menanyakan keberadaannya kepada orang tuaku, aku tanyakan kepada ibuku, dia hanya menjawab tidak tahu begitu pun dengan ayahku. Aku terus-menerus menanyakan keberadaan kakakku selama 3 tahun masa sekolah menengah ku, dan 'tidak tahu' jawaban yang selalu ku dapat.
Tahun 2022, menjadi hari di mana hatiku hancur berkeping-keping. Yang bisa ku lakukan hanya menangis sendirian di kamarku yang gelap, sesak dadaku mendengar ibuku memberitahu keadaan kakakku yang sebenarnya.
"Lu tanyain si Ade terus, dia udah lama mati!" bentak ibuku kesal. Terdengar bunyi retakan dihatiku. Masih mencerna apa yang ibuku katakan, aku pun bertanya lagi, "Mama serius? Kapan emang mah, kok aku gak tau sih?" tanyaku menahan tangis.
"Enggak tau kapannya, adeknya bilang si Ade udah lama mati." pergi mama ku tidak ingin melanjutkan percakapan kami.
_Dia udah lama mati_
Terus terngiang di kepala ku. Penantian aku selama 12 tahun kandas sudah untuk menemuinya. Kini, rasa rindu akan senyumnya selalu terbayang dihatiku. Selama 12 tahun, orang yang selama ini aku nantikan hadirnya disisiku saat aku dewasa kini telah pergi ke sisi-Nya.
Rasa sakit akan kehilanganmu belum hilang sepenuhnya dihatiku, trauma akan kehilangan seseorang yang sangat berarti bagiku membuatku menjadi seseorang yang selalu menyendiri. Hingga saat ini, aku sangat menantikan dirimu, berharap kau sekali saja hadir dimimpiku. Terimakasih atas kenangan indah yang kau berikan saat aku kecil. Terimakasih sudah menjadi sosok kakak yang selama ini aku inginkan, kuharap kau tenang di alam sana.
Dan, akhirnya aku mengerti maksudmu saat kau bilang 'tidak bisa menemani diriku saat aku dewasa'.
Terimakasih, Om. Kau adalah kakak yang terbaik bagiku.
Selamat Tinggal.
Dari Adik angkatmu tersayang.
![](https://img.wattpad.com/cover/330518755-288-k279061.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MY DIARY ONESHOOT
Short StoryKutuangkan kisahku dalam sebuah tulisan. . . . . .