Sunyi

78 9 2
                                    

Suara napas ku tak beraturan, dengan dada naik turun yang membuatnya semakin sesak. Pengelihatanku mengabur berkat air mata yang tak terbendung, menatap kearah rumah terbengkalai dengan darah berceceran serta mayat manusia.

Perlahan aku mendekati mayat itu, selangkah demi selangkah degup jantungku tak beraturan. Memikirkan hal se positif mungkin untuk meyakinkan diriku bahwa itu bukanlah orang yang ku kenal.

Hingga langkah yang kuambil dapat membuatku dengan jelas melihat identitas mayat itu. Terjatuh, kakiku tak dapat lagi menopang tubuhku.

Tubuh itu tergeletak tanpa kepala dengan begitu mengenaskan. Namun, aku tentu dapat mengenali sapu tangan dengan noda darah pekat yang menjuntai keluar dari pakaiannya.

"hukhh- dasar bodoh! Hukhs-" kalimat ku kacau, kepalaku mulai berdenyut.
Aku meraih pundaknya memeluknya erat, "sial hukh- kau tetap berat."

Aku mengeluarkan kain panjang dari ransel kecil yang selalu ku bawa. Mulai mengikat tubuh itu dengan tubuhku, aku tertawa miris. Bahkan disaat seperti ini dia masihlah bayi besar ku.

--------

Keadaan sudah malam, aku menitipkan mayat Mike ke petugas perbatasan dinding rose.

Mike Zacharias, pria aneh dengan indra penciumannya yang tidak masuk akal. Aku menemukan mayatnya di rumah terberngkalai di distrik Stohess.
Atas rencana Erwin untuk penangkapan Annie Leonhart mantan kadet 104, squad Mike diutus untuk mengawasi anggota squad pengintai baru.

sayangnya hal tak terduga terjadi, yaitu munculnya sejumlah titan di distrik stohess. Yang nyata sedari tadi aku berkeliling tak dapat menemukan satu lubang pun dari dinding maupun tanah.

Aku menelusuri seluruh sisi tembok selama berjam jam, dari kejauhan aku mendapati bayangan tinggi besar bergerak di atas tembok.

"Bagaimana bisa ada titan disana!"

Aku berlari, menggenggam erat pedangku. Menancapkan 3D manuver ke tubuh titan itu. Sialnya dia menyadari diriku lebih dulu.

Kepalau dipenuhi pertanyaan, titan berbulu setinggi 17 meter itu bagai mana bisa memanjat dinding.
Titan itu berteriak bagai binatang buas yang marah karena kesenangannya digangu, mulai berusaha menangkapku dengan lengan panjangnya.

Dengan respon cepat aku melawannya balik, ber manuver ke belakang lehernya namun dengan sigap dia melindungi tengkuknya juga menyerangku. Sialnya aku tertengkap, ini sakit brengsek.

Menarik tali yang tersambung pada pundak belakang titan itu dan Bom yang kupasang meledak.

Itu mengalihkan perhatiannya dan melepaskan cengkramannya dariku dan membuatku terjatuh cukup keras. Sepertinya titan itu juga terkejut, terbukti bahwa dia jatuh dari dinding setinggi 50 meter ini.

Menarik napas pun sakit sekali rasanya, aku melihat titan itu mulai berjalan pergi tanpa minat melanjutkan penyerangannya.

Aku akhirnya lega, jika titan itu masih dendam dan ingin membalasku atau memakanku. Aku pasti tidak akan selamat untuk kedua kalinya. Syukurlah aku membawa bom rakitan yang baru kubuat bersama Hanjie.

Sinar bulan menerangi bagian hitan yang gelap, mataku terpaku pada kastil yang dikerubungi oleh banyak sekali titan. Juga terlihat banyak manusia pada bagian atas menara kastil itu.

'Gila yang benar saja, titan di malam hari?' batinku. Kepalaku terasa akan pecah, kurasa semua informasi baru yang kuterima hari ini memakan kepintaran otakku perlahan.

BINTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang