Menerima kekurangan diri sendiri adalah hal yang utama, tidak semua orang bisa menerima kekurangan kita sekalipun orang terdekat kita, sakit rasanya ketika orang-orang disekitar kita tidak bisa menerima kekurangan kita.
*
*
Hal ini dirasakan oleh Pranawa Perkasa. Pranawa duduk di bangku SMA kelas 12, meskipun banyak kurangnya Pranawa mempunyai banyak teman- teman terdekat di sekolahnya, Pranawa menghabiskan waktunya bersama teman-temannya, terutama bersama Bima Sakti, diantara teman-temannya Bima lebih paham apa yang dirasakan Pranawa.“Bim nanti pulang kemana?” tanya Pranawa sambil menuruni tangga.
“Bingung mau kemana” jawab Bima sambil mengorek-orek kotoran yang ada di hidung-Nya. Kedua siswa tersebut kebingungan mau bermain dimana, sambil menunggu tempat parkir sepi Pranawa menunggu sang kekasih di tempat parkir. Dia adalah Anika Maharani keduanya menjalani hubungan dari kelas 11 SMA, entah Anika menerima Pranawa dengan tulus atau hanya sebatas kasihan, sebab keduanya tidak pernah menghabiskaan waktu berdua kecuali di sekolah.
“Habis ini kamu mau kemana?” tanya Pranawa kepada Anika.“Mau nongkrong sama anak-anak kelas” jawab Anika sambil menatap Pranawa.
“Ikut doooong, aku sama Bima” sahut Pranawa sambil memegang tangan Anika.
“Jangan ahh” ucap Anika sambil melepasskan genggaman dari Pranawa.
“Iya deh kalau gitu” jawab Pranawa dengan suara kecewa. Tak hanya hari ini lalu-lalu Pranawa selalu tidak di ajak oleh Anika, tak hanya di ajak tapi Anika selalu menolak ajakan dari Pranawa.
“Dah tidak usah dipikirin kan udah biasa, Ayo ke Dam biasanya aja” ajak Bima sambil menepuk pundak Pranawa. Tak sepatah kata-kata keluar dari mulut Pranawa dia langsung mengikuti Bima. Mereka seperti biasanya menikmati pemandangan yang indah.
“Kenapa ya Anika selalu nolak ajakan ku” tanya Pranawa sambil menatap langit.
“Emang kamu tidak pernah nanya kenapa dia nolak ajakan mu?” tanya balik Bima ke Pranawa sambil melihat raut wajah temanya itu.
“Sudah, selalu jawabnya sibuk atau tak punya uang, tapi kenapa kalau di ajak temannya selalu mau” jawab Pranawa dengan mata berkaca-kaca.
“Sudah lama loh kalian tapi kok kayak gitu ya” sahut Bima menggelengkan kepalanya.
“Apa dia malu ya main sama orang seperti ku?” tanya Pranawa sambil menghela nafas panjang.
“Jangan berfikir kayak gitu, kamu udah bagus loh mau jadi diri kamu sendiri, orang lain mana ada yang bissa kaayak kamu” ucap Bima saambil menepuk pundak Pranawa. Bima selalu meyakinkan Pranawa kalau yang di ucapkan nya itu salah. Dibandingkan dengan masa lalu Anika, Pranawa sangat jauh mulai dari fisik sampai akademik masa lalu Anika pemenang –Nya, meskipun kalah Pranawa menjadi dirinya sendiri.
“Ting... ting...ting” suara pesan masuk dari handphone Anika.
“Sudah selesai nongkrongnya?” isi pesan dari Pranawa.
“Sudah kok dari tadi?” balas pesan dari Anika.
“Mau Call?” tanya Pranawa dalam pesannya.
“Aku capek mau istirahat aja” jawab Anika dalam pesannya.
“Kalau gitu nanti saja aku ngomongnya” balas pesan Pranawa. Pesan yang terkirim tak dapat balasan dari sang kekasih. Pranawa mencari kegiatan sembil menunggu kekasihnya itu, tepat pukul 19.30 WIB.
“Ting....ting..ting..ting..ting” suara pesan masuk dari handphone Pranawa. Pesan tersebut dari teman dekatnya Bima, selang beberapa menit Bima menelfon.
“Ada apa?” tanya Pranawa dalam telfon nya.
“Parahhhh banget” jawab Bima dengan nada tinggi.
“Apa nya yang parah, santai dong jangan pakek nada tinggi Kayak gitu”sahut Pranawa.
“ Tadi beneran Anika nongkrong sama temen ceweknya aja?” tanya Bima.
“Lahh ya tidak tahu aku kan tadi dia bilangnya nongkrong samaa teman sekelasnya” jawab prawana sambil kebingungan.“liat tuh foto yang aku kirim, dia buat story kayak gitu masa kamu tidak tau?” sahut Bima dengan nada agaak tinggi. Tak selang berapa lama setelah Pranawa melihat foto yang dikitim oleh Bima seketika Pranawa diam tak bersuara, alangkah terkejutnya melihat foto Anika bersama masa lalunya yang sudah lama berpisah nampaak raut wajah gembira Anika saat foto berdua dengan masa lalunya.
“Halo..halo” suara Bima dengan nada agak tinggi. Tak ada jawaban dari Pranawa seketika talfon nya mati. Keesokan harinya Anita tak mendapatkan pesan selamat pagi dari sang kekasih. Raut wajah Pranawa terlihat kusut, jalan pun seperti orang tak bersemangat ditambah mata panda nya, Pranawa masuk tak sesuai jam membuat Pranawa harus dihukum, jam tepat pukul 08.30 WIB tapi Pranawa tak kelihatan di dalam kelasnya, membuat teman-temanya bertanya-tanya dimana anak muda itu.
“kring.....kring...kring...” suara bel sekolah. Tepat pukul 10.20 WIB menandakan jam istirahat.
“kok Pranawa belum kesini yaa biasanya istirahat ngajak ke kantin” tanya Anika dalam hatinya. Dataang pemuda dengan baju kurang disiplin nya, pemuda itu adalah Bima.
“Pranawa ke mana?” tanya Bima pada Anika.
“Lah ya tidak tau aku, emang tadi dia berangkat sama kamu?” tanya balik Anika dengan wajah agak cemas.
“Dia tidak bilang kalau mau berangkat bareng” sahut Bima sambil kebingungan.
“Biasanya itu dia kirim pesan pagi-pagi ke aku tapi tadi tidak” ucap Anika sambil meliahat membuka room chat Pranawa. Tak selang berapa lama Bima meninggalkan Anita tanpa sepatah pun, Bima mencoba menghubungi Pranawa, panggilan ke 5 Bima kepada Pranawa.
“Halo, kamu di mana kok tidak ad di sekolahan” tanya Bima dalam telfonnya.
“Aku sudah dirumah tadi aku berangkat terlambat, terus aku loncat pagar” jawab Pranawa dengan nada kurang semangatnya.
“Tunggu aku kesana” Sahut Bima sambil menutup telfonnya. Bimaa mengambil kartu dispensasi untuk keluar sekolah.
“Brum...brum suara motor Bima terdengar didepan rumah Pranawa akan tetapi sang pemilik rumah tak kunjung keluar, Ayah dan Ibu Pranawa kerja di luar kota sedang kan Kakak nya sama seperti Orang tua nya bekerja di luar Kota. Bima langsung masuk halaman rumah Pranawa tanpa izin, Ia langsung turun dari motornya dan masuk kerumah tanpa mengetuk pintu.
“kamu baik-baik saja kan?” tanya Bima sambil megang pundak Pranawa.
“Hmm?” sahut Pranawa dengan wajah kusutnya. Satu kota rokok sengaja di jatuhkan oleh Bima ke arah Pranawa, satu bataang rokok setidaknya bisa menenangkan pikiran Pranawa.
“Kalau emang sudah siap langsung selsaikan saja, toh habis ini lulus kurang 2 Bulan lagi kan” ucap Bima sambil menyalakan rokok.
“Iya, tunggu pulang sekolah dulu aja” sahut Pranawa sambil menghisab rokok nya.
“Emang dia tidak pernah publikasikan kamu?” tanya Bima sambil menatap ke arah Pranawa.
“Dia bilangnya publikasi hubungan tidak penting, tapi sama yang dulu sering dipublikasikan, sama yang dulu dia sering kok keluar main, sebelum jadian sama aku sering kok dia pamer masa lalu nya di akun sosial media nya Dia pernah kok tidak menganggap aku sering malahaan kalau ada yang coba ngedeketin dia dengan alasan tidak mau pacaran, Dia juga tidak pernah memperkenalkan aku ke teman nya padahal kita sudah lama” sahut Pranawa sambil menaruh rokok nya ke asbak.
“hah masa Dia tidak pernah ngenalin kamu ke temannya?” tanya Bima sedikit kebingungan.
“maksudnya teman luar sekolahnya” sahut Pranawa sambil menatap langit-langit dirumahnya. Tepat pukul 14.00 WIB.
“Ting...ting..ting” suara pesan masuk dari handphone Anika. Tak selang lama Pranawa menelfon Anika.
“Halo” sapaan dari Pranawa lewat telefon dengan nada kurang semangat.
“ Kok nada suaranya gitu?” tanya Anika.
“Aku mau ngomong sama kamu” ucap Pranawa sambil manarik nafas panjang.
“kamu inii tinggal ngomong aja” sahut Anika dengan sedikit ketawa kecil.
“kita putus yaa, selama ini kamu kayak malu punya aku kan, selama berpacaraan respond kamu ke aku itu beda, kita tidak pernah ngehabisin waktu berdua, kemarin juga kamu foto saamaa massa lalu kamu kan, kamu juga tidak nganggap aku, aku tau aku banyak kurang Nya bahkan keluargaku sendiri malu punya aku, Aku paham kokk apa yang kamu rasakan passti malu kan punya pacar kayak aku, dibanding dengan masa lalu mu aku masih kalah jauh kok, Aku juga benci dengan kekuranganku” ucap Pranawa sambil membung nafas panjang.
“Kita udah lama loh, soal foto itu aku bisa jelasin” jawab anika dengan nada kebingungan.
“Udah kamu tidak usah capek-capek jelasin” sahut Pranawa.
“Bukan kayak gitu” jawab Anika. Tangan Anika gemetaran apa yang Pranawa inginkan itu tak sesuai aapaa yaang Anika inginkan.
“Sudah jelas gittu kok, kenapa harus disembunyikan dari aku, kalau kamu memang masih berat sama masa lalu kamu kita akkhirin aja hubungan ini, hubungan itu tidak biasa dijalankan oleh satu orang saja harus 2 orang, aku selalu ngeyakinin kamu kalau aku yang akan datang kerumahmu nanti nya, tapi jawaban mu apa? Kamu Cuma bilang kalau jodoh tidak akan kemana, biar waktu menemukan kita, bukan seperti itu konsepnya” ucap Pranawa. Tanpa sepatah kata lagi Pranawa menutup telfon nya. Anika masih tidak bisaa menerimanya, tetesan air mata keluar dari mata nya, Anika hanya diam seribu bahasa penjelasaan yang akan dia berikan tak sempat terucapkan. Waktu pun berlalu tak ada suara notifikasi Selamat pagi dari sang kekasih, hanya ada penyesalan dari Anika.
“Bim..Bima teriak gadis itu” teriakan dari Anika menyapa Bima.
“Apaa” sahut Bima dengan naada kurang enak.
“Pranawa mana?” tanya Anika.
“Mau apa cari dia? Kamu tidak ngerasain apa yang dirasain Pranawa dia selalu ngebanggain kamu meskipun perlakuan mu kayak gitu ke dia, Dia bersyukur punya kamu, Dia sekarang tidak masuk lagi, dah jangan ganggu dia lagi, biar dia fokus sama apa yang dia kejar sekarang” sahut Bima dengan raut wajah kurang enak. Tak terasa waktu berjalan telah tiba waktu perpisahan tiba suasana yang dirasakan Pranawa begitu berbeda, tak ada ikhlas hanya ada terbisanya nya Anika yang tak ada di samping Pranawa, keduanya menjadi asing, jika ditanya ingin kembali mereka berdua hanya bisa menjawab ingin kembali lagi.
“Udah tinggal nunggu waktunya pengumuman tiba kamu berangkat ke Jogja” ucap Bima sambil menepuk pundak Pranawa.
“Aamiin” sahut Pranawa dengan kencangnya. Tiba waktunya usaha dan doa Pranawa tak mengkhianati. Pranawa akan melanjutkan sekolahnya di Jogja, tepat bulan November Pranawa berangkat ke kota Istimewa itu. Menjalani hidup baru Pranawa akan menetap selamanya di Jogja, Dia akan melupakan perempuan itu.
Cinta itu tidak bisa di nanti, ambil dia penuh dengan keberanian atau lepaskaan dengan penuh keridhoan.”
~Ali bin Abi Thalib~
KAMU SEDANG MEMBACA
Malu Ya Punya Aku
Short Storymeskipun kekurangan kita banyak akan tetapi kita harus menjadi diri kita sendiri