Flashback

223 6 1
                                    

"Nenek,tidak akan mengizinkanmu berhubungan dengannya apalagi menikah dengannya dan ini semua juga telah disetujui semua keluargamu." Kata nenekku.

"Tapi aku mencintainya dan akan tetap menikahinya. Tidak peduli apapun yang terjadi." Kataku keras kepala. Aku akan tetap menikah dengan orang yang mencintaiku dan tinggal bersama selamanya. Bukan dengan keluargaku yang menginginkan aku menjadi Iblis. Setiap 4 tahun sekali salah satu anggota keluargaku harus ada yang menjadi Iblis dan tinggal di dunia yang berbeda dalam waktu yang tidak ditentukan. Walaupun dia adalah keturunan malaikat kami tetap bisa bersatu selama kami selalu menjadi manusia. Memang menjadi iblis dapat melakukan apapun dan dapat hidup selamanya. Tapi untuk apa semua itu jika tidak dapat hidup dengan orang kucintai.

"Baik,kalau kau tetap pada pilihanmu maka kami akan mengirimmu ke dunia iblis. Karena kami tidak ingin kau bersatu dengan gadis pembunuh." Kata kakekku.

"Dia bukan pembunuh. Kakaknya yang membunuh Olivia." Teriakku marah. Siapa yang tidak marah jika orang yang kucintai direndahkan. Kakaknya yang membunuh dan dia tidak tau apapun. Tapi dia yang selalu disalahkan. Memang mereka satu darah tapi kepribadian mereka sangat jauh berbeda.

"Cinta telah membuatmu buta." Kata Nenek. Ya,memang. Akan kulakukan apapun untuk orang yang kucintai.

"Aku pergi nek." Kataku seraya melangkah ke pintu. Aku akan kerumah dia dan melamarnya di depan keluarga dia. Keluarganya sangat baik dan bertolakbelakang dengan keluargaku.

Bruk

Tiba-tiba ada yang menabrakku.

"Maaf,aku buru-buru." Katanya. Suara itu.

"Hey, ini aku." Kataku dan dia langsung memelukku.

"Sssstt, kamu kenapa nangis ?" Tanyaku.

"Hiks..... ibuku.... hiks....... menyuruhku menjadi malaikat." Katanya disela isak tangisnya. Aku langsung menggeleng tidak percaya. Tidak mungkin ibunya menyuruhnya seperti itu.

"Tidak mungkin, ibumu tidak mungkin ingin melakukan itu." Kataku.

"Tapi ibuku bilang aku harus jadi malaikat supaya bisa hidup senang." Ujarnya setelah tenang.

"Tapi, kau disini sekarang." Kataku menggodanya.

"Ya, itu karena aku tidak ingin jauh darimu." Katanya polos.

"Ya, aku tau aku tampan." Kataku sambil menaik turunkan alisku.

"Apaan sih !" Katanya dengan wajah merona.

"Jadi sekarang kita kemana ?" Tanyaku.

"Yang pasti tempat agar kita bisa menjadi satu." Katanya dan aku langsung menggandeng tangannya. Saat ingin menyebrang aku berjalan di depannya untuk memperhatikan jalan karena dia gadis yang ceroboh.

"Awas." Teriaknya dan kurasakan tubuhku terdorong. Aku langsung bangun mencari dia. Aku langsung melihat sekeliling dan padanganku jatuh pada seorang perempuan yang tergeletak dijalan. Aku langsung berlari menghampirinya. Darahnya bercucuran. Aku langsung memeluknya membiarkan darahnya mengenai pakaianku.

"Seharusnya, aku yang seperti ini." Kataku. Kurasakan tangannya memegang pipiku.

"A-ku tid-ak apa-ap-a." Katanya tersendat-sendat. Keras kepala dan gadis yang kuat. Membuatku semakin mencintainya.

"Bagaimana tidak apa-apa, kau terluka parah seperti ini." Kataku dan menggendongnya. Malam ini jalannya sepi jadi tidak ada yang perlu melihatnya. Karena aku tidak suka berbagi apa yang telah menjadi milikku. Kudengar dia tertawa kecil. Tawanya sangat merdu. Mungkin jika menyanyi suaranya akan lebih merdu. Dia paling malu saat bernyanyi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 20, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Antara Hati Iblis dan MalaikatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang