KEY

185 28 5
                                    

"Dimakan, bukan cuma di liatin doang." Tegur Seulgi.

"Aku bingung mau pilih yang mana, bisakah kau ambilkan untukku, Seul?" Pinta Wendy menggunakan nada manisnya.

"Dasar manja. Baiklah, tuan putri ini makanannya." Seulgi dengan telaten mengambil makanan untuk bayi besar itu.

"Gomawo, Seulbear."

"Nee, selamat makan." Kedua orang itu makan, sedangkan Irene tengah berpacaran dengan berkas-berkas yang menumpuk.

.

Rosé dan Lisa sedang duduk di taman tidak jauh dari sekolah. Mereka tengah memakan es krim, kini mengobrol.

"Lisa-ya, aku masih belum bisa lupa dari kejadian tadi pagi." Ujar Rosé.

"Aku pun begitu, sungguh itu kejadian yang bisa membuat jantung mudaku hampir copot."

"Tapi anehnya aku ingin itu terulang lagi huhuhu." Rengek Rosé.

"Huh, aku sudah rindu pada Wendy unnie. Padahal baru pagi tadi kita ketemu. Rasanya aku ingin terus mengintil kemana ia pergi." Kata Lisa.

"Apa kita harus mengikatnya? Agar bisa di rumah terus, lagi pula dia kan sudah kaya. Bahkan apa lagi yang ingin dia cari, semuanya sudah ia punya." Tutur Rosé.

"Jangan. Nanti Wendy unnie makin jauh dari kita, gitu-gitu sikap dinginnya masih ada tau."

🗝️

Wendy selesai menangani pasien, ia tengah melangkah menuju ke ruangan Irene, tapi langkahnya terhenti mendengar tangisan suara anak kecil. Ia pun mengedarkan pandangannya dan mendapati anak berusia sekitaran sepuluh tahun sedang duduk di taman rumah sakit.

Dengan langkah pelan menghampiri agar tidak mengejutkan anak itu, Wendy membuka suara.

"Halo, adik kecil. Kenapa wajahmu murung begitu, hm?" Tanya lembut Wendy dan mensejajarkan diri dengan anak itu.

Anak kecil itu pun menatap Wendy dengan wajah penuh air mata.

"Hiks...Joyi gak mau di suntik...hiks" dengan sesegukan anak tersebut menjawab.

"Oh itu alasannya, Joyi kalau mau sehat gak boleh takut sama obat, suntik itu kan obat, nah kalau Joyi takut nanti kuman dan bakteri penyakitnya gak bakal hilang. Memangnya Joyi mau misalnya sakit-sakit terus, eh nanti teman-teman sekolah Joyi gak mau temenan lagi karena Joyi sakit."

"Engga, Joyi gak mau teman-teman pergi, Joyi gak mau sakit-sakitan, tapi Joyi takut jarum suntik, unnie."

"Ummm, ya sudah. Unnie akan bantuin Joyi, tapi janji dulu Joyi harus  mau di suntik ya? Kalau mau nanti unnie akan turutin apa yang Joyi mau deh, gimana?" Dengan anggukan penuh semangat Joy, ia setuju.

"Kajja! Seeshh...super Joy berangkat untuk di suntik." Wendy mengangkat tubuh anak itu dan di posisikan seperti Superman. Joy tertawa bahagia.

Sesampainya di ruangan untuk memberi suntikan pada Joy. Wendy menurunkan Joy di brankar, ia mengambil peralatannya.

Wendy penuh kelembutan memberikan dorongan agar Joy tidak takut untuk disuntik. Akhirnya, Joy tenang walaupun tubuhnya masih bergetar ketakutan, Wendy penuh kelembutan menyuntik lengan Joy dengan hati-hati.

Tidak sampai semenit, Wendy berhasil menyuntik Joy. Hal itu pun membuat Joy yang memejamkan matanya takut-takut merasa heran.

"Unnie, kok gak kerasa?" Joy bertanya dengan wajah polosnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 01, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KEYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang