bab 1

2 0 0
                                    

Siang ini, matahari sangat konsisten dengan panas nya. Dia seolah tak mau mengalah pada awan. Tak sedikit pun menurunkan panas nya, dia juga tak ingin awan menutupinya.
Baling baling angin yang terpaksa terus bekerja, menciptakan suasana sejuk di tubuhku, sambil melihat benda kotak di tanganku, jariku sangat sibuk dengan si kotak itu. Teman ku sedari tadi berbalas chat denganku, meminta aku untuk menemuinya. Sepertinya dia sedang berperang lagi, dengan teman berantem nya. Aku pun bergegas menemuinya, sambil membawa parang dan panci dapur, ehh bercanda lah, emang nya mau tawuran sama ibu ibu..

Tak berapa lama, sepeda motorku sudah sampai di sebuah rumah. Terdengar suara perempuan yang tidak asing buatku, dia terus berbicara dengan nada tinggi kepada seorang pria yang tidak lain adalah pacar nya. Di ruang tamu ada seorang peria sedang duduk dan tertunduk, seperti nya dia adalah teman dari pacar temanku, entah lah dia masih asing buatku, namanya nya juga baru bertemu, tak berapa lama temanku keluar dengan wajah yang masam, asam Jawa kalah deh asam nya.

Dari peristiwa itu lah aku mengenal seorang peria bernama Putra, dia seorang peria pandai bergaul, dalam waktu yang singkat dia bisa membuat aku nyaman pada nya. Dia juga seorang peria yang bermulut manis, dia juga seorang peria yang bisa memperlakukan wanita dengan baik. Aku dan Putra pun sekarang memiliki hubungan yang bisa di bilang pacaran lah. Aku pribadi bukan seorang perempuan yang sulit, cukup orang itu baik dan memperlakukan aku dengan baik itu sudah cukup buatku. Karena buat ku melihat seseorang dari fisik itu bukan hal yang baik, ya meski secara fisik Putra ok juga. Putra adalah seorang peria berkacamata, dia berkulit putih berbadan tinggi, dia juga memiliki mata sipit dan senyum yang lucu.

Ahhhh..... Aku lupa memperkenal kan diri....
Hai.....
Aku Anin, Anindia. Kata ibuku sih aku imut, aku berkulit sawo matang, bertubuh mungil, rambutku pendek dan lurus, aku orang yang mudah bergaul dengan orang lain. Waktu aku mengenal Putra, aku masih duduk di bangku SMA. Pada saat itu, aku masih belum bisa menilai seseorang dengan baik, pemikiran ku juga belum sematang sekarang, masih ceroboh dan asal asalan. Tetapi aku punya satu komitmen, saat aku menjalin hubungan dengan seseorang, aku akan menjalin hubungan yang lama dan untuk hubungan yg lebih serius.

Putra menemani masa SMA ku, tak pernah sedikitpun terpikir olehku akan bertemu orang lain lagi selain Putra. Aku pun sudah mengenal dia dengan sangat baik, baik dan buruknya dia, bahkan diapun sudah mengenal keluargaku dengan baik. Aku juga mengenal orang tua nya, meski belum mengenal semua keluarganya, tetapi itu cukup baik untukku. Putra benar benar baik kepada keluargaku dan adik adikku. Aku tidak pernah membayangkan, keburukan pada hubungan kami. Bahkan di saat saat aku jauh dari keluarga, Putra yang ada untukku. Di saat aku sibuk mempersiapkan pendaftaran ke universitas, dia selalu membantu dan menghiburku. Saat aku merasa kesepian dan merindukan suasana rumah, dia selalu memberikan perhatian dan candaan kepadaku. Setiap mudik ke rumah dia selalu mengantarku. Dia memang seorang peria yang penuh perhatian, penuh kehangatan, dan kasih sayang.

Suasana di rumahku tidak pernah sepi, keponakanku selalu berisik dan berlari ke sana kemari, membuat suasana rumah selalu ramai. Putra yang memang sudah akrab dengan keluargaku, dan sudah tidak segan segan lagi dengan suasana rumahku, sudah terbiasa tidur di kamarku. Pada siang itu saat kami baru sampai dari Bandung, putra ijin tidur siang, dia merasa lelah karena perjalanan, dan aku pun mengiyakannya. Sesekali aku melihat dia tertidur, hingga tiba tiba ada tangan yang menarik ku. Aku pun terduduk barangkali dia memerlukan sesuatu. Dia hanya memintaku berbaring di sampingnya, dan aku pun menurutinya. Seperti yang biasa di lakukan nya, dia bersikap manja terhadapku, dia terus menciumi tanganku, mengajak ku mengobrol. Suara seorang perempuan paruh baya terdengar dari luar kamar, dia adalah ibuku. " Nin, ibu pergi sebentar ke rumah nenek mu, jaga toko sebentar ya ! " Aku pun mengiyakan permintaannya. Seketika suasana rumah pun sepi. Putra yang sedari tadi berbaring, tiba tiba saja duduk dan merangkul ku dari belakang. Tak seperti biasanya dia bersikap agresif terhadapku. Tangannya yang nakal, terus menerus menyentuh dan membelai tubuhku. Aku pun selalu berusaha menepis dan menghentikannya, tapi sepertinya dia tidak ingin menyerah dan mengalah kepadaku. Sentuhan demi sentuhan perlahan membuat perasaan yang aneh pada diriku, perasaan yang baru  untukku, perasaan di mana aku ingin berhenti, tetapi rasa nyaman membuatku menikmatinya. Sepertinya setan sangat intens pada saat itu.
Setiap sentuhan Putra, membuat sensasi hangat dan nyaman untukku, saat dia mulai meraih payudaraku, aku sangat menikmatinya dia juga perlahan menciumi leherku, membuat hasrat di diriku semakin gila. Tanpa terasa kenyamanan itu membuatku mendesah, dan tampaknya desahan itu membuatnya semakin bergairah. Dengan sedikit mendorongku, dia membuat aku berbaring, ciuman lembut dari nya membuat bibirku tak bisa menolaknya. Semua yang dia lakukan membuat aku lupa akan keinginan untuk menolak dan takut. Kami berdua benar benar melakukan sesuatu yang belum pernah kami lakukan sebelum nya. Dia terus mencumbui ku, menyentuh setiap bagian sensitif di tubuhku. Dia terus meremas payudaraku, menciumi bibir tipis ku,sesekali dia mencium leher dan menghisap payudaraku, aku pun tak bisa mengelak, apa yang dia lakukan sangat aku nikmati, hingga terasa sebuah tangan menyentuh vaginaku dengan sangat lembut, sentuhan itu membuatku tak bisa menahan desahan, begitu juga dia, semakin aku mendesah semakin binal tangannya memainkan vaginaku. Secara perlahan dia pun memasukan jemarinya dan membuat aku tak bisa menahan perasaan nikmat. Dia pun meraih celana dalam yang sedari tadi tertutup rok panjang ku. Setelah dia membukanya dia pun mulai memainkan vaginaku dengan lidahnya, seperti tak ingin membuang waktu dia pun melepaskan rel seleting celana jeans nya, seketika aku pun melihat penis tegang miliknya, dengan penuh hawa nafsu, dia membuat penis itu merobek vaginaku. Memang awalnya sangkat menyakitkan untukku, tapi itu hanya sebentar yang terjadi selanjutnya hanya perasaan nikmat yang di selimuti hawa nafsu, terlihat jelas wajah putra yang sangat menikmati hawa nafsu itu, dia pun memainkan penis nya secara perlahan, desah kami pun saling terdengar, dia pun mempercepat permainannya. Genjotan penis itu, membuat aku menutup mulut untuk menahan desah yang ingin aku keluarkan bebas, terdengar desah dari mulutnya berbaur dengan nafas yang tampak berburu keringat. Hingga tak berapa lama dia pun jatuh memeluk tubuh kecilku, penis yang tadinya terasa tegang kini terasa lemah di vaginaku, di gantikan cairan hangat. Entahlah seperti apa rupanya aku tak ingin melihatnya, hanya saja saat itu perasaanku sangat tidak bisa aku jelaskan, ada penyesalan, tetapi juga itu sebuah kesalahan yg tak bisa ku hindari.

Setelah kejadian itu Putra pun sering melakukan hal itu padaku. Dan seiring berjalannya waktu, akupun mulai tahu seperti apa dia. Putra yang awalnya sangat perhatian dan memprioritaskan ku kini dia sudah mulai berubah, dia mulai asik dengan kesibukannya sendiri, bahkan saat aku membutuhkan dia pun, dia selalu ada alasan untuk menolak ku. Tetapi aku coba memahaminya dan terus bertahan dalam hubungan dengannya.

Ada saat di mana aku benar benar kesal pada Putra, dia sepertinya tidak ada niat untuk membawa hubungan kami ke arah yang lebih serius. Akupun menemui teman SMA ku, teman yang tau perjalanan hubunganku dengan Putra, di sana aku bercerita padanya, mengeluh, marah, dan kecewa semuanya aku tumpahkan.
" Ay aku ke tempat kamu sekarang ya ! " ( Ujarku dalam telepon singkat)
Dengan satu kali naik kendaraan umum akupun sampai di tempat Ayu, teman yang tadi akan aku kunjungi. Dengan rambut yang kusut karena baru bangun tidur, dia membukakan pintu yang sedari tadi aku ketuk.
" Kamu ya Nin, gak bosen apa bangunin aku tidur terus ! " ( Sambil menguap dia menggerutu )
" Maaf deh Ay, itu kebiasaan ku yang tidak di rencanakan.. ( ujarku sambil cengengesan)
Sedikit cerita tentang Ayu, dia adalah teman SMA ku dulu, di rumah Ayu lah aku bertemu dengan Putra. Ayu adalah gadis berambut panjang dia gadis yang memiliki sifat bertolak belakang denganku, tapi pada dia lah aku nyaman bercerita apapun.
" Ay,, aku kesel ih sama si Putra..! " ( Ujarku sambil memanyunkan bibirku )
" Sekarang apa lagi..? " ( Tanyanya dengan menatap wajahku )
" Kamu juga tau kan Ay, kalo aku sama dia tuh udah lama pacaran, bayangin aja udah 5 tahun Ay, tapi dia tuh gak pernah nunjukin ke seriusan padaku ! " ( Dengan wajah yang murung aku bercerita pada nya )
" Aku tuh dah cape ya meminta keseriusan darinya, tapi keluargaku terus saja menanyakan kapan Putra membawa keluarganya ke rumah, kapan Putra melamar ku, aku tuh harus bagai mana Ay ? " ( Aku melanjutkan ceritaku )
" Emang kamu udah yakin mau di lamar Putra ?, Dari apa yang aku dengar dari hubungan kamu, bukannya kamu sering mengeluh tentang Putra, tentang dia yang tidak seperti dulu, tentang dia yang tidak sepemikiran denganmu ? "( Ayu bertanya kepadaku )
" Belum lagi tentang putra dan keluarganya yang tidak pernah menganggap kamu serius, jujur saja ya Nin, kalo aku jadi kamu, aku tidak akan menganggap Putra serius, malah yang aku ingin, kamu ninggalin dia sekarang juga ! bukan malah menginginkan dia melamar mu ! " ( Ayu berterus terang tentang perasaannya )
" Tapi Ay, itu bukan hal mudah buatku, aku juga tidak yakin akan dapat seseorang yang lebih dari Putra ! " ( Dengan perasaan yang kelu ku utarakan itu pada Ayu )
" Nah ini nih, yang aku kesal kan dari kamu Nin, kamu tuh bisa dapat yang lebih baik dari dia, kamu berpendidikan, kamu seorang perawat, pasti banyak laki laki yang menginginkan kamu, kenapa sih kamu tuh mikir nya kaya gitu ! " ( Dengan nada yang kesal Ayu berkata seperti itu ).
Aku pun pulang dari tempat Ayu dengan banyak sekali pikiran di kepalaku, aku juga tidak berterus terang kepada Ayu sejauh apa hubungan aku dengan Putra. Bukan aku takut dia tak bisa menerima, hanya saja bagiku menceritakan sebuah aib pribadi itu sangat lah susah.
Biar saja keburukan ku, hanya aku dan Tuhan yang mengetahuinya. Apa yang orang lain tidak ketahui tentang diriku, biar ku simpan sendiri. Ada kala nya, apa yang memang seharus nya di tutupi, dan apa yang Tuhan tutupi tentang keburukan kita, itu yang terbaik buat kita. Karena tak ada satupun manusia yang bisa kita percaya untuk menyimpan aib kita.

AnindiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang