bab 2

0 0 0
                                    

Ku lihat jam di dinding rumah sakit, masih menunjukan pukul 04.25, waktu piket malam memang selalu terasa lama. Belum lagi rasa kantuk yang sangat menyiksa, membuat keinginan ingin pulang semakin besar. Dengan beberapa kesibukan, dan pemeriksa pasien, akhir nya waktu pun berlalu tanpa aku lirik lagi. Aku pun kembali ke ruangan dan mengemasi barang ku. Aku pun segera meninggalkan ruangan perawat dengan menenteng totbag ku.

"Huuuuuuaaaaaaahhh.....!!!" Kantuk terus menghampiriku, tanpa sadar aku pun trus menguap sedari tadi.
Di depan rumah sakit, sudah ada Abang Abang yang setia menungguku pulang, aduhhh sungguh setia si Abang, hahahahaaaa suara tertawa penulis.. oh ya, maaf ya ada sedikit candaan aku takut kalian bosan membaca cerita ku. Yahh seperti inilah rutinitas ku, aku bekerja sebagai perawat di sebuah rumah sakit di Bandung, bukan rumah sakit besar sih, aku kerja dua sip, pagi, dan malam, kadang kalau pasien lagi banyak aku harus lembur. Aku juga sering menggunakan ojek untuk pulang dan pergi bekerja, itu lah mengapa aku bilang ada Abang yang setia menunggu, ya itu ojek di depan rumah sakit, bukan pacar aku si Putra ya. Oh Iyah, ngomongin Putra, hari ini aku ada janji bertemu dengan nya.

Krekkk.....! Ku buka pintu kamar, terhampar tempat tidur yang tampak nyaman sekali, bila langsung ku hempaskan tubuh ke atas nya. Baru juga mau bersiap membentangkan sayap, eh sayap tubuh kali ya, sudah ada yang mengetuk pintu saja.
Tok....tok ....tok.... ! Suara ketukan itu. Dengan tubuh yang penuh kantuk akupun membuka nya.
" Kenapa pagi pagi banget datang nya ? " ( Tanyaku pada lelaki yang datang itu )
" Iyah soalnya nanti sore takut hujan, entar kalo aku gak datang kamu marah lagi..! " ( Jawab lelaki yang bernama Putra itu )
" Oh...... ! Ya udah masuk lah.... ! " ( Aku pun menyuruh dia masuk )
Aku pun tak memperdulikan kantukku lagi. Aku ingin segera mengutarakan isi hatiku pada lelaki di hadapanku.

" Ada apa ? sih ko kaya nya penting banget sampai harus hari ini juga aku datang ? " ( Tanya Putra padaku )
" Aku mau ngomongin kita " ( jawabku )
" Ehh yang, kamu belum tidurkan ?, Mening ( lebih baik dalam bahasa Sunda ) tidur dulu lah !, Takut nya nanti kamu sakit lagi ! " ( Dia menyuruh ku, atau hanya ingin mengalihkan topik )
" Udah aku gak papa ko, belum ngantuk juga, pokonya intinya sekarang aku mau ngomong sama kamu, tolong perhatikan ya yang ! " ( Tutur ku sedikit berbohong) Putra pun hanya menganggukkan kepala seraya tersenyum, dan memegang tanganku.

Terdengar nafas panjang dariku. Jujur saja bagiku sulit banget membicarakan hal ini kepada Putra, tapi mau gimana lagi, aku perlu sesuatu yang jelas.
" Putra, sebenar nya orang tua aku udah berkali kali bertanya sama aku, kapan kamu akan membawa orang tua kamu ke rumahku !, Dan di samping itu aku juga ingin kamu menyegerakan hubungan kita ke tahap yang lebih dari ini " ( dia hanya mengangguk dan menunduk tanpa menjawab apapun )
" Put, kamu ngertikan, perasaan aku sama orang tua aku, bukannya aku dan keluarga tidak percaya sama kamu, atau ingin memaksa kamu, tapi aku wanita Put, dan hubungan kita juga sudah tidak wajar, aku mau sesuatu yang jelas dan pasti, tolong mengerti posisi aku Putra ! " ( Tanpa terasa air mata pun pun mengalir di mataku, pipiku pun basah tanpa aku sadari )

" Iyah... Aku ngerti ko apa yang kamu maksud yang... Aku juga bukannya tidak ingin menyegerakan hubungan kita, tapi kan kamu tahu sendiri, pekerjaan aku belum tetap, dan semua itu butuh modal, gak mungkin kan aku datang tanpa membawa apapun ! " ( Mulut manis nya mulai berbicara )

" Putra, aku gak pernah ya meminta apapun dari kamu, aku juga gak pernah nuntut apa apa dari kamu, cukup kamu dan orang tua kamu datang ke rumahku, bertemu orang tua aku, dan bilang sama mereka kamu mau melamar aku, itu aja udah cukup ! " ( Aku benar benar berurai air mata )

" Ya udah kalo kamu mau nya seperti itu, Minggu depan aku akan membawa orang tuaku ke rumahmu " ( dia pun menjawab ku seperti itu ). Emang ya ga ada yang tau isi hati manusia, ga ada yang bisa tau juga nanti kedepannya seperti apa, pada saat itu aku hanya bisa mempercayai dia, dengan jawaban seperti itu aku sangat bahagia, sampai akupun segera berbicara dengan orang tuaku, aku juga mengambil cuti kerja tiga hari. Dengan harapan dan pikiran, akhirnya dan semoga kedepannya aku dan dia bisa segera menikah.

***

Dua Minggu kemudia

Pada hari ini di rumah ku benar benar sibuk, bahkan ibuku sampai membeli karpet baru dan sebagainya, dan ibuku juga memasak banyak sekali hidangan. Putra menjanjikan siang ini dia akan datang ke rumahku bersama orang tuanya, karena itu lah ibuku sangat antusias menyambut kedatangan mereka. Aku tak berpikir buruk sama sekali, yang ada di pikiranku hanya seperti apa nanti saat orang tua putra bertemu orang tuaku, terbayang olehku, mereka saling mengobrol saling sapa. Bahkan pagi di hari itu aku masih berkomunikasi seperti biasa dengan putra, waktu sudah menunjukan pukul 10.00 WIB, aku pun di suruh ibu ke pasar, sepertinya ada bebarapa yang kurang. Saat di pasar aku pun mencoba menghubungi Putra, sekedar ingin tahu dia sedang apa atau sudah kah dia memulai perjalanan, dan aku juga ingin memberi tahu bahwa kami di sini sudah siap. Tetapi pada saat itu pesan ku tidak bisa terkirim pada Putra, beberapa kali aku melihat gawai ku barang kali ada masalah pada gawai itu, atau jaringan buruk di sini, tapi sepertinya tak ada masalah. Sesampainya di rumah aku pun mencoba untuk menelpon Putra, dan nomor yang aku tuju sepertinya sedang tidak aktif. Di kamar yang sepi itu, pikiran ku mulai kacau, perasaan ku tak enak, antara takut, khawatir, sedih semuanya ada di sana, waktu sudah menunjukan puku 12.00 WIB, Putra masih belum bisa aku hubungi. Lantas aku pun keluar menemui orang tuaku, dengan pikiran yang bingung aku melihat mereka. Mereka hanya tersenyum pada ku seraya bertanya, bagai mana Putra, aku juga bingung harus menjawab pertanyaan mereka seperti apa, tetapi saat ini aku pun tidak tau dia bagaimana.

" Mah ! , Dari tadi Putra gak bisa aku hubungi ! ( Aku menunduk tak berani melihat wajah ibuku )
" Kenapa ya Nin, kamu yang tenang ya, mungkin handpone dia kehabisan batrai ! " ( Suara lembut ibuku berusaha untuk menenangkan aku )

Padahal aku tau, dia juga terkejut, dia takut, dia kecewa, dia juga khawatir, tapi dia masih bisa menenangkan aku. Kita pun menunggu Putra, kita masih berharap Putra akan menepati janjinya, sampai waktu yang dia janjikan 14.00 WIB itu tiba, dia tak kunjung datang, dia juga masih belum bisa aku hubungi. Aku tak bisa membendung air mata lagi, aku pun menangis sejadi jadi nya, dan secara sepihak aku pun memutuskan hubungan ku dengan putra, hanya lewat pesan yang entah kapan akan dia baca. Harapan yang aku punya kini telah usai, mimpi yang aku dambakan kini telah karam, bahkan aku saat ini sudah di baluti rasa kecewa, hati ku sudah penuh luka, luka untuk diriku sendiri, dan luka atas orang tuaku yang dia kecewakan. Bahkan sampai sekarang aku masih tidak habis pikir, kenapa waktu itu dia melakukan hal semacam itu, kenapa dia, tega seperti itu, bahakan aku tidak mengerti, maksud dia itu apa dari awal sampai akhir kepada ku, yang akhir nya seperti itu, tapi ya sudah lah aku sudah melewati masa itu.
Besok nya terlihat notif di gawaiku, pesanku sudah terkirim pada Putra, panggilan masuk dari Putra pun terlihat di layar gawaiku. Aku pun menerima panggilan itu, dia meminta maaf kepadaku atas kejadian kemarin, dia pun mengeluarkan seribu alasan yang aku sendiripun sudah tidak mau dengar dan sudah tidak ingin mempercayainya, dan aku pun hanya menegaskan bahwa sekarang aku dan dia tidak ada hubungan apa apa, dan tidak usah ada antara satu sama lain lagi, setelah itu akupun mengakhiri panggilan itu. Dari sana aku dan dia pun berhenti berkomunikasi, aku melanjutkan hidupku seperti biasa, bekerja seperti biasa. Tetapi aku tidak bisa menemukan diriku yang seperti dulu lagi, untuk orang lain mungkin aku masih terlihat sama, tapi untuk diriku, aku sudah jauh dari diriku yang seperti dulu. Sekarang aku lebih hati hati terhadap lawan jenis, lebih memperlakukan mereka dengan logikaku, bukan dengan perasaanku, beberapa kali aku mencoba dekat dengan yang lain, tetapi hatiku, selalu menolak, selalu ada perasaan takut, akan masa lalu, meski aku mencoba untuk mempercayai mereka tapi, di saat itu juga hati dan pikiranku, menolak untuk percaya.

Karena satu lelaki yang salah aku kenal, semua lelaki yang aku temui sama, kecuali ayah ku tentunya. Selalu saja ada pikiran buruk tentang mereka. Bahkan untuk memulai hubungan baru lebih dari teman, sama sekali tidak terpikir olehku. Dalam hatiku, seperti ada lubang yang sangat besar, lubang yang takan bisa aku tutupi dengan apapun, bahkan sampai saat ini aku telah punya kehidupan baru pun lubang itu tetap utuh, tak sedikitpun berkurang.

Sebenarnya, sangat sulit untuk memaafkan seseorang yang telah membuat trauma dalam kehidupanku, hanya saja, terus mendendam dan memikirkan kesalahannya, membuatku akan semakin terluka, dan sulit keluar dari zona keterpurukan. Pada saat itu aku hanya bisa mengikhlaskan, dan berusaha melapangkan hatiku. Berharap Allah akan membalas air mataku, dengan kebahagiaan suatu hari nanti.
Semoga apa yang aku alami tidak akan di alami oleh yang membaca cerita ini. Hanya saja aku percaya setiap wanita mempunyai luka nya sendiri dan traumanya sendiri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 18, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AnindiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang