Tutor (M. Reo)

912 106 2
                                    

Gadis itu terus berlari memaksakan kedua kakinya untuk lebih mempercepat larinya, berusaha untuk tidak menabrak murid lain yang menghalanginya jalannya— di karenakan sudah jam pulang. Tidak lupa dengan peluh keringat yang membasahi keningnya.

Semua murid akan pulang akan pulang ke rumah lalu beristirahat melepas lelah atau mengerjakan tugas. Tidak dengan gadis ini, mari kita panggil (name).

(Name) hampir ke kenal oleh satu sekolah, itu karena ia sering membuat masalah. Contohnya seminggu yang lalu, ia berusaha keluar dari ruang bk dengan cara permisi ke kamar mandi lalu keluar lewat jendela kamar mandi yang bisa di katakan— kecil.

Bukan (name) jika ia menyerah begitu saja. Gadis itu tetap memaksakan dirinya untuk masuk kedalam jendela tersebut yang pada akhirnya terjebak di sana, ada-ada saja pikir sang guru.

Tetapi kali ini ia tidak di kejar oleh guru-guru, melainkan tutornya yang sudah di sediakan oleh wali kelasnya. Gadis seperti (name) belajar? ohoho tentu saja tidak.

Kembali lagi pada (name), gadis itu kemudian bersembunyi di belakang gedung sekolah. Menompangkan tangannya pada kedua lutut dengan napas yang terengah-engah. Sepertinya aku berhasil lari darinya pikir gadis itu.

Namun, dugaannya salah. Pemuda bersurai ungu itu lalu mengagetkan (name) yang masih mengatur napasnya, dan tentu saja, gadis itu sangat mengenali suara berat tersebut.

"Dor!"

"AHHK! SETAN!" teriaknya.

Reaksi tersebut membuat sang pelaku— Reo tertawa terbahak-bahak, dengan tangannya memegang perutnya. (Name) menatap tajam pada Reo merasa tidak terima. Tapi- bagaimana bisa pemuda itu sampai secepat itu?? Apa Reo baru saja menggunakan teleport?

"Hey! Berhenti melamun" ujar Reo menyentil jidat gadis itu, membuat sang empu meringis kesakitan.

"Itu hukuman karena sudah kabur dari ku, ayo kita ke perpustakaan" dengan santai Pemuda itu mengambil tangan sang gadis lalu menyeretnya ke perpustakaan.

"Tidak, tidak! Aku tidak mau belajar!"

"Sebentar kok, cuma 10 menit"

"Ini sudah yang ke 3 kalinya kau mengatakannya tapi kau tetap mengajariku 2 jam!"

Ya, ini alasannya kenapa ia lari dari pemuda bernama Reo ini tetapi rencananya selalu gagal karena Reo terlalu cerdas dan itu berbanding terbalik dengan (name).

"Jika kau berhasil mengerjakan semua soal dengan baik, aku kasih hadiah"

".. Ayo perpus, berikan aku soal" Reo terkekeh pelan. Sang gadis langsung semangat saat mendengar kata "hadiah", sangat mudah untuk meluluhkan hati (name) yang pada konsepnya mudah di sogok.

Tanpa babibu mereka berjalan berdampingan di lorong sekolah yang sudah sepi— karena semua murid sudah pulang. Beberapa guru masih ada di sekolah untuk menyelesaikan tugas mereka masing-masing.

Sang puan sedari tadi bersenandung kecil tidak sabar mendapatkan hadiah gratis dari Reo— ya, jangan lupa bahwa Reo orang kaya. Melihat tingkahnya pemuda itu menahan gemas untuk mencubit kedua pipinya.

Sesampai di perpustakaan mereka memilih untuk duduk di dekat jendela kemudian duduk di bangku masing-masing, posisi duduk mereka saling berhadapan.

Reo meraih tasnya kemudian mengeluarkan kertas soal yang sudah ia siapkan, pemuda itu sangat niat untuk membantu (name) belajar.

"Silahkan, cuma 15 soal kok"

'cuma' katanya, batin gadis itu menangis.

Tanpa babibu lagi, (name) langsung mengerjakan kertas soal tersebut. Namun ada sesuatu yang membuatnya risih dan tidak konsentrasi. Iris ungu dan iris (e/c) itu bertabrakan.

"Reo.. Apa di wajahku ada sesuatu?"

"Hm? Oh, tidak ada. Aku hanya gemas dengan murung mu itu" ujar Reo.

Tak biasa dengan pujian tersebut, wajahnya di hiasi dengan semburat merah.

"L-lebih baik kau belajar juga, supaya aku bisa tenang mengerjakan soal ini kemudian mendapat hadiah lalu pulang dengan tenang" ujar (name) panjang lebar.

"Ahaha, baiklah" kekeh pemuda itu.

Reo mengambil salah satu novel dari tasnya. Mereka berdua kemudian tenggelam dalam kesibukan masing-masing, walau begitu- Reo sesekali melirik pada (name).

Waktu berlalu setengah jam, (name) meletakkan penanya lalu menyondorkan kertas tersebut pada Reo. "Oh? Cepat juga"

"Yaiyalah, aku kan pintar"

"Itu karena aku yang mengajari mu" ya, tak heran, soalnya Reo selalu ranking 1.

Pemuda itu menerima kertas itu kemudian memeriksa jawaban (name). Tak lupa dengan pena merahnya untuk menandai yang salah. Sebuah senyuman tercetak di wajah Reo.

Ia kembali menyondorkan kertas itu pada sang puan, dari semua jawaban ia cuma salah satu. "Kerja bagus, ini peningkatan yang sangat drastis!" pujinya.

"Mana hadiahku" tagih (name).

Ternyata ia ingat, Reo terkekeh pelan mendengarnya. Pemuda itu beranjak dari kursinya lalu berpindah ke tempat (name). Kenapa ia harus pindah? Tinggal kasih apa susahnya?

"Tutup matamu dulu, jangan buka sampai aku menyuruh mu" pinta Reo.

"?? Baiklah?"

Sang gadis dengan patuh menuruti perintah Reo, ia tutup kedua matanya perlahan. Sebuah benda lembut menempel di keningnya. Reflek ia kembali membuka matanya.

(Name) membelalakkan matanya karena perlakuan dari Reo, pemuda itu mencium keningnya dengan lembut. Dengan jarak sedekat itu, (name) mencium wangi parfum maskulin putra tunggal keluarga Mikage itu.

Ciuman singkat itu dapat membuat gadis di depannya memerah sepenuhnya. Ia tidak menyangka 'hadiah' yang di maksud Reo adalah ciuman.

"Aku menyuruhmu untuk tutup mata, tapi kau sudah mengintip"

Tidak mendapat merespon apapun dari (name). Reo sudah tau pasti bakal seperti ini, tangannya mengelus surai sang puan lalu mulai berjalan menjauh darinya.

"Sampai jumpa besok, akan ku berikan hadiah yang lebih dari itu"

2 Januari, lily.

𝐈𝐌𝐀𝐆𝐈𝐍𝐄﹔blue lockTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang