Reiner Einhard bersama putranya, Allan Einhard siang ini tiba di bandara Soekarno-Hatta, Jakarta. Sang ayah memutuskan untuk kembali ke tanah kelahirannya setelah resmi bercerai dengan istrinya, Wang Yifei.
Allan tidak bisa berkomentar apapun. Bahkan saat ayahnya mulai membereskan barang barang mereka. Ia tahu resiko perceraian orang tuanya. Tapi ia memilih diam. Hanya saja ia merasa akan sangat merindukan adiknya, Axelle Einhard.
Allan menatap lurus ke depan. Ya, dunia yang ia tinggali saat ini bukanlah dunianya. Dia terbiasa hidup di tanah kelahirannya di Guangzhou, China.
Namun keadaan memaksanya untuk berpindah ke tempat kelahiran ayahnya.
Indonesia.
Allan memang keturunan China-Indonesia-Jerman. Tapi dia asing dengan negara kelahiran ayahnya. Namun dia harus menyesuaikan dengan dunia yang baru meski harus menerima bully selama puluhan tahun.
ooo
Allan mulai pindah ke Jakarta ketika ia berusia 12 tahun. Lebih tepatnya saat memasuki kelas VII .
Dia sempat ragu, apakah ia bisa beradaptasi di Jakarta. Karena sudah berada di China selama 12 tahun dan sama sekali tidak mengenal bahasa Indonesia.
Namun Tuhan tidak tidur.
Ya.
Setelah bersekolah di SMP Duta Bangsa selama 1 tahun, Allan memiliki 2 teman. Yaitu Ivana Ehren dan Hanz Aelbehrt.
Sekolah Menengah Pertama ini bukan sekolah biasa. Melainkan sekolah internasional yang kebanyakan muridnya adalah keturunan campuran dengan negara lain. Misalnya, Indonesia-Jerman, Indonesia-Inggris, Indonesia-Australia, dan lain lain.
Namun hanya Allan yang berbeda karena memiliki 3 garis keturunan, Indonesia, China dan Jerman. Itu membuat banyak murid membully nya secara terang terangan karena sungguh langka ada orang dengan 3 darah campuran.
ooo
Allan menjadi sangat tertutup karena ia tak percaya siapapun. Namun, semuanya berubah ketika ia mengenal Ivana.
"Siapa namamu?"tanya seorang gadis kepada Allan .
Allan mengernyitkan dahi mendengar perkataan gadis itu.
"Siapa namamu?"tanya gadis itu sekali lagi.
Allan bingung harus menjawab atau tidak.
"Hei, setidaknya lo harus menjawab saat ada orang yang bertanya, jangan diem aja."omel gadis yang saat tengah memandang Allan dengan wajah cemberut.
"A...ah- saya Allan Zoe Einhard."
Gadis yang semula sudah beranjak pergi, sekarang berbalik menatap Allan. Gadis itu tersenyum lalu berkata,"Nama lo bagus. Tapi sayang lo pendiam banget."
"Saya tidak begitu fasih berbahasa Indonesia."balas Allan.
"Mau gua ajarin?"
Allan mengangguk samar mendengar perkataan sang gadis. Gadis tersebut mengulurkan tangannya lalu menjabat tangan .
"Kenalin, gue Ivana Leisl Ehren.
ooo
Mereka bahkan saling menukar bahasa tubuh karena pada awalnya Allan mengenal bahasa Indonesia sedikit sekali. Itu hampir mirip dengan mengajari balita bicara.
Tapi Ivana dan Hanz sangat sabar mengajari Allan hingga Allan fasih berbahasa Indonesia. Itu perjuangan yang luar biasa. Meskipun sudah fasih, tapi dialek kanton Allan tidak bisa dihilangkan.
Di SMP Duta Bangsa, mereka mengambil kelas yang sama. Yaitu kelas akselerasi selama 2 tahun. Hanya orang orang yang dianggap jenius saja yang mampu masuk ke sekolah tersebut dengan jalur akselerasi. Ya. SMP Duta Bangsa merupakan salah satu sekolah menengah pertama terbaik di Jakarta.
Dan Allan tidak masuk kesana karena uang. Melainkan dengan beasiswa.
Keluarga Allan kaya?
Ya.
Tapi dia tidak memilih untuk menggunakan kekayaan keluarganya untuk bersenang senang dan masuk ke sekolah itu dengan menggunakan uang. Dia murni menggunakan akalnya untuk bisa masuk dan mendapat beasiswa.
Banyak siswa yang membully Allan. Dari mulai menyiram dengan air bekas pel, mengunci Allan di toilet, memberi sampah di loker milik Allan, mencuri dan merobek buku catatan Allan dan masih banyak lagi.
Walaupun begitu, Allan tidak pernah melawan. Seolah olah ia memang lemah. Jika ia mau melawan tentu saja bisa. Tapi meladeni orang bodoh hanya akan membuatmu menjadi sama bodohnya dengan mereka. Allan hanya ingin secepatnya lulus dan pindah ke sekolah menengah atas yang lebih baik.
Bully terhadap Allan cukup berkurang ketika Ivana dan Hanz mulai membantai siapapun yang mengganggu Allan.
ooo
Allan tergolong cukup pendek diantara teman seusianya. Ivana saja setinggi 158 cm saat kelas VII, sedangkan Allan hanya 155 cm, Hanz yang tertinggi diantara mereka yaitu 160 cm.
Soal tinggi badan, Ivana sering mengejek Allan karena dirinya lebih tinggi. Allan hanya cuek dan tidak begitu menanggapi.
Mereka bertiga sering pulang sekolah bersama. Namun berbeda dengan Ivana dan Hanz yang selalu dijemput mobil mewah, Allan lebih memilih untuk naik bus ke rumahnya.
Keluarga Allan kaya?
Ya memang kaya.
Namun Allan tidak ingin kekayaan ayahnya membuatnya manja. Karena saat ini, Allan hanya hidup bersama ayahnya. Dan dia tak ingin ambil resiko jika suatu saat ayahnya menikah kembali. Allan harus bersiap siap angkat kaki jika dia memiliki ibu tiri yang jahat.
Belakangan ia selalu memikirkan adiknya, Axelle. Dan adiknya tidak bisa di hubungi sejak sebulan yang lalu.
"Kau dimana Axelle?"tanya Allan dalam hati.
Saat menundukkan kepala, tiba tiba ponselnya bergetar menunjukkan panggilan masuk. Dan itu dari Axelle.
"Ge, jemput aku di bandara Soe-Ta sekarang."
Belum sempat menjawab namun telepon sudah dimatikan sepihak oleh Axelle.
"Bandara katanya?! Demi Tuhan, berangkat bersama siapa?! dia bahkan masih berusia 8 tahun."teriak Allan frustasi.
Allan membawa hp nya lalu segera pergi ke bandara.
TBC
Jika ada typo tolong dikoment ya , terimakasih. Untuk part depan saya usahakan 1k+ word, sankyu
KAMU SEDANG MEMBACA
Sternschnuppe
Teen FictionAllan Einhard hanyalah salah satu dari ketidakadilan dunia di masa tersulitnya. Ivana Ehren juga salah satu bentuk ketidakadilan dunia di masa kejayaannya. Mereka punya penderitaan yang berbeda, namun ada satu kesamaan diantara mereka. Kesepian. ...