Sick Day [IND]

2.1K 29 5
                                    

Michael terbangun karena dia tidak merasakan adanya kehangatan di dalam tidurnya. Suasana masih cukup gelap, kemungkinan ini masih sekitar jam empat atau jam lima pagi, cahaya matahari belum muncul menembus tirai jendelanya yang tertutup. Dia bergerak mengubah posisinya hingga setengah duduk, punggungnya bersandar ke kepala ranjang, sementara tangannya mengucek sebelah matanya sebelum dia menguap lebar-lebar.

Dia menoleh ke samping dan menyipitkan mata, mencoba menyesuaikan penglihatan dengan keadaan kamar yang gulita. Keningnya pun mengerut begitu dia tidak mendapati suaminya di atas ranjang. Ke mana gerangan perginya Ennard?

"Sayang?" Michael memanggil pelan, dia penuh kebingungan. Ennard memang selalu bangun pagi, tapi tidak sepagi ini. "Ennard?"

Michael menyibak selimut dari ranjang hingga kain tebal itu jatuh ke lantai; Ennard memang tidak sedang bersamanya. Michael menelengkan kepala, melompat untuk berdiri dan meraih jaket abu-abunya yang tergeletak di sofa dekat ranjang, memakainya dengan cepat sebelum melangkah keluar dari kamar. Dia menaikkan resleting jaket hingga batasnya, hawa menusuk tulang di musim dingin sangat mengganggunya di pagi hari.

Matanya mengerling ke luar jendela sebentar hanya untuk mendapati awan hitam menguasai langit, bisa dipastikan seharian ini nanti pasti mendung. Beberapa lampu di dalam rumahnya pun dinyalakan untuk mengurangi kegelapan. Michael terus melangkah menuju dapur, hal pertama yang dia pikirkan—mungkin Ennard lapar, atau minum soda pagi-pagi. Ennard cukup sering melakukannya. Ketika dia telah sampai di sana, telah ada sesosok pria.

"Michael, kau bisa membangunkan adik-adikmu jika berlari seperti tadi. Ada apa?"

"Papa," Michael berujar kaget—sebenarnya tidak terlalu terkejut lantaran dia tahu selalu Vincent yang bangun lebih awal dari mereka semua. Michael mendekati ayah tirinya yang menaikkan sebelah alis bingung sembari mengelap piring yang basah. "Apa kau melihat Ennard?"

Vincent menelengkan kepalanya. "Tidak, kenapa?" dia balik bertanya, tangannya menyisingkan lengan baju yang sempat turun hingga ke siku agar tidak basah oleh air keran yang dia nyalakan guna membilas piring lain. "Apa dia tidak ada di kamar?"

Sebagai jawaban dari pertanyaan Vincent, Michael mengangguk. Dia mengusap tengkuk lehernya dengan pelan, merasa cemas. "Apa Papa benar-benar tak melihatnya?"

"Aku telah bangun sejak tadi." Vincent menggeleng dan menatap Michael dengan tatapan bersalah karena tak bisa membantu, tak lama kemudian dia seolah teringat sesuatu. "Kau bisa mengecek kamar mandi, aku dengar pintunya dibuka tadi," dia berujar.

Seakan-akan ada semangat yang langsung timbul dalam diri Michael, si sulung Afton itu segera berterima kasih dan minggat dari dapur menuju kamar mandi, kali ini tidak berlari. Michael berandai apa yang Ennard lakukan di kamar mandi pagi-pagi begini. Setelah dia telah berada dekat dengan kamar mandi, dia melihat lampunya menyala dari dalam—jadi memang ada orang di dalamnya. Michael mendekat dengan pelan, tidak ada suara sama sekali di langkah kakinya, lalu dia berdiri di depan pintu.

Dia diam di sana selama beberapa menit, dia sadar bisa saja dirinya dapat mengagetkan siapa pun itu di dalam kamar mandi sekarang jika pintunya dibuka. Namun, tidak ada tanda-tanda akan ada yang keluar. Michael cukup yakin mendengar suara di dalam kamar mandi, juga air yang mengucur. Pikirannya mulai membayangkan skenario-skenario aneh.

Michael memegang gagang pintu kamar mandi erat-erat, lalu membukanya dengan cepat.

Mereka berdua sama-sama terkesiap. Michael mengerjap kaget menemukan pria yang dia cari memang ada di sini, sedang di tengah perjalanan untuk menutup penutup toilet duduk dengan tangannya yang lain menyeka mulut. Lalu si pirang itu membuang napas dan akhirnya menyiram toilet setelah menekan tombolnya.

Anniversary [EnnChael]Where stories live. Discover now