Air dengan deras berjatuhan membasahi lantai kapal, gelombang laut menggoyangkan tubuh kapal dan kilatan petir yang memimpin suara teriakan awak kapal. Malam itu, kapal pengekspor barang antar negara mengalami kekacauan yang cukup parah. Badai menyerang selama 3 jam lamanya, beruntungnya kapal pengekspor tersebut sampai ke negara tujuan dengan selamat tanpa ada satu pun barang yang hilang, berterima kasihlah pada kapten mereka, Kendra.
Kendra, laki laki berumur 27 tahun tersebut terkenal gigih akan kehebatannya dalam mengatasi perihal kelautan. Dirinya bukanlah kapten pada umumnya, dia tidak seenaknya hanya menyuruh nyuruh anak buah kapal sebaliknya dia membantu 90% dari kegiatan diatas kapal terutama dalam mengendalikan kemudi.
Diusia yang cukup muda, dia berhasil melakukan ekspor lebih dari 100 kali dengan lancar di berbagai penjuru negara. Pemuda itu memiliki tinggi 176 cm, berkulit putih dan rambut hitamnya yang bermodelan comma hair, serta mata sipitnya yang merupakan keturunan dari neneknya, walaupun matanya terlihat seperti orang Tionghoa, dirinya merupakan tulen Indonesia-Jawa. Dia lebih cocok menjadi idol daripada kapten, bual tiap wanita yang melihatnya.
"Terimakasih atas bantuanmu, kapten"
"Jangan sebut aku dengan kapten, kejam sekali kau lupa dengan namaku"
"Haha kau tidak banyak berubah, Kendra. Tetap saja merendah"
"Benarkah?" sambil tersenyum tipis.
"Kau juga tidak banyak berubah, Galen"Galen tersenyum, laki-laki muda berumur dua tahun lebih tua daripada Kendra, memiliki rambut coklat bermodel curly curtain dan tinggi 179 cm. Dia adalah teman kecil Kendra. Mereka berpisah selama 3 tahun dikarenakan pekerjaan masing-masing, Kendra yang sibuk mengekspor barang dan Galen yang sibuk dengan dokumen dokumennya, dan ajaibnya pertemuan mereka juga secara tidak sengaja karena pekerjaan masing-masing, kantor perusahaan Galen membutuhkan barang eskpor yang mengharuskan Kendra mengantar barang tersebut.
"Heh, Galen. Aku tidak ingin kau dipenjara karena menembak orang dengan barang yang perusahaanmu butuhkan ini"
"Hei, kau mengintip barang barang kami?"
"Jangan salahkan aku, salahkan saja badai yang mengharuskanku mengecek satu per satu barang yang kapalku bawa, aku tidak ingin reputasiku turun hanya karena satu barang yang hanyut ditelan oleh laut"
Galen mengangguk paham, badai memang menyerang kurang lebih 3 jam. Ia pikir ekspor barangnya akan delay ternyata tetap sampai tepat waktu, ya dia tidak terkejut lagi karena bawasannya temannya lah yang memimpin jalannya ekspor kali ini.
"Jika boleh tanya, untuk apa semua pistol ini? Kalian ingin mendeklarasikan perang?"
Galen menjitak kepala Kendra, seenak jidat memang kalau ngomong. "Ngawur"
Yang dijitak hanya meringis tidak bersalah."Untuk menjawab pertanyaanmu, aku sebenarnya juga kurang tahu, tapi kurasa akan ada sebuah konflik besar yang akan melibatkan perusahaanku. Kau tau sekelompok orang yang menggunakan Narkoba untuk mendapatkan keuntungan?"
Aku mengangguk, tentu saja. Hampir semua orang tahu mengenai kelompok itu, Cons-N namanya.
"Nah kemungkinan besar perusahaanku dan perusahaan lain akan meratakan gang pengedar narkoba terebut, namun mendengar sepengetahuan orang lain mengenai gang tersebut memiliki persenjataan, jadi kami bersiap juga dengan senjata senjata ini"
"Lah bukankah akan lebih baik jika polisi yang menangani hal hal tersebut?"
Galen menggeleng "perusahaan kami, bukan perusahaan biasa dan kau tau Ken? Semua orang, tidak peduli mereka polisi ataupun tentara, suatu saat mereka pasti akan menghadapi orang-orang pengedar seperti Cons-N, termasuk dirimu"
Aku diam termanggu, apa yang dikatakan Galen ada benarnya dan ntah mengapa aku memiliki firasat buruk.
Galen yang melihat ekspresi temannya yang sedikit berubah menepuk pundaknya, membuat Kendra menatapnya.
"Jangan khawatir, panggil aku jika butuh bantuan"
"Aku bisa memanggil banyak penembak jitu, penembak jarak jauh, atau bahkan-""Oke-oke aku mengerti, asal kau tau ya Galen, aku bukan sembarang eksoportir pada umumnya. Aku juga bisa bertarung, memukul, menendang, dan lain lain"
"Heh, tentu saja aku tau sobat. Kau pikir bertahun tahun bumi ini berputar, siapa yang selalu menemanimu di masa kecil?"
"Aku masih ingat ketika kau memukul habis habisan bocah komplek hanya karena mereka mencuri anak ayammu""Hei! Anak ayam itu berharga!"
"Endingnya juga mati kan, anak ayam berwarna ungu yang mati karena kau tidak sengaja mendudukinya"
"Jangan salahkan aku, salahkan ayam itu yang terlalu kecil"
Kita berdua tertawa mengingat masa masa kecil, masa dimana belum terbebankan oleh pekerjaan. Namun sebenarnya, kami berdua menyukai perkejaan masing-masing, tidak ada rasa "beban" ketika kami mengerjakannya.
Galen, yang sejatinya dari kecil suka pekerjaan kantor dan tipikal orang yang santai tapi kepintarannya melebihiku.
Aku, yang suka semua hal tentang lautan. Apalagi soal mitos mitosnya, tapi bukan itu yang menjadikan alasanku untuk menjadi eksportir. Alasanku adalah aku ingin menjelajahi seluruh laut, dengan mengantarkan barang ke berbagai negara justru sangat membantuku. Bisa membuatku hebat dalam menghadapi badai sekaligus hebat dalam membaca arah mata angin.
Saat Ibuku masih hidup, ibuku selalu bilang
"Namamu akan menuntunmu ke masa depan, Kendra. Percayalah pada Ibu"Saat itu umurku masih 7 tahun, tidak tau apa yang dimaksudkan oleh Ibu-umurku 15 tahun, dimana saat Ibu menghembuskan nafas terakhirnya, dia berkata.
"Kendra, namamu adalah masa depanmu. Jangan bersedih ketika Ibu tidak ada disisi mu, karena Ibu akan selalu mengawasimu, menjagamu, senantiasa menyayangimu, Maaf jika Ibu tidak bisa menemanimu hingga kau dewasa, bisa melihatmu menjadi dewasa yang hebat, namun-."
Ibu dengan lelah mengambil nafasnya, sesak yang dialaminya bisa kurasakan, aku juga merasa sesak, mataku benar-benar perih. Oh ayolah, kenapa harus Ibu yang pergi?. Bukankah cukup 'Ayah' saja yang pergi, pria brengsek itu sudah cukup menghancurkan hidup Ibuku-kehidupanku.
"-Namun Ibu tahu kau akan menjadi anak yang sangat hebat, Ibu bangga memiliki putra sepertimu. Kendra Biantara."
Hancur sudah tangisku, padahal Ibu ku menyuruhku untuk tidak menangisinya, dia tidak ingin mendapati anak laki lakinya menangis dihadapannya dan aku malah menghancurkannya.
"Jangan menangis, berikan Ibu senyumanmu untuk yang terakhir kali"
"Ibu mohon."Senyumnya yang lemah tipis, membuatku sekuat tenaga memberikannya senyuman. Air mata masih saja membasahi pipiku, namun lihatlah, mulutku membentuk pelangi yang terbalik. Aku berhasil memberikan Ibuku senyuman, untuk terakhir kali.
Hening sudah, aku menangis, memeluk tubuh dingin Ibuku. Omku dan Tanteku mencoba menenangkanku, berkata bahwa "Ibumu sudah lebih tenang disana, dia tidak akan lagi merasa sakit"
Dan disinilah aku sekarang, berdiri, hidup berlayar melewati banyak benua. Ibu, kau benar. Namaku adalah jati diriku. Ibu, jika kau melihatku, lihatlah, anak laki lakimu berhasil mewujudkan 'dewasa yang hebat'.
Banggamu kepadaku, aku berjanji..aku tidak akan menyianyiakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAYAR
ActionLayar, pengantaran barang ekspor yang dilakukan oleh pemuda yang bernama Kendra membawanya kesebuah petualangan yang penuh aksi. Mengharuskannya bertarung hidup dan mati diatas lautan. Sebuah konflik yang diakibatkan dari kenaifan bos nya, menyuruh...