Bab ini udah masuk ke masa sekarang ygy.
Happy reading!***
"Katya?" Katya yang nyaris tertidur refleks membuka matanya dan menengok ke ambang pintu yang menampakkan Edgar berdiri di sana.
"Masuk."
"Eh, gue ganggu ya?" tanyanya sambil menghampiri Katya.
"Enggak kok." Katya membenarkan posisi tubuhnya menjadi terduduk di atas brankar.
"Tadi mau tidur bukan?"
"Hampir."
"Yaudah lanjut tidur, Kat."
"Udah gak ngantuk lagi."
"Tadi gue ketemu bokap lo, dia udah titipin lo ke gue katanya dia ada urusan penting."
"Emang papa aku kenal kamu?"
"Enggak, dia denger gue nanyain dimana ruangan lo ke tempat informasi, terus gue langsung di kasih kunci mobil karena sore ini lo bisa pulang," ujar Edgar sembari menunjukkan kunci mobil papanya pada Katya.
"Masa sih? Kok papa aku percaya gitu aja ke kamu?"
"Kunci motor gue aja di bokap lo."
Katya mengerutkan keningnya sejenak, "Papa aku mau kemana?"
"Kurang tau, dia gak bilang apapun ke gue."
***
Hari sudah berganti malam, Katya sudah diizinkan pulang ke rumah sejak sore tadi, namun sang papa saat ini belum pulang, sedari tadi ia ditemani Edgar yang terus menjaganya.
"Kamu pulang aja deh Gar, udah malem juga kamu perlu istirahat," katanya yang sudah berdiri dari sofa berniat pergi ke kamarnya, tubuhnya masih memerlukan penopang karena kakinya belum sembuh total.
"Gue gak papa, lo yang perlu istirahat Kat." Edgar langsung membantu Katya berjalan menaiki anak tangga.
"Nanti gue nungguin lo di bawah sampai papa lo pulang."
"Makasih banyak, Edgar."
***
Hari ini kembali normal lagi bagi Katya, ia kembali sekolah walaupun masih menggunakan kruk untuk menopang tubuhnya, hal yang pertama dilihat saat sampai di sekolah adalah kedatangan Edgar dan Luna dengan satu motor. Tadinya Katya akan memberikan kotak makannya pada Edgar sebagai ucapan terima kasih karena rela pulang malam demi menjaganya, namun ia rasa tak perlu melakukan itu entah apa alasannya ia cepat mengurungkan niatnya itu.
"Lo tiga hari ini kemana aja?" tiba-tiba sebuah suara mengejutkannya dari belakang Katya.
Ia menghela napasnya setelah tahu siapa sosok yang kini membantunya berjalan, "Gak perlu nanya, kamu pasti tahu."
"Gue gak tahu sama sekali, Kat." jawab Auriga.
"Kamu suka ngikutin aku." sindirnya.
"Iya itu dulu dan alasannya karena khawatir, sekarang gue sibuk ngelatih anak-anak futsal."
"Kalau Bu Anne tahu pasti di marahin."
"Makannya gue diem-diem."
"Nakal."
"Jadi selama tiga hari lo kemana aja?" tanya Auriga sekali lagi.
"Pemulihan kondisi kaki aku." alibinya.
Sesampainya dikelas, Edgar yang lebih dulu ada di sana melihat keduanya dekat agak aneh, lantaran Katya sering mengeluh tentang Auriga padanya.
"Ponsel lo mana?" Auriga mengulurkan tangannya setelah Katya duduk di kursinya.
Auriga mengetikkan sesuatu di sana.
"Kalau Edgar sibuk lo bisa hubungi gue, apapun itu gue bakal lakuin buat lo."
Katya mengangguk yakin, ia telah sepenuhnya percaya bahwa sosok Auriga adalah teman dekatnya saat ia sebelum kehilangan ingatannya.
"Ga?"
Auriga mengalihkan pandangannya ke arah samping, Edgar yang kini menghampiri mereka, "Kenapa lo mau lakuin itu buat Katya?" tanyanya terkesan tidak suka mengingat dulu Auriga seperti penguntit bagi Katya yang membuat kenyamanan gadis itu terganggu.
"Bukan urusan lo juga kan, Gar?" tanpa terduga, hubungan Edgar dan Auriga yang semula tak pernah berinteraksi lalu terjadi kecanggungan hingga sekarang saling tidak menyukai satu sama lain.
"Jelas itu urusan gue juga!"
"Apa hubungannya?"
Pertanyaan Auriga membuat Edgar bungkam, entah apa yang akan ia jawab, hanya tatapan tajam yg di berikan pada Auriga.
"Ga, mendingan sekarang kamu ke tempat kamu." saran Katya yang menyadari suasana tidak beres.
Auriga hanya mengangguk menurutinya, sedangkan Edgar masih ada di dekatnya, saat ia akan berbicara pada Katya, gadis itu langsung membuang muka, ia masih kesal pada Edgar dan cemburu?
Entahlah.
Edgar menghela napasnya pasrah melihat Katya yang tiba-tiba kesal padanya, "Yaudah nanti istirahat kita ngobrol ya?" kata Edgar pada akhirnya sambil mengusap puncak kepalanya sebelum ia pergi ke tempatnya di belakang.
***
Siang ini, katanya Edgar ingin membicarakan sesuatu namun cowok itu lagi-lagi sedang bersama Luna di depan kelasnya, ia mengurungkan niatnya menemui Edgar dan hendak kembali ke dalam kelas, namun Luna terlebih dulu menangkap sosoknya di ambang pintu 12 IPA 1.
"Katya?" panggil Luna, tapi pemilik nama itu dia tanpa menyahut apapun katakanlah Katya egois mengklaim bahwa Edgar hanya boleh perhatian penuh padanya.
Terlihat Edgar berpamitan pada Luna dan kini melangkah menghampiri Katya yang masih membeku di tempat.
"Ini tentang Auriga, gue mau denger penjelasan dari lo."
"Gak ada yang perlu di jelasin, sejauh ini Auriga gak ganggu aku."
"Tumben banget lo cepet percaya sama orang?"
"Iya aku tahu."
"Terus?"
"Gak ada terus terus! Udah deh Gar, aku capek mau ke kelas."
"Gue bantu ya?"
"Gak usah!"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
MAGIC VIOLET ☑️
Teen FictionMagic Violet (Fan fiction x Fantasi) ~•~ Katya hilang ingatan, ia hanya ingat dua tahun yang lalu, sejak lahir hingga 15 tahun entah bagaimana hidupnya dulu. Ada sesuatu yang menarik dalam dirinya, di SMA Cendrawana Katya menjadi sorotan karena mem...