01. Hold It In

10 4 4
                                    

Dia kembali tanpa sebuah kenangan.

Tanpa ada namaku di dalamnya, takdir telah menghapus namaku dari kisahnya, tetapi mengapa aku masih berharap adanya perubahan takdir ini?

Saling berbagi perasaan seperti dulu lagi tampaknya adalah sebuah kemustahilan yang selalu aku harapkan, aku tahu harapan ini sangat menyakitkan.

Tapi aku masih rindu keberadaanmu di dalam hidupku.

Jika puncak tertinggi mencintai adalah melepaskan, maka aku akan melakukannya.

Aku tahu itu sangatlah sulit. tapi akan aku usahakan untuk melupakanmu dari ingatanku.
seperti mu terhadap ku di ingatanmu.

lihat, dia kini sedang tersenyum,
senyum hangat yang dulu pernah membiarkanku tenggelam di dalamnya.

Tapi kini tidak lagi, senyum itu bukan untukku, 'senyum itu bukan untukku!' aku menyadarkan isi kepalaku yang berulang kali sedang rancau.

Senyum yang begitu nyaman kupandangi itu kini justru menumbuhkan lara yang tidak ada hentinya, tidak akan ada senyum hangat yang ia perlihatkan khusus untukku lagi.

Seperti kala itu.

Senyuman itu berganti dengan rasa benci saat setiap kali ia melihatku.

Terjebak dalam situasi seperti ini sangat menyesakkan. Tidak masalah jika dia tidak mengingatku, tapi haruskah sikapnya berubah seperti ini, sikap yang berlawanan dengannya yang dulu.

Seolah-olah aku tidak pernah singgah di dalam ingatannya.

Seseorang tiba-tiba menggebrak meja yang sedang kujadikan senderan kepala tanpa hati nurani.

"Salin tugas lo di buku gua, sekarang" ujarnya dengan tatapan bengis.

Kepalaku yang tadinya masih menempel nyaman di meja kini terangkat, disertai dengan denyutan ringan yang memenuhi isi kepalaku, tidak hanya itu jantungku pun kini ikut bendegup kencang hingga menimbulkan rasa nyeri di sekelilingnya.

(Tau lah ya di kagetin tu sakitnya kek apa😭, sakit batin iya sakit fisik apalagi.)

Ku mendapati sebuah wajah tanpa ekspresi, membenamkan tatapan benci tanpa hati. Tatapan yang dulunya hangat itu kini telah lenyap, direnggut oleh waktu yang mengabaikan aku di dalamnya.

Menyayat.

Tapi itu bukan kemauannya, waktu yang tidak mau aku bersamnya, tapi tidak masalah jika tidak ada aku di ingatanmu, masih ada tulisan ku yang tergores dalam buku pelajaran milikmu. Lihat, dia sendiri yang memintaku untuk mengisinya. Berarti masih ada semburat aku di dalam hidupmu.

Simpulku miris.

(Siapa nih yg pernah ngegores buku pelajaran milik doi dengan tulisan indah kalian?)

Ia masih mengamatiku, menungguku agar benar-benar tersadar usai tidur tadi. Aku menyadari hal itu lalu aku tersenyum 'iya', bebarengan dengan anggukan kecil yang masih menahan rasa ngilu di kepala akibat ulahnya beberapa detik lalu.  

Tanpa kata-kata ia melenggang pergi menuju tempat duduknya, ku amati punggung yang kian jauh dan semakin menjauh untuk dapat ku raih. Kembali.

lihat...

Takdir kini mempertemukan kita lagi setelah ia mengambil ingatanmu tentangku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 01, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LamunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang