Katanya ini awal yang baru

61 5 0
                                    

Aranda menatap kembali kamar tidurnya yang selama 3 taun ini ia tinggali. Menghela nafas sekali lagi sebelum ia menutup pintu kamarnya dan menenteng tas ransel sebagai tas terkhir yang akan dia bawa bersama dengan koper berisi beberapa pakaian untuk tinggal di kota baru sebagai mahasiswa. Sebenarnya pandemi belum benar-benar usai, karena sampai saat ini angka positif covid masih cukup tinggi walau grafiknya sudah mulai menurun. Tapi keputusannya untuk segera berangkat ke Surabaya sudah bulat walau sebenarnya kampusnya masih menjalankan kuliah secara daring.

"De, udah dikunci pintunya?" Wanita yang sudah lebih dari setengah abad dengan rambut yang sudah memutih sebagian itu bertanya pada Aranda yang sedang menuruni tangga menuju ruang tamu.

"Udah bun, ini kuncinya Ada yang bawa atau taro di bunda aja" Tanya Aranda pada wanita yang kini sedang dibalut daster selutut dengan motif bunga besar dengan beberapa bagiannya sudah robek, katanya daster yang sudah robek-robek itu lebih nyaman digunakan.

"Kamu bawa aja, tapi kunci serepnya biar bunda yang pegang"

Aranda menatap dapur sejenak sebelum melanjutkan langkahnya dan duduk di kursi dengan makan panjang yang cukup untuk 8 oramg. Posisi tangga memang berada disebelah dapur, jadi sesaat setelah menuruni tangga maka akan langsung berhadapan dengan dapur. Duduk sambil mentap Kinasih—wanita yang Aranda panggil bunda itu dengan tatapan sendu. Bundanya kini sedang sibuk menyiapkan makan yang rencananya akan ia bawa untuk dimakan di kereta. Bola mata Aranda terus mengikuti kemana tubuh bundanya bergerak, salah satu yang menahan serta menjadi bahan pertimbangannya ketika memutuskan untuk kuliah jauh di luar kota bahkan harus melewati 2 provinsi adalah bundanya. Masih berat hati Aranda sebenarnya meninggalkan bunda sendiri di rumah sebab selama 20 tahun hidupnya ia selalu ditemani dan tidak pernah jauh dari Kinasih. Begitupun dengan Kinasih, sebenarnya sampai saat ini ia masih setengah hati melepas Aranda kuliah, sebab ia tahu betul anak bungsunya itu tidak pernah mondok dan bahkan untuk menyentuh dapur saja bisa di hitung jari, satu-satunya pekerjaan rumah yang anaknya kuasai adalah beres-beres rumah. Tapi melihat kegigihan serta kesadaran bahwa memang cepat atau lambat ia memang harus melepas Aranda jauh darinya.

"Ini ada buah apel sama anggur buat cemilan nanti di kereta pas malem-malem, terus ini ayam,sambel, sama nasi bunda pisah, ini kamu makan pas pagi-pagi kalo udah sampe Surabaya, terus ini minumnya mau make botol atau beli kemasan aja?" Kinasih menjelaskan seraya menyusun beberapa makanan kedalam totebag untuk Aranda bawa.

"Beli air kemasan aja nanti di minimarket biar kalo abis ga ribet bawa-bawa tempat" Ucap Aranda, tangannya terulur memeluk Kinasih dan menempelkan kepalanya di perut yang agak sedikit buncit. Sebenarnya Aranda bukan anak yang manja dan menyukai skin touch, tapi berhubung hari ini adalah hari perpisahannya dengan Kinasih maka ia menekan egonya tersebut.

Tangan Kinasih terulur menyentuh puncak kepala Aranda dan mengelusnya, ia masih sulit untuk percaya bahwa anak bungsunya kini sudah menginjak umur 20 tahun, namun dimatanya Aranda masih seperti anak kecil dan tidak bertumbuh.

"Hati-hati disana, jaga diri, inget ibadah, ga usah aneh-aneh, jangan pacaran juga, belajar yang bener dan terus kasih kabar jangan ilang, satu lagi inget makan, makannya yang sehat jangan makan mie terus, atau yang instan-instan apalagi, kamu inget temen kakakmu kena kanker usia muda gara-gara makan ga bener selama ngekos, ka Ilham juga anak  tante Yanti itu kena kelenjar getah bning, leher ya bengkak gara-gara makannya ga bener selama ngekos, ini tub yang bikin bunda masih ga yakin, kenapa sih kamu tuh pilh kulia jauh-jauh banget, orang-orang tuh maunya kuliah ke Bandung, kamu malah mau keluar Bandung, heran!" Kalau sudah mengingat anak bungsunya akan pergi dari rumah rasanya Kinasih tidak bisa tidak ngomel panjang lebar mempertanyakan keputusan anaknya, ya apa boleh buat sekarang saja anaknya sudah berada ditingkat 2 tentu ia tidak akan menyuruhnya untuk pindah kampus karena sebelum di kampus yang saat ini saja Aranda sudah berganti kampus, akan lulus di umur berapa kalau sampai ia mengulang kuliahnya dari awal lagi, dan bagaimana dengan biaya yang sudah dikeluarkan pun tidaklah sedikit, jadi untuk saat ini tugas ya adalah berusaha ikhlas dan menerima akan keputusan Aranda.

Ya udah, lagi?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang