Bekas darah bergelimpangan kulihat.
Sehabis melafalkan ayat-ayat.
Di tembok-tembok semua itu melekat.
Tapak perjuangan wanita untuk umat.
Mereka pejuang-pejuang nyata.
Menjaga rahim bertaruh nyawa.
Semua hanya darah yang ada.
Tak kulihat tilas sari bunga.
Setelah itu mereka hanya jadi amuk dari amarah.
Amarah dari darah yang terjarah atau di jarah.
Darah dari benih-benih telur di rahim wanita lemah.
Lemah menanti, lemah membuahi, lemah tak melemah.
Wanita selayaknya kalian seperti mereka pula.
Menjaga rahim demi umat selanjutnya.
Bertaruh nyawa, bertaruh asa.
Seperti siti maryam yang menjaga juga terjaga.
Aku rindu ibunda Nabi Isa.