Bab 1 [patah hati]

97 10 2
                                    

Pada tahun kelima bulan lunar, musim salju.

Salju putih turun dari langit dan perlahan menutupi jalan batu istana.

Menutupi seluruh atap emas menjadi hamparan putih murni.

Di deretan penjaga berbaju hitam, seorang pria muda tengah berdiri di depan gerbang pintu. Dia memakai baju putih murni dan ikat kepala perak, wajahnya begitu sempurna dan cantik di latar belakang salju putih.

Sosoknya begitu transparan di antara tumpukan putih, tetapi dia begitu mencolok di antara para penjaga berbaju hitam.

Dia adalah Yan Li, ketua muda Tianchuang. Orang kedua di organisasi setelah ketua Tianchuang.

Dia berdiri dengan patuh seperti biasanya, menunggu orang itu kembali di luar ruang tahanan.

Dia tahu persis apa yang dilakukan pria itu, dan dia lebih memilih diam di luar saat proses itu berlanjut.

Tangan kanannya dengan terampil memutar gagang pedang, dan mulai bermain dengan pedang hidupnya.

Pedang itu berwarna putih murni dengan panjang tiga kaki, putih murni dalam artian seluruhnya putih bahkan sarung pedang pun berwarna putih. Tetapi yang menarik adalah simbol bunga teratai merah di tengah pegangan pedang, itu seperti tetesan darah di atas hamparan salju putih.

Menatap simbol teratai untuk waktu yang lama, Yan Li selalu merasa tidak nyaman karena simbol ini. Tidak, lebih tepatnya dia takut akan warna merah di atas putih.

Ini seperti saat kau merasa bahwa sesuatu akan terjadi dan ini adalah pertandanya.

"A'Lin."

Suara yang tidak asing memanggil namanya dengan lembut dan berhasil menarik kesadaran Yan Li.

"Kakak."

Orang yang datang adalah seorang pria tampan berjubah hitam, rambutnya diikat menjadi satu oleh mahkota giok hitam. Alisnya seperti pedang dan mata hitamnya seterang bintang. Hidung mancung dan bibir tipis yang pucat, pria itu memiliki wajah tampan dan temperamen yang tenang.

Dia adalah Zhou Zishu, ketua Tianchuang.

Zhou Zishu tersenyum lembut saat melihat Yan Lin,"A'lin, sudah kukatakan. Kau harus memakai pakaian lebih, tidakkah kau merasa kedinginan?"

Yan Lin menggelengkan kepalanya,"aku tidak kedinginan. kakak, kenapa wajahmu pucat?"

Zhou Zishu menurunkan matanya dan tersenyum,"Tidak apa-apa, ayo."

Aula Lichun

Raja jin adalah seorang pria paruh baya yang tampan, duduk diatas kursi emas dan membaca doa hati dengan tasbih, dia duduk dengan postur yang mendominasi,"Kenapa Zishu belum menemuiku? Apakah karena bocah itu yang mengganggunya sehingga lukanya belum sembuh?"

Duan Pengju berlutut dengan satu lutut di tekuk dan menjawab dengan hormat,"Menjawab raja, pejabat pemberontak mengumpulkan pendekar dunia, dan semuanya sangat hebat. Pimpinan lama tak bertarung.... Kali ini pasti melukai tenaga dalam lagi. Dalam beberapa hari ini sedang berobat."

Raja Jin tampak sedikit khawatir,"Sejak dia muntah darah dan pingsan karena kematian Qin Jiuxiao, luka dalamnya sudah berapa lama? sudah satu tahun lebih, kan?"

Duan Pengju menjawab"Benar yang mulia."

"Demi seorang Qin Jiuxiao dia langsung begini, sungguh tak bisa dimaafkan. Aku tidak tahu, bagaimana dia jika bocah itu tiada."

"Yang mulia!"

Duan Pengju tampak ketakutan.

Raja Jin,"Aku tahu."

WORD OF HONOR X MALE READERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang