Remember - Chapter 10

45 1 0
                                    

Cerita ini hanya Fiksi semata

And... here it is...

Terima kasih untuk yang terus mengingatkan untuk update dan untuk yang sudah comment dan berhasil membuat diri ini semangat menulis lagi.

I hope you like it! :o

================================================================================

=Chapter 10=

~Rei POV~

Hari itu..., aku bangun pagi seperti biasa, melakukan kegiatan pagi seperti biasa–olahraga pagi, mandi, sarapan, dan bersiap-siap berangkat sekolah, dan aku sendiri tidak merasa ada yang salah dengan apa yang kulakukan.... Akan tetapi, hari itu aku bisa merasakan ada yang aneh dengan... dengan segalanya. Aku tidak tahu bagaimana aku harus menjelaskannya, aku hanya merasa aneh. Aku bahkan tidak tahu, apa penyebab itu terjadi.

Entah mengapa, semuanya berubah... dalam satu hari. Atau sebenarnya perubahan itu sendiri sudah dimulai tanpa aku sadari?

~Author POV~

Tangan Rei dengan gesit mengatur rambutnya yang terlihat sedikit berantakan ketika dia melewati kaca kiseki yang sedang dalam mode reflection, tepat sebelum pintu keluar kamar apartemennya. Awalnya, dia cuma berusaha merapihkan rambutnya, pada akhirnya dia malah mengecek kembali penampilannya–dari seragam, aksesoris yang dia gunakan, sampai kacamatanya yang sedikit kotor– dan barang bawaannya, memastikan semuanya sudah perfect pada tempatnya.

"Hmm~ Okay! Ini cukup rasanya...," gumamnya sambil mengebelakangkan kepangannya yang tebal sambil mengecek ke jam tangan hitamnya yang baru saja dia keluarkan dari kardus yang berisi aksesoris serupa.

 "Huee... udah jam segini aja...," gumamnya lagi setelah melihat jamnya.

"Hmm... kalo jam segini... sekolah udah ramai..., kayaknya."

"Apa berangkatnya nanti saja ya?"

"Ah ayolah, Rei. Berangkat sekarang!"

Rei berbicara ke dirinya sendiri, berusaha membuat dirinya untuk tidak malas berangkat–hanya karena sudah melewati waktu biasanya dia berangkat–dan tidak mengulur-ulur waktu keberangkatan. Sekali lagi dia melihat ke bayangannya di cermin. Penampilannya sudah rapih sekarang dan dia tahu tidak ada hal mendesak yang harus dia kerjakan sehingga akan membuat dia telat berangkat. Pelan, Rei menarik nafas panjang dan menghembuskannya lagi.

"... Sekolah udah cukup ramai sekarang...."

"Woff! Wof wof!" Gade (Untuk yang lupa: gade adalah robot anjing yang diberikan oleh ibunya Rei di chapter 3) menggonggong seolah berkata: "Master! Ada apa?".

Rei tersenyum kecil dan berjalan mendekati Gade dan mengelus kepalanya pelan. Dingin, tentu saja, dia bukan anjing sungguhan. 'Aku merasa seperti baru diingatkan olehnya...,' pikir Rei sambil menatap Gade sebentar. Setelah lima menit berlalu, Rei berdiri dan bergerak menuju pintu keluar kamarnya, diikuti oleh gade yang seolah adalah penjaganya.

"Sampai nanti, Gade," ucap Rei kepadanya sambil keluar dan menutup pintu tepat ketika terdengar balasan gonggongan dari Gade.

Rei keluar dari gedung apartementnya dan menatap ke langit yang masih berwarna biru pucat dengan sinar matahari yang masih bersinar lemah di antara awan-awan yan berarak-arak di atas sana. Dirinya tersenyum kecil tanpa disadarinya, karena melihat suasana pagi yang begitu cerah dan indah. 'Aku harap hari ini akan berjalan indah juga layaknya suasana pagi ini,' harap Rei dalam hati, masih sambil menatap ke atas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 18, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RememberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang