Who Knows?

843 69 22
                                    

M & W Restaurant.

Restoran dengan gedung tiga lantai itu tak biasanya sepi. Biasanya pada jam delapan malam, tempat makan elegan itu telah ramai dipenuhi pengunjung kalangan kelas atas. Kali ini berbeda, seluruh staff dan karyawan tengah bersiap menyambut tamu paling penting, Albert Louis--siapa tak kenal dengan pria kepala empat itu? Kritikus makanan paling berpengaruh dalam dunia kuliner.

Tepat pada jam sembilan, sebuah mobil mewah berhenti di depan gedung restoran. Jajaran staff dan pegawai berjejer rapi di depan pintu masuk menyambut Albert yang baru keluar dari dalam mobil tersebut. Termasuk pula di sana sang pemilik restoran, James William yang berada pada barisan terdepan.

James langsung menyapa Albert sopan. Usai berbasa-basi sejenak, pria berambut pirang itu menuntun Albert masuk hingga menemaninya duduk di sebuah meja bundar dengan dua kursi yang didesain elegan. Benar-benar sambutan yang sesuai dengan rating bintang lima yang diperoleh restoran ini.

"Kami memiliki menu dengan daging sebagai olahan utamanya." jelas James. Albert hanya mengangguk kecil. Satu per satu hidangan disajikan di hadapan Albert, sementara pria itu mencicipi sedikit kemudian menuliskan sesuatu dalam notes kecil yang dibawanya. Sudut bibir James naik sedikit. Jelas dari raut wajah Albert bahwa pria itu menikmati hidangannya. Hingga dessert terakhir selesai dicicipi, Albert tak henti-hentinya tersenyum.

Usai menulis kalimat penutup 'restoran terbaik sepanjang sejarah kuliner' pada bagian bawah note-nya, Albert bangkit menyalami James. "Anda memiliki bisnis yang luar biasa."

"Terima kasih Tuan Albert."

Itu percakapan terakhir mereka malam itu. James mengantar Albert hingga mobilnya melaju meninggalkan restoran. Tiba-tiba seseorang menghampiri James dengan raut wajah cemas, "Maaf mengganggu anda, Pak. Tapi ada masalah dengan gudang."

Wajah James mengeras. Ia berjalan tergesa-gesa memasuki gedung, kemudian menaiki lift menuju lantai tiga diiringi asistennya. Begitu pintu lift terbuka, tampaklah sebuah lorong berujung pada sebuah pintu yang terbuat dari besi kokoh.

"Aku tahu ini akan terjadi. Cepat kau buka pintunya." suruh James pada asistennya. Pria di sebelah James menurut. Hati-hati ia memutar roda yang tertancap pada dinding di samping pintu. Terdengar bunyi 'klik' yang pelan. Berbarengan dengan itu, James menarik gagang pintu hingga terbuka lebar.

Bau anyir yang khas tercium dalam ruangan gelap itu. Berbeda dengan asistennya, James tak tampak terganggu sama sekali. Ia meraih senter yang dijulurkan asistennya dan menyorotkan ke dalam.

James menelan ludah susah payah ketika cahaya senter tersorot pada setumpuk manusia di lantai. Ada yang wanita, ada juga laki-laki. Tertidur dalam genangan darah. Bahkan ada yang menatap ke arahnya dengan mata terbelalak dan mulut terbuka seolah merasakan sakit yang sangat.

Mayat.

"Ada koki yang mendengar suara tangis. Salah satu dari mereka masih hidup." jelas asistennya dengan satu tangan menutupi hidung. Aroma bangkai mulai tercium kuat.

Mata James nyalang memperhatikan satu per satu mayat di lantai. Namun tak ada yang terlihat masih menghembuskan napas. Semuanya mati. Dalam keadaan menggenaskan.

"Cepat kau panggil koki." James berbalik menghadap asistennya yang langsung mengeluarkan ponsel untuk menghubungi koki. James tersenyum keji, "Kita harus memasak mereka sekarang juga. Sebelum berubah menjadi bangkai seutuhnya."

"Satu lagi. Hubungi Mr John. Katakan padanya kita membutuhkan pemasokan daging dari Yerussalem. Kalau perlu daging anak-anak yang masih segar." tambah James seraya mengeluarkan rokok dan menyalakannya. Kepulan asap keluar dari mulutnya, membumbung ke udara. Pria itu termenung mendengar percakapan asistennya dengan pria bernama John itu--seorang pembunuh bangsa Yahudi yang tak pandang bulu. Sedetik kemudian ia terkekeh.

"M & W Restaurant. Selalu dipenuhi pengunjung kelas atas, para manusia penggunjing. Siapa sangka mereka telah memakan daging manusia selama ini?"

(Janganlah kalian menggunjingkan satu sama lain. Apakah salah seorang dari kalian suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kalian merasa jijik kepadanya.)

------------------
Hanya sebuah flash fiction yang pernah kupublish di forum PNPC. Jangan kaget karena ini pertama kalinya bikin genre mystery. Semoga terpetik hikmahnya^^

Who Knows?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang