00. Manusia Angka

10 2 0
                                    

Dor!

Satu tembakan mendarat tepat pada kepala target robotik. Bekas peluru di kepala membuat gerakannya yang semula cepat berhenti, ambruk dan terkapar seperti orang mati. Usai menyelesaikan target ke sepuluh, cepat-cepat kukeluarkan magazine dan mengisi ulang dengan yang baru.

Langkah kembali kuambil begitu pistol penuh. Kupicingkan mata dan luruskan tangan pada target, kemudian menarik pelatuk.

Meleset. Hanya terkena bahu.

Ketika kembali mengarahkan dan mengulang latihan, terdengar panggilan yang membuatku segera berhenti. Sosok lelaki muda yang namanya kulupakan meski telah bergabung dalam pasukan sejak dua tahun lalu. Aku hanya mengingat kodenya, 053.

"Pimpinan memanggil," lapornya.

Glock langsung kusimpan pada kantong celana sebelum berjalan mendahului 053 menuju ke kantor pimpinan tanpa perlu mempertanyakan. Dengan mengambil langkah kaki cukup lebar dan cepat, tak perlu waktu lama untuk sampai di ruang pimpinan. Tak perlu basa-basi pula, pintu langsung kubuka dan memasuki ruang pimpinan guna menghadapnya.

Sang pimpinan berada di depan. Matanya yang berwarna hitam lekat dibungkus ketajaman tanpa rasa menusuk pandangan. Sambutan dingin seperti biasa. Tanpa berbalut satupun perasaan-aturan tak tertulis bagi tiap agen.

"Jadi," pandangan tajam terbalas olehku, "apa perlu Anda, Tuan Black?"

Tuan Black menanggapi pandanganku tanpa kata. Tangan besar berwarna kecoklatan menuju kehitaman miliknya langsung menyodorkan sebuah dokumen yang terbungkus amplop khaki. Stempel khas berbentuk lingkaran dengan bulan yang bagiannya terpecah dan menyebar dalam lingkaran.

Senter di kantung kiri langsung kuambil sebelum membongkar isi dari amplop di tempat, memamerkan kertas putih tak bertulis. Kertas polos yang begitu tersentuh oleh cahaya senter, deretan huruf tercetak di atasnya. Memberitakan permintaan dari pelanggan setia kami, dengan masalah mereka yang itu-itu saja.

"Jangan meremehkan tugas, 013." Bibir sehitam kulitnya mengepulkan asap dari cerutu yang besar seperti jari-jarinya.

"Saya tak akan pernah meremehkan tugas, Tuan Black." Aku membalas tanpa melepas pandangan pada tuanku. "Ancaman pembunuhan salah satu kasta tertinggi merupakan salah satu yang patut diwaspadai negeri."

Benar. Meskipun penjagaan terhadap ancaman pembunuhan telah menjadi makanan sehari-hari bagi para agen, tetapi hal ini tak dapat dianggap remeh. Berbagai percobaan pembunuhan, apabila satu saja berhasil mungkin akan menimbulkan kegaduhan di penjuru negeri. Terburuk, memulai revolusi yang dapat mengancam kedamaian negeri.

***

Sambutan lautan manusia di sana sudah selayaknya para budak menyambut Tuhan. Meskipun begitu, hal tak lumrah ini merupakan suatu hal yang lumrah. Aku cukup mengerti alasan di balik manusia-manusia itu begitu memuja rajanya bak Tuhan.

Meskipun di sisi lain, terdapat pula golongan-golongan yang ingin melengserkan Tuhan bahkan menginginkan kematiannya. Mereka yang bersembunyi di balik lautan manusia. Sebagian terkadang juga mengintai dari arah lain.

Keberadaan mereka yang acak meski berjumlah minim mengharuskan beberapa agen tersebar di titik-titik berbeda. Beberapa agen telah menyamarkan diri di antara lautan manusia sebagai pengawas dan penangan darurat. Sementara sebagian regu penembak jauh ditempatkan di beberapa area tersembunyi di bawah hingga atas gedung.

Sementara mengawasi dengan bantuan pemindai jarak jauh. Menggerakkan mata awas ke tiap sudut keramaian, hingga yang tak terjamah. Alat komunikasi di telinga pun terus kudengar dengan awas. Suara dari rekan-rekan, suara tiap langkah, suara angin yang berembus, hingga suara yang nyaris tak terdengar.

Seluruh indra menajam tatkala telinga dan mata menangkap pergerakan mencurigakan di bawah sana. Membuatku segera waspada terhadap pergerakan sosok terduga penarget.

"Ikan Teri. Arah pandang timur laut."

Aku terus mengawasi pergerakan terduga penarget yang tampaknya mempersiapkan diri di bawah sana. Sementara Ikan Teri, kelompok yang bergerak di antara lautan manusia, mulai terdengar langkahnya. Langkah mereka terdengar tenang, kemudian berhenti.

Setelah itu, hanya terdengar suara obrolan mereka dengan terduga penarget, sementara indra pendengaranku terus dipertajamkan guna menangkap suara terkecil di tengah kerumunan manusia tak terhingga itu. Suara ketukan minim, seperti sebuah baja dan jemari, membuatku segera menaruh kewaspadaan lebih.

"Kantung kanan," laporku seraya tetap mempertahankan pendengaran di tengah asiknya obrolan mereka.

Sekarang, aku hanya dapat menggantungkan semua kepada mereka guna membuat pembongkaran terlihat alami. Suara mereka semakin terdengar akrab, sementara aku mulai merasakan—mungkin mereka juga telah mendeteksi—sedikit getaran dari terduga penarget. Berkemungkinan besar apabila dia benar-benar merupakan penarget.

Akan tetapi, hal itu tak sesederhana skenario dalam kepala. Meskipun penarget tampaknya terlihat seperti orang yang kurang cerdas. Namun, para agen tak boleh meremehkannya. Satu kesalahan saja, bisa saja akan menimbulkan kerusuhan lebih, bahkan tak hanya satu korban jiwa.

Suara dari terduga penarget sedikit menampakkan kecurigaan dari sekadar pendengaranku. Sulit untuk mendeteksi ekspresi dari jarak yang terlalu jauh. Namun, penolakan dari kata-kata hingga pengalihan topik yang lebih acak membuatku tetap berpegang pada pendapat abstrak itu.

"Terus tekan."

Itu bukan permintaan, tetapi desakan. Acara hampir mencapai puncak. Dengan kata lain, apabila kami berhasil menahan hingga akhir, maka—

"013, target berhasil diamankan." Laporan berbisik itu menandakan praduga kami benar.

"Amankan."

Meskipun satu terduga telah diamankan, tak berarti lingkungan benar-benar telah aman. Sebagai kelompok pengawasan, sisa daripada anggota tetap harus mengawasi, sebab terduga penarget tak mungkin hanya satu orang. Terlebih lagi, jika berhubung dengan orang penting.

"Kelompok Pipit, tetap waspada terhadap pergerakan dalam dan luar kerumunan."

Benar.

Sudah menjadi tugas kami, juga untukku. Untuk menjaga para kasta teratas masyarakat.

Kami, para manusia bernamakan angka.

Kami, para manusia bernamakan angka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

06 Juli 2024

Aku pun tak tahu ini apaan. Penjelasan sambil jalan aja.

 Penjelasan sambil jalan aja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Visualisasi 013 / San Yi

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kaze to MikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang