Sweet You!

📌📌

Hari ini, langit sudah nampak menjingga. Jalanan juga nampak semakin padat. Ada yang buru-buru ingin kembali ke rumah untuk bertemu keluarga, ada yang buru-buru keluar untuk menjumpai sang kekasih, bahkan ada  juga yang sedang menikmati waktu sendirinya.

Entah apa yang dipikirkan oleh seorang gadis cantik bermata empat ini. Selepas bertemu dengan orang tuanya tadi siang, dia kembali ke rumahnya. Mengganti si mini dengan Schoopy cokelat untuk menyusuri jalanan Jakarta di sore hari. Dan berakhirlah ia di sini.

Renata duduk sendiri di depan Alfamart. Ah, tidak sendiri juga. Gadis itu ditemani dengan sebotol minuman dingin dan beberapa makanan ringan, juga seorang lelaki.

Dengan kacamata minusnya, Renata terlihat lincah sekali mengutak-ngatik ponselnya. Membalas satu persatu pesan yang masuk, juga menjelajahi aplikasi burung gendut yang selalu jadi sumber gosip. Mengabaikan lelaki di depannya yang juga terlihat tak peduli dengan apa yang dilakukan oleh Renata.

Mereka terus diselimuti keheningan, sampai akhirnya suara roda dua yang begitu berisik memecah atensi keduanya. Pengendara ducati itu langsung memutar balik motornya, dan berhenti tepat di samping Renata.

Sang gadis tentu sedikit penasaran, ia mendongak sambil memerhatikan wajah lelaki yang baru saja muncul ini. Mengedip-ngedip lucu di balik kacamatanya lalu kembali pada ponselnya.

"Tumben make motor, Van?"

"Macet anjir. Mana terus mobil lo, No?"

Iya, nyatanya lelaki yang duduk menemani keheningan Renata sedari tadi adalah Reno, kekasih Nana. Mobil lelaki itu mogok di dekat sini dan harus di-service. Rumahnya juga masih agak jauh, mau tidak mau ia menghubungi Hervan untuk datang menjemputnya, sekalian ke tempat nongkrong.

"Udah dibawa ke bengkel."

Kalau dalam benak Renata kedua lelaki ini akan segara beranjak dari sana, nyatanya ia salah. Hervan yang baru saja tiba justru turun dari motornya dan duduk di samping Reno, tepat di depan Renata.

Lelaki itu dengan santainya meminum minuman dingin yang masih segel di atas meja tanpa bertanya itu milik siapa.

"Anjir, Van. Itu punya Renata."

Ukhuk ukhuk ukhuk

Hervan tentu saja kaget. Pikirnya Reno sengaja membelikannya minuman sebagai upah telah dijemput. Masih menenangkan dirinya yang tersedak, tiba-tiba Renata mengangkat kepalanya dan menatap Hervan.

"Eh, gapapa. Minum aja kalau mau. Gue masi ada satu ini."

Mungkin sehabis ditegur seperti itu, orang-orang akan merasa malu. Tetapi tidak dengan Hervan. Lelaki itu justru mengambil handsanitizer milik Renata yang tergeletak di atas meja lalu memakainya dan memakan jajanan yang terbuka tanpa mengatakan apa pun.

Reno hanya menatap selidik pada temannya itu. Tidak biasanya seorang Hervan Kusuma bertingkah seperti ini, apalagi fokusnya terus menatap seorang gadis yang hanya menunduk menatap ponselnya.

"Lo aneh deh, Van."

Dahinya mengernyit, "Aneh gimana?"

"Gapapa. Lupain aja. Udah belom, ditungguin nih sama yang lain."

Hervan meneguk minuman yang dibukanya tadi hingga tersisa setengahnya, lalu memberikannya pada Reno.

"Pegangin"

"Hah?"

Reno cengo. Tentu saja. Ini benar-benar bukan Hervan Kusuma.

"Lo budek? Pegangin dulu, gue kan mau nyetir."

Merasa kedua lelaki di depannya ini sangat rusuh, jelas saja itu menarik perhatian Renata. Mengangkat kepalanya lalu menatap keduanya silih berganti.

Hervan acuh. Bahkan mengucapkan terima kasih pun tidak. Dirinya lebih memilih memakai helm dan menaiki ducatinya. Padahal minuman dan makanan yang masuk ke perutnya itu milik Renata.

brum brum brum

"Ren, deluan yah. Lo ke sini make apa tadi?"

Pertanyaan Reno hanya dijawab dengan Renata yang melirik ke arah Schoopy-nya.

"Oke, Reno. Hati-hati yah."

Brum brum brum

Hervan semakin jadi memainkan gas motornya. Nampak seperti kesal dengan Reno yang mendapat kalimat perhatian dari Renata. Bahkan ketika sudah tak berada dalam jarak pandang Renata, Reno rasanya sudah seperti diajak menantang malaikat maut oleh Hervan.

"Aneh banget," gumam Renata.

TEKAN BINTANG UNTUK LANJUT!!!!!!