Bab IV

46 9 1
                                    

Hari ini Hyunjin pulang sedikit larut karena habis bermain di rumah teman. Cuaca sedang sangat dingin, mungkinkan akan turun salju nanti?

Hyunjin memandangi langit malam yang dipenuhi dengan bintang-bintang. Menghembuskan napasnya lelah sambil menggosokkan tangan yang dingin.

Brukk

Ia melihat seseorang di depannya tengah mengambil barang yang berjatuhan. Dengan berbaik hati, Hyunjin bergegas untuk membantu mengambil barang yang tengah berserakan.

"Akan ku bantu" ucapnya yang langsung memungut kertas tersebut.

"Maaf merepotkan" balas orang itu tanpa memalingkan wajah karena masih sibuk mengumpulkan kertas.

Beruntungnya tidak ada genangan air di jalanan, sehingga kertas yang jatuh masih bisa selamat dari kotor dan basah.

Tak terasa tersisa satu kertas lagi, baik keduanya sama-sama hendak mengambil kertas tersebut. Tanpa disengaja, tangan mereka saling bersentuhan dimana tangan Hyunjin yang berada di atas.

"Ah, maafkan aku." Dengan cepat ia menarik tangannya kembali, dan tidak ada rekasi dari orang itu yang hanya fokus merapihkan kertasnya saja.

Setelah selesai, ia langsung mengucapkan terima kasih kepada Hyunjin sambil melihat ke arahnya.

Kali ini pandangan mereka bertatap lama, seolah sedang saling memikat satu sama lain. 'Ah, memangnya kota Seoul bisa menjadi sedingin ini ya?'

"Selamat malam, Hyunjin."

Yang dipanggil namanya masih terdiam. Sebentar? Bukankah orang itu baru saja memanggil namanya? Bagaimana ia bisa mengetahuinya?

"Hey? Are you okay?" Orang itu menepuk pelan sebelah bahu Hyunjin. Memastikan Hyunjin dalam keadaan sadar.

"Uhh, ah iya. Aku okay... sih? Henggg, Tuan...?" Ia terlihat ragu-ragu untuk membalas pertanyaan dari orang yang berada di hadapannya ini.

"It's Chris. Have you forgotten me?"

"Nooo. It's not... like that?"

Buru-buru Hyunjin menjawab dengan panik. Hey, bagaimana bisa ia melupakan pria idamanannya begitu saja?

"Apakah kamu baik-baik saja, Hyun? Tadi saya datang ke cafe untuk mencari kamu. Tapi, kata temanmu, kamu tidak masuk dari kemarin. Kamu lagi sakit kah?" tanya Chris dengan nada yang terdengar khawatir.

Jangan lupakan posisi mereka yang masih berjongkok. Beruntung tidak banyak orang lewat jalan ini, jadi tidak akan ada yang merasa terganggu.

"Ah, iya. Aku izin dua hari dulu untuk fokus pada ujian akhir semesterku. Aku tidak sakit kok... Errr..." perkataannya sedikit terputus sebentar, melirik Chris dengan ragu-ragu.

"Did you ask my name to him too?" lanjutnya dengan suara yang mengecil.

Merasa mengerti, lantas Chris tersenyum lembut. "Iya. Saya menanyakan tentang dirimu. Saya pikir kamu marah kepada saya, karena saat itu saya tidak bisa datang ke cafe hingga beberapa hari ini. Untungnya kamu baik-baik saja."

Baik-baik apanya? Dirinya bahkan hampir gila karena pria di hadapannya ini tiba-tiba menghilang begitu saja tanpa kabar selama hampir seminggu. Ya bukan salah Chris juga, sih... Mereka saja bahkan belum sempat berkenalan dengan benar dan bertukar kontak kok.

"Dari kemarin saya sibuk mengerjakan pekerjaan saya dan sempat terkena demam juga. Karena itu saya baru dapat berkunjung hari ini, tapi malah tidak melihat keberadaanmu." Chris melanjutkan penjeleasannya yang dibalas anggukkan oleh Hyunjin.

"Anyway, it's cold here. What are you doing at this late night?" tanya Chris sambil membantu Hyunjin berdiri.

"Aku baru saja pulang dari rumah teman." Ia hanya membalas singkat, tidak berniat untuk memberi penjelasan lebih.

"I see. Mau berkunjung ke apartemen saya untuk menghangatkan diri, Hyun?" tawar Chris dengan ramah.

"T-tidak usah. Aku akan kembali pulang saja. Lagipula sudah tidak terlalu jauh kok."

Kali ini, Hyunjin menolak tawaran Chris dengan halus. Takut bila pria itu tidak terima akan penolakannya lagi. Lagipula, mana mungkin ia datang ke apartemen orang yang baru saja dikenal, terlebih merupakan kediaman sang pria idamananya.

Ia bahkan belum menyiapkan apa-apa sebelum berkunjung. Bukankah first impression itu harus terlihat bagus? Gini-gini Hyunjin masih memiliki sopan santun ya!

Toh, sudah larut malam juga. Hyunjin hanya ingin cepat pulang dan membaringkan dirinya di atas kasur.

"Baiklah kalau begitu. Lain kali silahkan berkunjung jika ada waktu ya. It's pleasure to meet you, Sugar."

Lagi-lagi, Chris pergi begitu saja tanpa harus menunggu Hyunjin membalas salam perpisahannya. Lalu, Sugar? Ia masih heran mengapa pria itu memanggilnya dengan sebutan itu. Aneh.

that guy; [chanjin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang