Bagian 1 : Pria yang seperti musim semi

6 3 5
                                    

Aku mendengar kuncup bunga terbuka dari mana saja
Musim dimana semua kembali ke hidup
Kamu yang seperti musim semi
Apakah kamu baik-baik saja?
- Reply 1988

Musim gugur 2022

  Hujan mulai turun kala kulangkahkan kakiku keluar dari area kantor menuju halte bus. Pembawa acara di chanel perkiraan cuaca, mengatakan bahwa hari ini langit seratus persen cerah, tapi nyatanya hujan lebat turun begitu jam kerjaku usai.

Aku tak mau menunggu hujan yang entah kapan redanya, jadilah aku nekat untuk menerobos hujan walau tanpa payung. Sekarang, aku tengah duduk menunggui bus, sambil menatap ribuan bulir air yang jatuh dari langit.

Udara dingin serasa menusuk kulit. Kemeja putih yang aku kenakan, tak cukup untuk menghalau dinginnya angin yang dibawa hujan. Aku menggosok-gosokan kedua tanganku, berusaha membuat kehangatan untuk diriku sendiri.

Hari-hari seperti ini membuatku teringat pada suasana musim semi yang cerah dan hangat. Burung-burung berkicauan, kuncup bunga bermekaran, dan matahari bersinar dengan terangnya. Persis seperti musim semi dua belas tahun yang lalu.

Musim semi 2010

Masih segar dingatanku kilatan cahaya musim semi dua belas yang lalu. Saat itu aku baru memasuki tahun keduaku di sekolah menengah pertama.

Kertas pengumuman siswa ditempel di masing-masing kelas. Aku mencari-cari namaku dan ternyata tahun ini aku masuk kelas 2-A. Ku lihat seluruh nama asing yang terpampang di kertas pengumuman tersebut, nama-nama yang akan menjadi temanku untuk setahun kedepan.

Aku menelusuri setiap nama menggunakan jariku, mencari nama yang sekiranya ku kenal, lalu sejurus kemudian aku tersenyum. Tanpa melanjutkan penelusuranku, aku pun langsung masuk ke dalam kelas.

Aku tersenyum menemukan kedua sahabatku, Nam Doosik dan Sung Sohee. Mereka yang melihatku baru saja masuk langsung melemparkan senyuman licik seakan mengejek karena mereka sudah lebih dulu tau kalau kami sekelas lagi tahun ini.

Doosik dan aku sudah menjadi teman sejak masih duduk di bangku sekolah dasar, sedangkan Sohee baru bergabung ketika kami bertiga secara tak terduga masuk kelas yang sama di tahun pertama.

Pertemanan kami tidak pernah menemui konflik barang sekecil kerikil pun, karena kami pengertian terhadap satu sama lain. Itulah yang membuat kami jadi trio yang sangat kompak dibanding trio manapun.

Aku berlari memeluk mereka seakan kami sudah terpisah puluhan tahun. Setelahnya aku duduk di kursi yang sudah Doosik pilihkan untukku.

Sohee bercerita kalau sebelum aku datang tadi, Doosik terus duduk di kursiku karena takut tempatku diambil orang lain. Aku tertawa dan bercanda dengan berterima kasih, karena Doosik telah menghangatkan tempat duduk untukku.

Saat sedang asyik bercanda, tiba-tiba pintu kelas terbuka memperlihatkan sesosok pria tinggi tampan. Kulitnya putih dan senyumnya indah merekah diterpa sinar matahari, menyihir semua orang yang ada di kelas pagi itu.

Ia tampak seperti musim semi. Seperti bunga yang kuncupnya baru bermekaran. Seperti burung-burung yang terbang melintasi birunya langit. Seperti rincik air yang menenangkan, membuatku terhanyut pada pesonanya.

Lamunanku seketika buyar setelah merasakan tepukan pelan dipundakku.

"Hei kau tau dia? Dia itu Lee Daehan, anak paling populer di sekolah ini." Bisik Doosik di telingaku.

"Benarkah?" balasku takjub.

"Seperti gosipnya, dia tampan. Tapi tak setampan diriku" kata dosik lagi sambil mengangguk.

Spring serenade : Kamu dan musim semiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang