Prolog

9 2 2
                                    

Berikan aku sebuah pilihan untuk menjelaskan suatu alasan, demi alasan yang lainnya. Rumit. Tapi lebih rumit, hari-hari yang kujalani saat ini. "Huaaaa!!" jiwaku kembali teromabang ambing dalam meraih kenyataan. Karena hari ini adalah hari dimana kehancuran hebat itu menyertai dalam hidupku. Dan terus berputar dalam benak otakku.

Aku kehabisan banyak rasa kehilangan. Namun, nyatanya itu hanya sebuah titipan. Ya! Hanya sebuah sebuah titipan!! Dan berakhir kembali kepada tuhan.

Kurasakan angin yang menyapu kulitku dan mendekap di tengah-tengah banyaknya manusia yang telah kembali kepada tuhannya. Dua batu nisan yang kulihat saat ini sangatlah candu. Kemudian, tak terasa aku telah menyentuhnya dengan lembut sembari mengelus-elus dan berkata dalam batin. "Tuhan.. Apa kabar ibu dan ayah hari ini? Reva kangen sekali."

"Hari ini, Reva juga belum bisa bawa Resha ke makam ayah sama ibu. Maafin Reva bu, Reva nggak bisa jagain Resha. Reva janji bu, bakal terus cari Resha dan jagain dia."

"Yah, ayah. Tolong jaga ibu ya yah. Reva tau, ayah sangat mencintai ibu. Reva juga bakal selalu doain ayah sama ibu. Yaudah udah dulu ya yah, bu. Reva mau ke makam nenek disana."


Pada akhirnya kakiku pun berjalan mengapak tanah merah dan menuju pusaran makam nenek. Lalu aku menatapnya dengan penuh arti. "Nek, sekarang Reva udah lebih dewasa nek, Reva juga udah bisa bedain mana yang seharusnya Reva lakuin."

"Hufft.. Sekarang, Reva udah nemuin jati diri Reva, Reva juga udah bukan seperti ayah ataupun ibu."

"Terima kasih banyak ya nek, nenek udah banyak banget ngasih Reva materi tentang hidup. Apalagi saat Resha keluar dari rumah dan tak kembali lagi."

"Dan waktu itu Reva juga sempet putus asa buat nyari Resha, sampai akhirnya hampir ingin bunuh diri. Hehe, pengecut banget ya nek Reva ini."

"Hmm.. Reva kangen banget sama nenek; kangen pelukan nenek, kangen masakan nenek, yah pokoknya Reva kangeeeen banget sama nenek."

"Oh iya nek. Firasat Reva, Resha itu ada ditangan orang yang sayang sama dia nek. Ya walaupun sampai saat ini, Reva juga nggak tau keberadaan dia ada dimana sekarang. Doain Reva selalu ya nek, semoga Reva bisa cepet ketemu sama adik Reva satu-satunya ini. Aamiin.."

"Yaudah Kalo gitu. Makasih nek, udah mau dengerin cerita Reva. Reva pamit yaa nek, cuaca disini mendung banget nih nek kayak mau hujan," lalu aku pun tersenyum lepas dihadapan makam ini.


Berjalannya kakiku yang keluar dari pemakaman ini, membuatku sedikit lega. Karena rinduku telah tersampaikan dan aku akhirnya bisa bertemu dengan mereka lagi. Ya walaupun, pada akhirnya aku juga belum bisa merealisasikan pesan mereka. Sungguh, aku masih mencarimu wahai adikku tersayang, Resha Maira.

Tetesan air mata ini lagi-lagi jatuh seketika. Entahlah bagaimana aku harus mengelapnya. Dan biarlah ini menjadi sebuah pertumpahan dari kerinduanku kepada mereka.
-reva2007

Nabastala Qodar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang