Prolog

17 1 0
                                    

Petang itu, pukul 16.30 Waktu Indonesia Barat. Altia, seorang siswi SMA masih berdiam dikelasnya, kelas XI IPA 1. Entah apa yang ada dipikirannya, namun tubuhnya terasa sangat berat untuk meninggalkan kursinya. Padahal, bel pulang sekolah telah berdering sejak 1 jam yang lalu.

"Duh kenapa ya gue harus sekelompok sama Dinan?"

"Cowok yang terkenal pendiem, bahkan dicap aneh sama anak - anak."

Tampaknya, Altia sedang memikirkan takdirnya. Takdir yang begitu sederhana, hanya sebatas kerja kelompok demi memenuhi nilai mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Bersama seorang lelaki, bernama Dinan.

"Altia! Masih disini aja lo?!" Tutur seorang wanita menyadarkan Altia dari pikirannya.

"Eh, Sindi. Iya, hehe. Lo ngapain masih disekolah?"

"Lah, kita kan janji mau makan bareng tadi pas pulang sekolah." Tutur seorang wanita yang bernama Sindi.

"Oh, iya ya? aduh gue lupa. Sorry Sin..."

"Sebentar ya, gue beresin tas gue dulu."
Ujar Altia menimpali ucapannya sendiri.

Sindi, seorang teman Altia. Bukan, Sahabatnya. Seseorang yang mengetahui Altia sebaik dirinya sendiri. Ia menunggu Altia didepan kelas sembari bertegur sapa dengan seorang pembersih sekolah.

"Ayo Sin, mau makan apa kita?" Tanya Altia mengagetkan Sindi.

"Eh, iya. Ayo makan bakso depan sekolah aja, kayanya enak." Tutur Sindi.

"Yuk..!"

Mereka berdua pergi meninggalkan ruang kelas, menuju warung bakso  andalan mereka sepulang sekolah. Warung Bakso Mas Andi. Warung bakso terenak se Jakarta, setidaknya menurut Sindi.

"Mas, kayak biasa ya." Tungkas Sindi gembira.

"Okee mba.." Jawab mas Andi.

"Mas, aku gapake mie ya, pake bihun aja." Ujar Altia menimpali.

"Tumben neng, biasanya lengkap.." Ujar mas Andi bingung.

"Iya mas, lagi gapengen." Jawab Altia.

Kemudian mereka berdua duduk, di warung bakso kecil inilah, biasanya mereka saling bercerita mengenai hari mereka, yang belum sepenuhnya selesai. Setidaknya, mereka bisa saling mengomentari satu sama lain dan bercerita tentang apapun.

"Kayaknya, lagi mikirin sesuatu ya?" Tanya Sindi setelah duduk.

"Ummm, iya Sin, ada sesuatu yang lagi gue pikirin sih.." Jawab Altia duduk disamping Sindi.

"Waduh waduh, kira - kira, masalah apa kali ini?" Tanya Sindi dengan nada meledek.

"Gue, sekelompok sama Dinan. Buat tugas IPS." Ujar Altia menggaruk kepalanya.

"Dinan? yang pendiem itu? yang kata orang - orang aneh? eh gue inget banget deh dia waktu ada lomba hari guru, malah duduk di perpustakaan sambil baca novel Tere Liye, lengkap sama earphone nya." Ujar Sindi semangat.

"Iya Dinan, ohh? gue baru tau sih. Gue cuman agak ragu aja, dikelompok yang bertiga ini, bisa ngga ya gue dapet nilai A?" Cerita Altia ragu.

"Emang siapasih guru IPS kelas lo?" Tanya Sindi

"Pak Afdu." Jawab Altia.

"Wahhh, seru sih, hahahahaha" Jawab Sindi diakhiri dengan tawanya.

"Ih, malah ketawa, serius tau gue lagi pusing, ragu aja gitu, apalagi sebentar lagi kan mau ada pemeringkatan." Ujar Altia.

"Iya siap Ms. Independent. Gue yakin kok lo bisa. Tapi ya, Dinan nya gimana? hahahaha" Jawab Sindi menenangkan sekaligus meledek.

"Ih, lo mah." Timpal Altia.

"Permisi neng, ini baksonya." Tungkas Mas Andi memecah obrolan mereka.

"Makasih mas." Jawab mereka berdua kompak.

Kemudian, mereka berdua menyantap bakso buatan Mas Andi. Altia dengan ciri khasnya yang tanpa sambal, sementara Sindi yang selalu menuangkan 5 sendok sambal Mas Andi ditambah dengan perasan jeruk nipis.

"Misi mas, Aku mau bakso dong, 1 aja ya, polos aja." Ujar seorang pria.

"Sst, Al, itu Dinan." Bisik Sindi sembari mengunyah baksonya.

Mereka berdua menoleh dengan kompak dan mendapati Dinan, dengan earphone yang selalu ia pakai, datang ke warung bakso langganan mereka, dan memesan satu porsi bakso.

"Panjang umur banget..." Ujar Sindi sembari memasukkan bakso kemulutnya.

"Huss, makan dulu baru ngomong.." jawab Altia.

Kemudian, Dinan duduk tepat dibelakang mereka, kali ini Dinan membawa buku karya J.K. Rowling. Ia duduk kemudian membaca bukunya, hening dan tenang.

"Tuh, orangnya, sekalian ngobrol aja kalian." Bisik Sindi meyakinkan Altia.

"Ih, aneh tau, gadeket tiba - tiba nyapa.." Jawab Altia.

"Daripada mikirin terus.." Jawab Sindi sembari mengunyah baksonya..

‐---------------------------------------------------------------------

YesterdayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang