Altia

20 1 0
                                    

Halo, Selamat datang di diary gue, Altia Nadila Azzahra, panggil aja Altia. Kemarin kalian udah baca beberapa cerita dari gue kan? soal cowo yang namanya Dinan. Iya, Dinan Pradipta, temen gue, atau mungkin layak gue panggil, seseorang yang terlalu indah untuk dimiliki?

Alarm dari ponsel Altia berdering gaduh, layar ponsel menunjukkan pukul 05.00 WIB.

"Udah pagi aja, kayaknya kemarin baru makan bakso sama Sindi.."

"Eh, 2 hari lagi?!" ujar Altia kaget.

"Ih, pak Afdu cepet banget sih ngasih deadline, kayaknya hari ini gue harus ngobrol sama kelompok gue deh." tungkas Altia pada dirinya sendiri.

Altia bergegas beranjak dari ranjangnya dan merapihkannya. Lalu, ia segera menuju ke kamar mandi untuk bersiap dan berangkat ke sekolah. Altia adalah seorang siswi yang rajin dan bersemangat dalam aktivitas akademisnya.

"Selamat pagi, Pak.." Sapa Altia pada penjaga sekolah yang sedang membersihkan gapura sekolah.

"Iya, Altia, selamat pagi. Kok, pagi banget datengnya?" Balas si penjaga sekolah.

"Iya Pak Adi, aku ada beberapa hal yg harus diobrolin sama temenku soalnya.." Balas Altia.

"Ohh, semangat yaa, bapak lanjut dulu.." Jawab Pak Adi.

"Terimakasih ya pak, bapak semangat jugaa.." Ujar Altia mengakhiri percakapan mereka berdua.

Altia memanglah seorang murid yang cukup terkenal disekolahnya, disamping karena nilainya yang bagus, tapi juga karena pribadinya yang ramah dan tidak malu untuk berteman dengan siapapun.

Setelah bertegur sapa dengan Pak Adi, Altia bergegas menuju kelasnya. Jam Dinding menunjukkan pukul 06.00. Altia segera menuju ketempat duduknya, meletakkan tasnya dan duduk untuk kemudian menulis beberapa hal yang harus ia lakukan hari ini.

"Nanti kan masuk jam 06.30, sekitar 30 menit lagi. Abis itu mulai pelajaran Matematika, dilanjut Fisika, istirahat. Nah, pas istirahat aja kali ya gue..."

"Nemuin Dinan." sahut seorang wanita memotong gumaman Altia.

Altia tersadar dari pikirannya.

"Eh, Sindi! ngagetin gue aja lo." tungkas Altia.

"Hahaha, iya kan?" jawab Sindi yang kehadirannya mengagetkan Altia.

Mereka tidak satu kelas, tapi Sindi memang sering pergi ke kelas Altia untuk sekedar menyapa sahabatnya.

"Engga, nemuin temen sekelompok kayaknya baru bener!" Tungkas Altia sebal.

"Iya deh, by the way itu Dinan nya.." ujar Sindi sembari menunjuk Dinan yang baru saja memasuki kelas.

"Ya terus...?" Jawab Altia.

"Jutek banget sih Bu." Balas Sindi.

"Udah deh, mending kita siap - siap upacara bendera yuk, udah mau 06.30 tuh.." Balas Altia menunjuk ke jam Dinding.

"Cieeee, ngalihin topik.." Balas Sindi meledek.

"Ih, engga, ayo cepetan!" Jawab Altia sembari menarik tangan Sindi untuk segera mengikutinya ke lapangan.

"Iya iya, Altia.." ujar Sindi.

Selesai upacara, Altia bergegas kembali ke kelasnya untuk bersiap belajar Matematika, pelajaran yang menarik, namun juga membosankan. Entah kenapa Altia merasa bahwa dirinya tidak sanggup menyelesaikan mata pelajaran ini.

Namun, Dinan, Dinan Pradipta. Seorang siswa yang terkenal dengan cerita dan gosip anehnya, adalah seseorang yang sangat hebat dalam pelajaran ini. Tidak jarang, ia tampil kedepan kelas untuk menyelesaikan beberapa soal, kemudian kembali ke tempat duduknya yang berada di belakang kelas, sendirian.

"Gue gapernah ngerti, kenapa Dinan, jago banget soal pelajaran ini.." ujar Altia sedikit judgemental.

Jam pelajaran pun berlalu dengan cukup menyulitkan, setidaknya bagi Altia. Pun berlalu dengan sangat cepat. Altia pun teringat agendanya untuk membahas kerja kelompoknya bersama teman - temannya. Pada jam istirahat, ia memberanikan diri untuk menemui Dinan di tempat duduknya, dibelakang kelas.

"Hai, Dinan ya..?" Sapa Altia.

Hening, hanya seorang Dinan yang sedang menggunakan earphonenya, lengkap dengan bacaan barunya, buku karya J.K Rowling.

"Dinan, Altia." Sapa Altia, kali ini sembari duduk disamping Dinan.

Hanya ada suara lembaran kertas yang dibalik dan ketukan jari seseorang diatas kertas tebal.

"Hai, Mas Dinan. Aku Altia!" Sapa Altia, kali ini ia menepuk pundak Dinan yang kemudian menyadarkan dirinya dari imajinasinya.

"Oh, hai Altia. Kenapa ya?" Jawab Dinan sembari melepas earphonenya.

"Loh, lo tau gue?" Balas Altia bingung.

"Iya tau, kenapa Altia?" Jawab Dinan sembari meletakkan pembatas buku dihalaman novelnya dan menutupnya.

"Iya, Dinan. Kenalin gue Altia, kita kan ada sekelompok bareng ya, mata pelajarannya Pak Afdu...." Balas Altia menjelaskan.

"Oh, iya ya? Aduh gue lupa, maaf ya Altia. Kelompok berapa orang ya?" Tanya Dinan sembari menatap Altia dengan lembut.

"Kalo gasalah, 4 deh, tapi ada yang 3 juga.." Jawab Altia.

"Lo, gue, siapa lagi?" Tanya Dinan.

Percakapan itu berlalu dengan cukup cepat, dimana semuanya dimulai, perkenalan yang membuat gue, Altia, merasa, ternyata ada seseorang seaneh itu, tapi semenyenangkan itu untuk di dengarkan. Sebuah percakapan singkat yang membawa memori gue, kembali ke masa yang akan membuat gue merasa rindu.

‐---------------------------------------------------------------------

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 04, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

YesterdayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang