Semester 3, musim gugur.
Tidak pernah dalam hidup Na Jaemin harus berlarian dari halte bis menuju auditorium utama universitas yang jelas jaraknya bukan main. Semua ini karena dirinya lupa menyalakan alarm sehabis tepar semalam karena mengerjakan tugas. Padahal hari ini seluruh organisasi intra kampus tengah berkumpul di auditorium yang merupakan kewajiban dari universitas setiap tahun. Semuanya sudah berupaya menghubungi Jaemin, sampai Haechan, sang ketua himpunan turun tangan lah baru telepon diangkat dan berhasil membangunkannya.
"Kau di mana ketua divisiku, Na Jaemin??"
Tidak ada ucapan 'selamat pagi' atau 'halo' sebagai pengantar, Jaemin yang setengah sadar ditembak begitu langsung terkesiap. "Hah?"
"Tolong jangan bilang kau lupa hari ini ada agenda apa!"
Butuh waktu tiga puluh detik untuknya mencerna sambil melirik jam yang menunjukkan pukul 8.50 pagi. Tepat sekali otaknya mulai berjalan dan mengingat pesan tentang jadwal hari ini di grup kabinet. "Astaga!"
Helaan napas terdengar di seberang, menahan kesal yang bisa saja keluar saat ini. Sepuluh menit lagi kegiatan di mulai, tidak ada waktu untuk mengeluarkan ceramah. Jadi lah sebuah instruksi Haechan keluarkan agar Na Jaemin cepat bergerak.
"Cuci muka, tidak usah mandi. Jangan lupa dompetmu. Kutunggu kau sekarang!"
Jika telepon dimatikan tanpa izin, artinya Jaemin dalam masalah besar. Maka tidak heran ia harus berlari agar amukan Haechan tidak makin bertambah. Beruntung dari pesan temannya yang lain kegiatan mengalami delay lima belas menit, jadi keterlambatan Jaemin tidak separah yang diduga. Tapi tetap saja ia harus sampai sebelum makin molor, bahkan dinginnya musim gugur sudah tidak terasa karena sibuk berlarian.
Rupanya memang tinggal dia yang muncul di jam segini, penjaga di depan pintu saja menatap heran ada yang sempat terlambat. Jaemin tersenyum malu walau napasnya belum benar-benar kembali normal, mengisi data diri dan menunjukkan kartu mahasiswa baru lah ia bisa masuk. Auditorium telah dipenuhi banyak orang yang membuatnya kesulitan mencari teman-teman satu jurusan, toh dirinya juga tidak ingin membuat keributan dan asal duduk di kursi kosong yang matanya tangkap sebelum menarik perhatian.
'Aku sudah di auditorium :D'
Ia kirim pesan tersebut ke grup mereka tak lupa foto sebagai bukti, memberi informasi jika Jaemin berhasil mengejar keterlambatan. Setidaknya sekarang ia bisa bernapas lega tanpa mendapat semprotan dari teman-temannya. Merasa seperti ada yang memperhatikan membuatnya menoleh ke samping dan terkejut mengetahui ada pria lain terus menatapnya tanpa takut tertangkap basah.
"Eum.. ha-halo..." Jaemin menundukkan kepala sebagai salam hormat dan tersenyum canggung, mendadak khawatir jika ia menduduki kursi orang lain dan akan diusir.
Lelaki itu balas tersenyum kecil, wajahnya yang kelihatan seram melunak. "Halo! Dari jurusan apa, ya?" tepat pada sasaran, si lelaki asing melempar tanya yang sungguh tidak umum. Karena biasanya orang akan bertanya nama terlebih dahulu lalu jurusan.
Keanehan tersebut lah yang sempat membuat Jaemin terdiam, mencerna maksud si orang asing yang cukup membingungkan. "Oh, aku dari Manajemen." Lelaki itu sempat membuka mulut tapi digantikan dengan anggukan kecil yang dianggap Jaemin jawabannya telah dipahami.
"Namaku Lee Jeno, jurusan Sosiologi."
Tidak ada yang mengira jika selanjutnya malah lelaki itu yang langsung menyebutkan nama dan mengulurkan tangan tanpa diminta. Padahal Jaemin berpikir percakapan mereka telah berhenti tanpa perlu dilanjutkan. Demi sopan santun, ia tetap membalas jabat tangan tersebut dan menyebutkan nama. "Na Jaemin, seorang beta. Ah, aku menyebutkan gender kedua agar tidak ada yang perlu menebak."
![](https://img.wattpad.com/cover/320653147-288-k765622.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Enchanted - NOMIN
FanfictionLee Jeno x Na Jaemin ABO Universe (Spin-off Viridity - HYUCKREN) Sejak ditetapkan sebagai beta, Jaemin tidak pernah menyangka jatuh cinta dengan seorang alpha pria seperti Lee Jeno. Dan untuk pertama kali dalam hidupanya, ia menyesal ditakdirkan men...