1.

1 0 0
                                    

"Abang, Nikah, yuk!"

Itu lah kalimat yang selalu terngiang di telinga Atala sampai saat ini. Meski sudah sepuluh tahun berlalu, laki-laki itu masih mengingat dengan jelas wajah penuh harap saat ia mengabaikan ucapan seorang gadis ketika bertamu di rumah temannya.

Entah mengapa Atala sangat merindukan bocah tengil itu, gelak tawanya, canda rayunya saat mencoba menarik simpati seorang Atala.

Dulu Atala hanya menganggapnya hanya gurauan  anak kecil, karena Bocah itu masih berumur belasan tahun bahkan masih sekolah di kelas tujuh.

Atala juga masih ingat, wajah muram bocah itu saat dirinya menolak dan meminta bocah itu untuk fokus sekolah dulu dari pada mikirin masalah nikah.

Aya, bocah periang  yang selalu menemuinya dengan seragam putih biru saat melihat Atala datang kerumah sepupunya yang tak lain teman Atala SMA.

Perbedaan umur juga membuat Atala berpikir ulang untuk menanggapi bocah itu, ia tak mau jika dianggap predator oleh orang lain.

"Arrrggghhh!"

Atala meremas rambutnya dengan kasar, ia sendiri tak tahu mengapa akhir-akhir ini ia selalu berpikiran tentang bocah tengil yang selalu menganggunya sepuluh tahun yang lalu.

Tok tok tok...

Suara ketukan pintu mengagetkannya, bergegas ia membuka pintu dengan wajah kusut seperti jemuran yang baru diangkat.

"Ish!"

Atala mendengus kasar saat melihat siapa yang datang. Orang itu adalah Merlin teman sekaligus sepupu dari wanita yang selalu ada dalam pikirannya akhir-akhir ini.

"Kenapa lu, kusut banget tu muka!" oceh Merlin melihat wajah tak bersahabat dari Atala.

"Gak papa," jawab Atalah singkat, seraya melempar minuman kaleng yang baru saja ia ambil dari lemari pendingin.

"Ngapain ke sini?" tanya Atala yang sudah ikut duduk di sofa berhadapan dengan Merlin.

"Gue mau minta  lu temenin gue pulang, ya?" pinta Merlin.

Atala memutar bola matanya malas, sudah sering ia mengantar temannya itu pulang. Agar kedua orang tuanya tak akan meminta Merlin untuk tinggal lebih lama di kampung.

Temanya itu akan beralasan jika, ia tak enak hati untuk membiarkan atasannya itu tinggal lama-lama di kampung.

"Kenapa lagi, sih?" keluh Atala, membuka minumannya dan menegaknya hingga hampir tandas.

"Sepupu gue mau dilamar-,"

"Uhukkk... Uhukk...!"

Atala terbatuk, ia tersedak minumannya sendiri. Tubuhnya lemas, entah mengapa hatinya tiba-tiba nelangsa mendengar kabar lamaran itu. Laki-laki itu punya alasan sendiri saat menemani Merlin pulang ke ampung halamannya. Sayang sungguh sayang, tak pernah sekalipun ia bertemu dengan Aya sejak sepuluh tahun yang lalu. Setelah Atala lulus SMA dan memutuskan untuk kuliah keluar Negeri.

"Lu kenapa?" tanya Merlin.

Atala hanya menggeleng kecil, ia tak mau menampakan wajah sedihnya saat ini. Dengan terpaksa Atala menyetujui ajakan Merlin untuk menemaninya pulang kampung dan tentu saja melihat wajah yang selama ini ada dipikirannya.

Atala adalah seorang pengusaha muda, ia meneruskan bisnis ayahnya yang bergerak di bidang kuliner. Saat ini laki-laki itu telah mampu membuka lima cabang baru di berbagai kota. Merlin adalah manager di salah satu restoran milik Atala.

Ayah Atalah sudah meninggal lima tahun yang lalu, saat ini ia tinggal bersama ibunya, sedangkan adik perempuanya sedang menempuh pendidikan di salah satu falkutas yang ada di kota pelajar, Yogyakarta.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 30, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Abang, Nikah yuk!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang